2

39 1 0
                                    

Diruangan yang didominasi warna biru itu terdapat empat orang yang tengah berbicara serius. 3 orang lainnya berdiri menghadap pada seorang lelaki yang terlihat seperti pimpinan mereka. Berambut pirang dengan iris kebiruan.

Lelaki berambut pirang itu menatap mereka sejenak.

"Jadi dia sudah datang?" tanya lelaki itu
"Apa kau yakin? Violet?" lanjutnya.

Gadis pucat itu memgangguk.

"Penglihatan Violet tidak pernah salah Blue" jelas lelaki berambut coklat itu.

"Aku tahu" jawab lelaki berambut pirang yang bernama Blue itu.

"Omong omong kalian tidak lupa dengan rencana yang kita buat kan? " tanyanya

Blue melirik sekilas kepada lelaki yang berambut hitam yang berdiri disamping kiri Violet "iyakan Lazu?"

Merasa namanya dipanggil. Lelaki berambut hitam yang memiliki nama panjang Lazuardi itu melihat sekilas pada Blue lalu mengagguk dengan malas.

"Tugas kita sebagai pengawas" ucap Lazu

Blue tersenyum lalu mengangguk puas. Dia senang saat mengganggu lelaki cuek itu.

"Berhenti mengganggu ku" ucap Lazu dingin.

Blue semakin terkekeh. Dia lupa bahwa Lazu bisa membaca fikirannya.

"Tidak kah sekali saja kau tidak mengganggu adik ku? " tanya lelaki berambut coklat yang sedari tadi diam itu.

"Oh ayolah Lava. Kau tahu sendiri. Aku suka mengejek adik mu itu" ucapnya diakhiri dengan tawa

Lavender atau yang sering dipanggil Lava itu tersenyum sekilas lalu mengangguk membenarkan "Ya. Kau benar. Aku mempunyai mimpi untuk membuatnya tertawa terpingkal pingkal" jelas Lava

"Aku akan membantu" ucap Blue dan mereka pun tertawa bersama.

"Dasar bodoh" umpat Lazu yg mulai kesal dengan Blue dan Lava. Sedangkan Violet hanya diam bak manekin. Gadis itu slalu berwajah datar dan aura yang pancarkannya sangat dingin. Pita hitam yang melingkar dileher pucatnya menjadi ciri khasnya.

"Baiklah. Kalian bisa pergi sekarang" ucap Blue setelah berhenti tertawa.

Mereka bertiga mengangguk lalu mulai berbalik dan berjalan meninggalkan Blue.

Setelah mereka pergi. Senyum yang sempat terukir dalam bibirnya lenyap seketika. Tangannya menumpu dagunya.

"Apa kau sudah tau akan kedatangannya? Red? " ucapnya pada diri sendiri.

.......

Kantin di Couleur tidak pernah kehilangan pengunjung. Hampir setiap jam makan siang atau istirahat kantin itu slalu penuh. Di Couleur terdapat 2 kantin. 1 kantin yang berada dilantai 3 dan yang satunya lagi terdapat dilantai utama. Kedua Kantin itu pun tidak pernah sepi.

Seperti saat ini Cyan, Magenta dan Abu tengah mengantri untuk mengambil makan. Antrian cukup panjang, hingga tiba giliran Cyan, Magenta lalu Abu.

Cyan dan Magenta sudah pergi terlebih dahulu untuk mencari meja kosong, dan kini Abu tengah menyusuri setiap sudut kantin dengan mata abu nya untuk mencari Magenta dan Cyan. Tapi tatapannya malah berhenti pada seorang gadis beriris ungu yang tengah menatapnya kosong.

Abu memutuskan kontak matanya setelah ada yang memanggilnya. Dia Cyan. Dengan percaya dirinya dia memanggil Abu dengan sebuat Ibu yang dibencinya. Abu pun mulai berjalan dan mendekati meja Cyan dan Magenta lalu duduk dan mulai memakan makanannya.

"Kau cuman mengambil salad dan jus alpukat? " tanya Cyan kepada Magenta heboh sambil memegang ayam goreng di tangan kanannya.

Magenta mendelik tajam "bukan urusan mu"

Couleur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang