Di ruang makan itu, terlihat Raihan dan Gracia yang sudah siap makan.
"Shamy mana? Kok belum turun?" tanya Gracia.
"Ini kan masih shubuh, dia Sholat. Bentar lagi turun."
Tak lama terdengar langkah kaki yang menuruni tangga, Shamy duduk disebelah Raihan dan tersenyum. "Selamat pagi semua, maaf ya lama hehe."
Gracia hanya menatapnya sekilas, kemudian melanjutkan acara makannya. Beda sama Raihan yang menatap Shamy dengan takjub. Wajah Shamy yang segar membuat mata Raihan jadi segar juga.
"Sham, lo sama gue aja yuk. Gue bakal nanem rahim di perut gue. Ganteng banget sih astaga."
"Uhuk uhuk." Gracia tersedak mendengar ucapan Raihan, seumur umur dia baru lihat Raihan Gesrek di depan cowok. Biasanya cowok gay yang gesrek sama Raihan.
"Nanti ya Rai, kalau ada orang bisu yang ngumpat ke gue." jawab Shamy santai.
Shamy sudah siap dengan seragam PGRI birunya. Raihan mah udah berangkat daritadi. Padahal ini masih jam 6 pagi loh. Saat akan keluar menuju pintu, Gracia menahannya.
"Bentar."
Shamy menoleh dan menatap tanya pada Gracia. "Kenapa mbak?"
Gracia memakaikan jaket pada Shamy. Merapikannya dan memegang pundak Shamy. "Gue perlu bangun chemistry sama lo, gue emang rumit. Maaf kalau mempersulit lo selama seminggu ini."
Shamy menggeleng. "Gak papa kok mbak, aku ngerti gimana perasaan mbak. Eemmmm.... Aku berangkat dulu ya."
Saat akan berbalik Gracia kembali menahannya, dia memeluk Shamy erat. "Hati hati ya, nanti malem lo dateng ya ke kamar gue."
Shamy menegang, Gracia yang menyadarinya melepas pelukannya. Menatap Shamy geli dan malah menggodanya dengan memegang pipinya. Dia makin tertawa saat melihat wajah bahkan telinga Shamy ikut memerah.
"Hahahaha gue kayak lagi sama Abg tau gak."
Tak mau digodain Gracia terus, Shamy akhirnya berbalik dan segera berangkat. Gracia yang melihatnya jadi geli sendiri. Ada ya cowok diatas 20 an yang masih ting ting dan gemesin kayak Shamy. Pantesan Raihan tergila gila.
.
...
Malam ini Gracia dan Shamy terlihat duduk di ruang keluarga. Mereka berdua dapat kabar bahwa Raihan harus keluar kota selama tiga hari. Jadilah suasana canggung, mungkin canggung hanya bagi Shamy saja. Gre mah santuy.
"Lo jadi laksanain tugas gak? Udah malem, Raihan juga keluar kota kan." Gracia menatap Shamy yang terlihat gugup, persis anak perawan yang mau dikawinin untuk pertama kalinya.
"Ja.. Jadi, cuman kan harus ijin sama Raihan dulu."
Gre memutar bola matanya malas. "Lo bukan lagi di sekolah Shamy, kalau lo udah siap cepet ke kamar gue."
Setelah berkata seperti itu, Gracia beranjak menuju kamarnya. Meninggalkan Shamy dengan kegundahan hatinya. Shamy tau, dia sudah jadi makhluk yang sangat berdosa sekarang. Tapi Shamy juga gak bohong kalau dia butuh uang itu. Hhhhh, gak bisa ya hidup tanpa yang namanya uang itu.
Akhirnya setelah memantapkan hatinya, dia berdiri dan melangkah menuju kamar Gracia. Setiap langkah yang dia ayunkan, terasa begitu mendebarkan. Malam ini, semua akan berubah. Dirinya mencoba melepas semua beban agar fokus pada tugasnya malam ini, tugas memberi keturunan pada mbak Gracia.
Shamy membuka pintu kamar Gracia dengan pelan. Dia melihat Gracia sedang bersandar pada kepala ranjang dan membaca sebuah novel ditangannya. Setelah menutup pintu kamar Gracia, Shamy melangkah ke ranjang dan duduk di sebelah Gracia.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner
Fanfiction"Sham, please bantuin gue. gue gak bisa seks sama istri gue. lo tau sendiri kan gue gay dan bottom. Gue gak bisa hubungan sama istri gue." - Raihan "Ya kali gue yang harus ngabulin permintaan nyokap lo, kan harusnya elo yang ngasih dia cucu. kenapa...