MEET PERI √

23K 1.5K 26
                                    

Arka dan Dinara akhirnya tiba di restoran dan mengambil posisi duduk di dekat kaca.

Kedua pasang remaja itu memesan makanan dengan menu nasi putih, sambal daging, tumis cumi, ayam goreng, dan juga ikan bakar.

Restoran Nusantara namanya dan segala jenis makanan Indonesia tersedia sebagai pilihan menu hingga membuatnya selalu banyak pengunjung.

"Ar, aku mau tambah pecel lele sama sayur lodeh, bisa?" Dinara menatap Arka penuh harap.

Arka tentu saja mengangguk antusias. Jika Dinara banyak makan, otomatis tubuh kekasihnya itu akan melebar. Jika tubuhnya melebar maka tidak akan ada cowok yang dekat-dekat dengannya lagi.

Ah, Dinara yang malang tidak sadar jika dirinya tengah menjadi korban kelicikan Arka. Salah satunya Arka yang membawanya ke restoran Nusantara seperti ini. Andai ia membawa Dinara menuju restoran jepang atau china mungkin saja kekasihnya itu tidak akan menyentuhnya.

"Tambah aja enggak apa-apa. Aku masih punya banyak uang buat traktir kamu semua isi restoran ini," ujar Arka berusaha terdengar santai. Ia tidak mau terlihat begitu bersemangat dan membuat Dinara curiga padanya.

Dinara menambah menu pesanan yang langsung di catat sang pramusaji. Setelah itu keduanya berbincang mengenai soal Geografi yang tidak dijawab Arka pada pertanyaan terakhir.

"Kenapa kamu enggak jawab 'sih, Ka? Padahal itu pertanyaan mudah," gerutu Dinara menatap pacarnya sebal.

"Aku sibuk lihatin kamu yang makin kelihatan aura beling-belingnya kalau lagi serius," jawab Arka menampilkan ekspresi polos membuat Dinara mendengkus.

"Modus aja kamu," cibir Dinara kesal.

"Arka, kamu di sini juga?"

Seseorang tiba-tiba datang dan menyela perbincangan Arka dan Dinara.

Dia adalah Rima, tetangga sekaligus teman kecil Arka. Mereka bertetangga hingga akhirnya sering main bersama dan dekat hingga mereka besar.

Rima berbeda sekolah dengan Arka. Tentu saja berbeda sekolah karena jika mereka satu sekolah, Dinara yakin seyakin-yakinnya jika gadis berpenampilan peri itu akan selalu menempel pada Arka.

Dinara mendengkus karena sebentar lagi ia akan berubah menjadi makhluk tak kasat mata.

"Rima, lo di sini juga?" Arka tersenyum lebar menatap sahabatnya. Kemudian mempersilakan gadis itu untuk duduk mengambil posisi di hadapannya. Sementara Dinara duduk anteng di sampingnya.

"Iya, Ar. Tadi aku habis kumpul sama teman-teman aku tapi mereka sudah pulang," ujar Rima memberitahu.

Mendengar itu Arka tersenyum lebar. Keduanya terus mengobrol hingga makanan datang dan Dinara bahkan tidak masuk ke dalam obrolan mereka.

Dinara mengepalkan tangannya di bawah meja. Gadis itu berusaha bersikap tak peduli dan menghabiskan makanan yang tersaji dengan lahap hingga tandas. Setelah itu, tanpa kata ia menggeser kursinya ke belakang membuat Arka menoleh pada pacarnya itu.

"Kamu mau kemana, Yank?" Arka mengernyit menatap Dinara yang sudah berdiri dari kursinya.

"Mau ke toilet bentar."

Dinara melangkah di bawah tatapan mata tajam Arka. Cowok itu melebarkan matanya melihat arah Dinara yang bukan berbelok ke kanan menuju toilet, melainkan berjalan lurus ke pintu keluar.

"Yank, kamu mau kemana?" Arka berteriak histeris kala melihat Dinara memegang handel pintu.

Dinara menoleh menyungging senyum manis seraya melambaikan tangannya.
"Pulang. Bye, Arka!"

Dinara melangkah keluar dari restoran dengan Arka yang berlari mengejarnya. Namun, sangat di sayangkan karena Dinara sudah lebih dulu naik ojek yang kebetulan lewat.

"Yank, kamu jangan dekat-dekat sama tukang ojek itu!"

Dinara tak peduli karena gadis itu sudah berlalu meninggalkan Arka yang mencak-mencak di tempat.

[3] Jangan Posesif! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang