1- Tersakiti

3.5K 95 3
                                    

          "Tuhan tahu apa yang terbaik bagi hambanya." (Albilla)

          Malam yang sangat dingin namun tetap hangat. Seorang gadis berusia 16 tahun memiliki kulit putih, berwajah cantik dan imut sedang bercanda dengan seorang wanita yang memiliki usia sekitar 38 tahun.

"Hahahaha mamah lucu banget. Hahahaha." Ucap gadis itu bernama Albilla.

"Terus waktu itu kan papah deketin mamah terus. Mamah pukul tuh papah biar tau rasa. Lagian ngeselin banget." Ucap mamah Elma. Mamah Elma merupakan mamah dari Davon. Namun, mamah Elma telah menganggap Albilla sebagai anak nya. Karena mamih dan papih dari Albilla telah tiada. Bella dan Fadil meninggal karena kecelakaan.

"Kasian papah" Ucap Albilla

"Papah kenapa sayang?" Tanya Alfabio yang baru saja pulang dari kerja.

"Papah" Albilla lari lalu memeluk tubuh papahnya.

"Mamah cerita apa aja sama kamu?" Tanya Alfabio

"Mamah cerita waktu dulu papah deketin mamah. Terus papah pernah dipukul sama mamah karena papah deketin mamah mulu." Ucap Albilla. Alfabio langsung menatap Elma. Elma tersenyum kepada suaminya itu.

"Yaudah sekarang papah mandi terus makan. Mamah udah siapin makanan." Ucap Elma

"Davon mana mah?" Tanya Alfabio

"Davon belum pulang pah." Jawab Elma

"Udah papah duga. Anak itu sebenarnya mau nya apa sih." Ucap Alfabio

"Mungkin kak Davon lagi main sama temennya pah. Papah jangan marah ke kak Davon." Ucap Albilla. Alfabio menatap Albilla. Ia merasa kasian kepada Albilla karena anaknya yang menyia-nyiakan gadis lugu seperti Albilla. Pintu terbuka menampilan Davon yang masih memakai seragam namun terlihat berantakan.

"Kak Davon" Albilla berlari memeluk lelaki itu namun tidak dibalas oleh Davon.

"Lepas." Ucap Davon. Albila menggelengkan kepalanya di dada bidang Davon.

"Gue bilang lepasin." Ucap Davon tegas

"Kak Davon kenapa sih selalu kayak gitu sama Billa emang Billa salah apa?" Tanya Albilla yang menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Salah lo karena lo hadir di hidup gue." Ucap Davon. Albilla terisak mendengar ucapan Davon. Albilla lari menuju kamarnya tanpa memperdulikan panggilan dari mamah Elma.

Plak... Alfabio menampar anaknya itu.

"Berani kamu berucap kayak gitu. Albilla itu calon istri kamu. Kalian udah dijodohkan dari kecil." Ucap Alfabio tegas

"Davon ngga peduli tentang perjodohan itu." Ucap Davon lalu meninggalkan kedua orang tuanya.

"Pah." Ucap Elma yang mulai meneteskan air matanya.

"Udah sayang jangan nangis. Kamu adalah kekuatan bagi Albilla. Aku yakin suatu saat Davon akan mencintai Albilla." Ucap Alfabio memeluk istrinya untuk  menenangkannya.

=   =   =

"Hiks... Hiks... Kak Davon kenapa ngomong kayak gitu ke Billa. Hiks... Kita dipertemukan karena takdir. Tuhan tau apa yang terbaik. Hiks... Hiks..." Ucap Albilla yang duduk di ranjangnya. Air matanya mulai jatuh di pipi nya.

"Billa yakin suatu hari nanti kak Davon akan liat Billa dan cinta sama Billa. Hiks... Hiks... Billa ngga boleh sedih. Kalo Billa sedih nanti mamah ikut sedih." Ucap Albilla sambil menghapus air mata nya.

          Di balik pintu ada yang mendengarkan curahan hati Albilla. Elma mendengar semuanya.

"Maafkan anakku yang membuat Billa menangis Bel." Ucap mamah Elma sambil menghapus air matanya.

=   =   =

           Harum aroma maskulin menyeruak di dalam kamar seorang Davon. Lelaki tampan yang banyak disukai oleh kaum hawa. Lelaki berusia 18 tahun yang masih bersekolah kelas 3 SMA.

"Kenapa lo hadir di hidup gue Billa." Ucap Davon kepada diri sendiri.

"Gue benci lo Bill. Gue akan buat lo jauh dari gue." Ucap Davon sambil menatap langit - langit kamarnya.

Tok... Tok... Tok...

"Kak Davon, ini Billa. Billa mau masuk boleh ngga?" Ucap Albilla.

"Pergi, gue ngga mau diganggu." Ucap Davon yang masih berbaring di ranjangnya.

Ceklek

"Ck, GUE BILANG NGGA MAU DIGANGGU. LO TULI." Bentak Davon yang langsung berdiri. Albilla berdiri berhadapan dengan Davon.

"Maaf kak, Billa cuma mau ngasih makanan ini ke kak Davon. Kan kak Davon belum makan malem." Ucap Albilla sambil menatap Davon.

"Gue ngga butuh." Ucap Davon membuang muka nya. Albilla manaruh makanannya di nakas kamar Davon. Lalu ia kembali berdiri berhadapan dengan lelaki yang masih tidak mau menatapnya.

"Kak Davon harus makan. Billa ngga mau kak Davon sakit." Paksa Albilla menarik tangan Davon untuk duduk di tepi ranjang. Davon menatap tangannya yang dipegang oleh Albilla dan menurut untuk duduk di tepi ranjang.

"Sekarang kak Davon makan. Ayo buka mulut. Aaaaa" Ucap Albilla. Davon menurut apa yang dikatakan Albilla. Albilla senang melihat Davon yang mau makan.

"Ini yang terakhir. Aaa" Ucap Albilla. Davon kembali membuka mulutnya untuk suapan terakhir. Albilla memberi minum kepada Davon. Davon meminumnya sambil menatap Albilla yang tengah membereskan piring kotornya.

"Yaudah sekarang kak Davon tidur. Besok sekolah. Nanti dibangunin mamah loh. Terus nanti diomelin sama mamah." Ucap Albilla sambil tersenyum menatap Davon. Davon masih menatapnya dalam.

"Gue pengin lo jauh-jauh dari hidup gue." Ucap Davon. Senyum Albilla luntur karena mendengar perkataan Davon.

"Billa ngga akan pernah mau jauhin kak Davon kecuali Tuhan yang menjauhkan kita." Ucap Albilla. Lalu ia beranjak untuk pergi namun ada sebuah tangan yang menahannya. Davon berdiri di hadapan Albilla sambil menatap mata nya. Davon mendekatkan wajahnya ke arah Albilla. Albilla dapat merasakan hembusan napas Davon di wajahnya.

"Gue ngga suka sama lo." Bisik Davon di telinga Albilla. Albilla mematung mendengar ucapan Davon. Mata Albilla menahan air matanya.

"Keluar!" Perintah Davon. Albilla langsung pergi meninggalkan kamar Davon dengan menahan air matanya.

-

-

-
Gimana? Jangan lupa vote dan coment ya 😁

DavAlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang