2. Beda dan Berbahaya

19.8K 487 17
                                    

Raihan dan Shamy sampai dirumah saat pukul dua dini hari. Tentu saja penghuninya sudah tidur. Rumah Raihan yang sebesar itu hanya punya satu pembantu. Soalnya Gracia suka saja bersih bersih rumah sendiri. Kata dia biar punya kesibukan.

Raihan masuk ke kamarnya, diikuti oleh Shamy. Hatinya sudah membuncah senang saat membayangkan akan tidur seranjang dengan Shamy.

"Besok kita bikin kontrak ya Rai, bersama dengan Gracia. Kalau Gracia tidak setuju, aku juga tidak."

Seketika raut wajah Raihan berubah. "Harusnya aku tau kalau aku jangan terlalu berharap sama kamu."

Saat mereka sudah aku kamuan begini, itu tandanya mereka dalam mode membahas mengenai perasaan terdalam.

Shamy mendekat pada Raihan yang duduk diranjangnya. Dia berdiri, jadi wajah Raihan tepat berada di depan perut Shamy. Raihan mendongak, tersenyum memaksa.

Karena tidak tega dengan Raihan, Shamy membuka kaosnya. Menampilkan perutnya yang seperti roti sobek, lalu dia menarik wajah Raihan dan membenamkannya disana.

"Untuk malam ini, gue hanya bisa kasih lo ini. Sebagai tanda kalau gue serius kali ini, kalau gue harus tidur sama istri lo bukan berarti gue harus tidur sama lo."

Raihan mengangguk, dia mulai menjilat perut sixpack Shamy dengan rakus. Membuat Shamy mengerang atas perasaan yang baru dirasakannya. Dia memang sering masturbasi, tapi hanya sampai itu saja.

Shamy mendorong Raihan dan menindihnya, nafas mereka sama sama terengah. Shamy menatap tajam mata Raihan yang sudah dipenuhi nafsu. Sedangkan Raihan sudah pasti panas dingin karena Shamy, dia tidak berani mencium Shamy jika tidak diminta. Hanya kepada Shamy dia sangat berhati hati.

Raihan menatap memohon pada Shamy. "Please, biarin gue rasain lo malem ini."

Raihan hendak mencium bibir Shamy, tapi Shamy mengelak. Kini Shamy ikut berbaring di sisi Raihan, dia lalu menarik Raihan dalam pelukannya. Mengelus kepalanya agar tenang.

"Maaf Rai, gak sekarang."

Raihan mengangguk, "Gak papa, gue seneng saat lo jaga perjaka lo demi istri gue."

"Belum tentu dia mau Rai."

"Akan gue bujuk dia."

Dan begitulah malam itu berakhir, Shamy tetap berusaha menahan semuanya, dan Raihan juga.

.

..

...

Saat ini mereka bertiga duduk diruang keluarga, dengan sebuah kontrak di tengah mereka. Shamy dan Gracia menatap tajam pada Raihan.

"Apa seputus asa ini kamu Rai? Ceraikan aku Rai kalau kamu gak bisa seutuhnya sama aku." Gracia menatap jengah suami sekaligus sahabatnya dulu.

"Rai, perjanjiannya kalau Gre gak mau, gue juga gak bisa bantu Rai?"

Raihan mengernyit. "Gre? Oohh udah ada panggilan sayang ternyata, bagus deh."

"Rai serius!" kata Gracia dan Shamy serempak.

"Oke oke, jadi gini ya. Kalian gak akan terus selamanya seperti itu kok, hanya sampai Gracia hamil. Ini salah kamu sendiri Gre karena gak mau ikut program jaman now, dan aku juga gak mau lepasin kamu gitu aja."

"Kamu Itu egois tau gak Rai." kata Gracia.

"Kamu pikir aku gak sakit lihat orang yang aku suka tidur sama istriku sendiri? Aku tau ini semua salah, tapi kita disini saling membutuhkan, right?"

Benar juga, Gracia yang terlalu bodo amat mulai terusik dengan pertanyaan perihal momongan. Raihan takut orientasinya terbongkar, dan Shamy juga butuh uang. Nah, mereka saling membutuhkan.

My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang