"Sayang!"
Dinara menghentikan langkahnya ketika mendengar suara teriakan Arka.
"Kamu kok enggak nungguin aku 'sih? Aku 'kan udah bilang buat tunggu aku di depan pintu, bukannya di sini," gerutu Arka mencibik bibirnya kesal.
Dinara mendengkus kesal.
"Ya kali kamu suruh aku nunggu di depan toilet laki-laki. Kamu mau aku di godain anak-anak?" Dinara melotot pada Arka yang terlihat tengah berpikir sejenak."Oh, iya, Yang. Untung aja kamu tadi pergi dari sana. Ugh, sayangku ini pengertian banget sih?" Arka terkekeh seraya mencubit gemas hidung pacarnya itu.
Dinara memutar bola matanya. Ia bukan pengertian, tapi lebih tepat ia malu saja jika harus menunggu di depan toilet laki-laki.
Begini-begini Dinara masih punya urat malu juga. Kalau Arka? Bodo amadlah. Pacarnya itu tidak memiliki urat malu.
Keduanya melangkah menuju depan gerbang di mana sopir Arka sudah menunggu.
Arka membuka pintu untuk Dinara. Segera setelah gadis itu masuk, Arka kembali menyusul dan duduk di sebelahnya.
"Langsung pulang atau mau main dulu, Yang?" tanya Arka menatap pacarnya dengan lembut.
"Pulang," balas Dinara cuek. Gadis itu membuka ponselnya dan masuk ke dalam forum jual beli yang ada di aplikasi ponselnya.
Dinara tidak membeli produk yang ada di sana tapi hanya melihat-lihat saja.
"Kamu mau beli, Yank? Tinggal klik beli, pilih warna yang kamu suka, terus kamu transfer deh."
Dinara menoleh menatap Arka yang kini merebahkan kepalanya di bahunya. Hidung mereka saling bersentuhan dan menunggu kepala mereka bergerak sedikit saja maka tautan bibir keduanya tidak bisa di elak.
"Aku cuma mau lihat-lihat aja. Enggak tertarik," kata Dinara santai. "Ar, aku laper deh. Bisa enggak kita mampir di restoran dulu?" pinta Dinara malu-malu. Perutnya sudah berbunyi beberapa detik yang lalu hingga membuat Arka terkekeh.
"Ya udah kita mampir dulu. Mama kamu ke mana memangnya?"
"Mama sama papa pergi ke bandung. Nanti malam pulang," jawabnya seraya bersandar di jok mobil. "Kamu laper juga?" tanyanya menatap Arka dengan polos.
Arka mengangguk dua kali.
"Aku tadi cuma makan jajanan yang kamu beli tadi," akunya jujur."Oh, iya. Masalah jajan tadi kamu belum bayar, Ar. Jumlahnya 10 ribu sama minuman," ujar Dinara baru ingat.
Dinara memang bukan berasal dari kalangan berada. Gadis itu memiliki ayah yang hanya seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga yang hanya bergelut di rumah terkhususnya di dapur.
Maka tak heran jika dirinya selalu meminta Arka untuk mengganti uang yang terpakai untuk membeli kebutuhan Arka.
Kalau soal makan di restoran atau nongkrong di kafe sudah pasti Arka yang membayarnya.
Arka, kan, cowok.
Sementara untuk cewek dilarang mengeluarkan uang untuk cowok kecuali dalam keadaan mendesak.
Pacaran mah harus butuh modal juga. Modal pacaran enggak hanya ungkapan 'Aku cinta kamu' saja, tapi juga 'Aku butuh makan gratis' dan itu sudah menjadi kebiasaan Dinara.
Bagi Dinara, cewek yang mau di bucin sama cowok, diperalat untuk membiayai kebutuhan cewek, itu adalah cewek bodoh.
"Iya, masukin aja ke dalam bon aku. Nanti aku bayar di hari senin," ujar Arka tak ambil pusing.
Utangnya dengan Dinara pasti tidak lebih dari 100 ribu. Kadang 80 ribu dan ia bayar 100 ribu. Lalu, kemana 20 ribunya? Tentu saja masuk ke dalam tabungan Dinara. Cewek itu tanpa malu meminta kelebihannya pada Arka dan Arka suka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Jangan Posesif!
Teen FictionArka Raqelleauz cowok ganteng yang posesif habis sama pacarnya Dinara Salsabila. Awal mula Arka pacaran dengan Dinara semuanya berjalan lancar sampai semakin hari Arka semakin menunjukkan ke-posesifan-nya pada Dinara dan membuat gadis itu muak sert...