JANGAN INI DAN JANGAN ITU

77.9K 2.7K 125
                                    

"Yang!"

Suara teriakan seseorang memanggil namanya membuat Dinara yang tengah melangkah di koridor segera menghentikan langkah.

Tanpa menoleh Dinara Salsabila tahu jika Arka Raqelleauz sang kekasih yang sudah ia pacari hampir dua tahun tersebut lah yang memanggil namanya.

Memangnya siapa lagi yang berani memanggilnya dengan sebutan 'Yang' jika bukan pemuda itu?  Orang lain? Oh-hoho itu tidak akan mungkin terjadi Ferguso.

"Kok berangkat enggak tunggu aku jemput 'sih, Yang? Kamu tadi berangkat naik apa? Di antar ayah, bunda, atau naik ojek?" cerca Arka seraya merangkul pundak kekasihnya.

"Naik angkot, Ka. Ayah lagi ada dinas di luar kota," jawab Dinara terdengar mencoba untuk tetap santai.

"Kamu duduk dempetan sama laki-laki enggak, Yang? Terus ada cowok yang natap kamu? Kamu tahu 'kan apa yang harus kamu lakukan kalau ada laki-laki yang melototin kamu?"

Dinara memutar bola matanya mendengar rentetan pertanyaan dari Arka. Iya, Arka itu sepertinya bercita-cita menjadi wartawan saja. Karena pertanyaannya begitu detail hingga membuat pusing kepala Dinara.

"Aku enggak duduk berdempetan sama laki-laki. Adanya ibu-ibu yang bawa bakul sayur. Supirnya laki-laki karena aku takut telat makanya aku milih angkot yang sopirnya laki-laki."

Terdengar suara Arka menggerutu tak suka jika Dinara menaiki mobil yang di sopiri laki-laki lain.  Arka tidak rela.

"Eh!" Dinara tersentak dan menoleh pada Arka yang tengah menyemprotkan parfum ke tubuhnya di bagian belakang dan depan.

"Arka, apaan 'sih?"

Bau parfum menyengat di sekeliling mereka dan itu adalah hasil kerja Arka. Cowok itu dengan tampang tanpa dosa terus menyemprot parfum ber-aroma feminin di samping, depan, dan belakang Dinara.

Dinara meringis malu karena banyak murid yang menatapnya dan Arka aneh.

"Biar bau ibu-ibu dan angkot itu hilang dari kamu. Makanya aku siapkan parfum." Arka menyimpan parfum botol di dalam ranselnya. Kemudian cowok itu kembali mengeluarkan sebuah tisu basah dan diarahkannya pada lengan Dinara.

"Aku takut kamu terkena penyakit makanya segera dibersihkan pakai tisu basah," jelas Arka tanpa ditanya.

"Kamu enggak usah kayak gini, Ka. Aku enggak suka kamu bersikap seperti ini." Dinara berucap seraya menatap Arka sebal.

Selain posesif, Arka juga selalu berbuat berlebihan pada Dinara dan membuat gadis itu tak menyukainya.

Seingatnya, saat awal-awal pacaran dengan Arka, sikap cowok itu terlihat biasa saja seperti pasangan pada umumnya.

Namun, dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, hingga hampir dua tahun menjalin hubungan, sikap Arka semakin menjadi dan membuat Dinara merasa terkekang.

"Tapi aku suka," balas Arka cuek. "Kalau aku enggak posesif, kamu pasti kayak burung dalam sangkar yang kalau pintunya di buka langsung terbang bebas,"  lanjutnya membuat Dinara memutar bola matanya malas.

Menyesal dulu Dinara termakan sikap manis Arka saat-saat pertama kali mengenalnya. Kalau saja ia tahu sikap Arka yang sesungguhnya, Dinara mana sudi menerima Arka jadi pacarnya.

Dinara tak menanggapi ucapan Arka lagi. Gadis itu mengambil posisi duduk di kursi pojok diikuti Arka.

"Yang, ingat, jangan tatap cowok di kelas kita."

"Guru laki juga enggak usah di tatap-tatap."

"Yang--"

"Jangan posesif, Arka!"

[3] Jangan Posesif! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang