Belum sempat tiga bulan, tapi semua yang pernah mereka lakukan terkuak di depan keluarga Gracia dan Raihan. Kini mereka bertiga sedang di sidang oleh orang tua mereka, bersama dengan Shamy tentunya.
"Bisa jelaskan apa maksud kontrak ini?" papa Raihan memulainya.
Raihan gelagapan, apalagi saat papanya berdiri di sampingnya. Suasana ruang tamu mendadak mencekam. "Itu kontrak yang Rai buat untuk proses membuat keturunan."
"Lalu kenapa harus Shamy yang menjadi pihak kedua?"
Raihan memejamkan matanya, mungkin sekarang memang sudah tertulis di takdir bahwa semuanya harus terungkap.
"Karena Rai gak bisa mencintai maupun nafsu sama wanita, Raihan gay pa."
Plak!!!
"APA YANG SALAH DENGANMU RAI?!!"
Raihan makin menunduk, semua yang ada diruangan itu kaget. Terlebih ini adalah kali pertama Raihan dimarahi sampai seperti ini. Kini mama Gracia yang menatap Gracia.
"Dan kenapa Gracia mau menerima ini?" tanya mamanya.
Gracia menjawab dengan tanpa ragu. "Ini semua terjadi karena tekanan kalian semua, kalian yang menekanku untuk segera mempunyai momongan. Dan tanpa kalian tahu kalau Raihan belum pernah menyentuhku."
"Lalu siapa yang akan tanggung jawab Gracia?" mamanya Gracia terlihat sangat frustasi.
"Saya yang akan tanggung jawab." jawab Shamy.
Mama Gracia tertawa remeh. "Bukannya kamu melakukan semua ini karena hutang ayah kamu? Lalu kalau Gracia bersamamu mau kamu kasih makan apa dia? Hutang?"
Brak!!!
Gracia menggebrak meja dan menatap mereka semua yang memandang remeh pada Shamy. "Yang kalian semua bisa hanya mencari uang, kalian semua sama sekali gak bisa mengerti perasaan apa yang dirasakan oleh manusia. Kita bertiga disini, ah tidak. Aku dan Raihan disini adalah korban karena keegoisan kalian, hingga Shamy harus kita seret untuk ikut masuk ke dalam masalah ini. Kalianlah penyebab kekacauan ini."
Semua mendadak hening, hingga Raihan tiba tiba bersuara. "Mulai saat ini, kujatuhkan talakku padamu istriku. Shania Gracia, berbahagialah dengan Shamy."
Semua seketika tercengang, tak terkecuali Shamy sendiri. Shamy sampai berdiri dan menghampiri Raihan. "Lo gila hah? Tarik gak ucapan lo?"
Raihan menggeleng, dia tersenyum tipis memandang Shamy. "Bukannya lo mau tanggung jawab, lo berhak bahagia Shamy. Gue gak tau bakal jadi apa kalau gak ada elo disamping gue, ini semua sebagai rasa terima kasih gue selama ini. Gue melepas elo bersama dengan Gracia."
Papa Raihan seketika murka dan menamparnya berkali kali, Shamy sampai kualahan hingga dibantu oleh papa Gracia. Sedangkan orang tua perempuan Gracia dan Raihan hanya bisa menangis. Menyadari kebodohan mereka selama karena telah melalaikan tugasnya sebagai orang tua, mereka kira anak mereka bisa bahagia hanya karena uang. Tanpa mereka pikirkan anak mereka harus susah payah sendirian saat menemukan jati diri mereka.
Nafas papa Raihan memburu saat ada dalam tahanan Shamy. "Siapa? Siapa laki laki yang kamu cintai hingga kamu bisa menceraikan istri kamu sendiri."
Raihan menyeka sudut bibirnya yang berdarah, dia menyeringai menatap papanya. "Dia ada didepan papa sekarang."
Semua mata kembali tertuju pada Shamy, hingga saat papa Raihan akan kembali berganti menghajar Shamy, Raihan menahannya. Hingga dia yang harus terkena pukulan sanga papa, lagi."
"Cukup!! Bisakah kita bicarakan ini dengan kepala dingin? Masalah gak akan selesai jika dihadapi dengan emosi." ujar papa Gracia.
Mereka semua akhirnya duduk kembali, menghela nafas panjang untuk meminimalkan emosi yang melanda pikiran mereka. Kini papa Raihan sudah lebih tenang, dan menatap mereka bertiga yang duduk berdampingan.
"Jadi mau kalian bagaimana?"
Merasa jawabannya yang ditunggu, Gracia angkat suara. "Raihan sudah menjatuhkan talaknya, maka aku akan bersama Shamy."
"Kenapa harus Shamy?" tanya papa Gracia kini.
"Papa lupa? Anak yang aku kandung ini anak Shamy, bukan Raihan."
Papa Raihan mengusap wajahnya kasar, saat pertanyaan paling memukul hatinya harus dia lontarkan. "Jadi Gracia dan Raihan, kalian mencintai orang yang sama?"
Gracia dan Raihan mengangguk kompak, mengundang desahan kecewa dari para orang tua.
Papa Gracia akhirnya menuju titik akhir permasalahan ini, saat dilihat papa Raihan sudah tidak sanggup lagi berbicara. "Saya gak ngerti apa yang kamu lakukan pada mereka Shamy, hingga mereka berdua bisa jatuh hati padamu. Tapi sebagai sesama lelaki, saya meminta kamu untuk bertanggung jawab."
"Saya bisa tanggung jawab pak, tapi hanya kepada putri anda. Untuk Raihan, saya hanya bisa jadi sahabatnya."
Papa dan mama Gracia berdiri, beranjak meninggalkan ruangan itu. Sebelum benar benar pergi, papa Gracia berkata. "Besok datang ke rumah saya Shamy, minta Gracia ke saya. Kamu boleh bawa kerabat."
Perkataan papa Gracia mengundang nafas lega dari Gracia dan Shamy. Tapi masalah Raihan masih ada di depannya saat ini.
Shamy angkat bicara, "maaf sebelumnya, karena secara tidak langsung Raihan sudah menceraikan Gracia, maka Gracia sudah tidak harus ikut masalah ini lagi. Gracia harus istirahat karena kehamilannya masih rentan."
Papa Raihan menangis memeluk Gracia. "Terima kasih, terima kasih sudah menemani Raihan selama ini. Maaf jika harus menjatuhkan mu pada lubang menyakitkan ini, tapi saya bersyukur kamu bisa memilih jalan bahagiamu sendiri. Berbahagialah nak."
Gracia ikut menangis dan membalas pelukan papa Raihan, dia sudah menganggap beliau seperti ayahnya sendiri. "Terima kasih ayah, karena secara tidak langsung ayah lah yang membuatku menemukan jalanku. Jangan terlalu menekan Raihan, ayah."
Papa Raihan mengangguk, melepas pelukannya dan menghapus airmatanya. Setelah Gracia beranjak ke kamarnya, Pandangan papa Raihan kembali fokus pada Raihan. "Apa yang papa lewatkan nak?"
Raihan seketika menangis seperti anak kecil, menghambur ke pelukan sang papa. Mengadukan apa saja yang papanya lewatkan selama ini, apa saja yang papanya gagal perhatikan darinya.
"Lalu bagaimana kamu bisa bertemu Shamy?" tanya papa Rai.
"Papa ingat waktu aku cerita kalau aku pas SMA dibully, hingga pas dijalan pulang dicegat. Dijalan itulah aku bertemu Shamy yang masih SMP, sejak saat itu kita selalu bertemu Dijalan itu supaya Shamy bisa jaga aku. Klise memang, tapi nyata."
"Terima kasih Shamy, kamu sudah selalu ada buat Raihan dari dulu. Gak heran kenapa Gracia juga jatuh hati padamu, papa harap kamu tidak menjauh dari Rai setelah ini. Tetaplah jadi sahabatnya."
"Siap pa, lagipula siapa yang tega ninggalin bayi gede kayak Rai."
Raihan meninju pelan bahu Shamy. "Untuk pertama kalinya, gue ikhlasin lo dengan sepenuh hati buat sama Gracia. Soalnya yang kemaren gue ngomong gitu itu sebenarnya gue gak ikhlas. Baru sekarang gue ikhlas."
Shamy membalas meninju Raihan. "Semoga lo juga cepet dapet pengganti, di apotik gak jual obat move on soalnya."
Mereka semua akhirnya tertawa, mengundang sebuah senyuman dari bibir Gracia. Ya, dia nguping soalnya daritadi. Takut saja kalau tiga lelaki itu akan baku hantam dan akhirnya dia jadi janda. Eh, kan sekarang dia juga janda. Tapi kan Shamy melamarnya besok, jadi nikmati saja jadi janda selama satu hari ya Gre.
Tbc
Satu part lagi menuju end nih hehehe, rencananya sih malam ini juga bakalan aku update hehehe. Tapi kalau sempet ya 😂
Komen jangan lupa
Salam sayangKeyhole💜
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner
Fanfic"Sham, please bantuin gue. gue gak bisa seks sama istri gue. lo tau sendiri kan gue gay dan bottom. Gue gak bisa hubungan sama istri gue." - Raihan "Ya kali gue yang harus ngabulin permintaan nyokap lo, kan harusnya elo yang ngasih dia cucu. kenapa...