Pertemuan I

35 1 2
                                    

"Mat! Kita ke Starf*cks yuk kongkow - kongkow sambil jajan!" ajak Abi sambil mengepulkan asap rokok nya di tengah - tengah ruang kerja Mamat. Mamat yang masih sibuk dengan tugas akhirnya berusaha tidak menggubris perkataan teman satu band nya itu.
Abi berusaha mengambil sedikit perhatian Mamat, walau ia tahu pada akhirnya Mamat akan mengomel karena sudah mengganggunya dengan tugas akhir yang sudah sangat lama ia eramkan di dalam laptop.
Mamat dan Abi adalah member dari sebuah band yang beranggotakan 5 orang laki - laki separuh baya --Mamat (bass), Abi (drum), Saka (piano), Nino (gitar) dan Onci (leader, vokal)-- yang ia namakan Badai Band. Ketenarannya kini sudah mulai memuncak berkat lagu debut mereka yang bertajuk "badai". Kini mereka menggarap album ke 5 mereka yang berjudul "Berani" dan tengah mengadakan show keliling Indonesia berkolaborasi dengan band - band kawakan lainnya.
Tapi mereka tidaklah setinggi apa yang di pikirkan para fans. Mereka tidaklah glamor, tidak mewah, tidak sombong, tidak tahu malu bahkan.. Motto itu akan selalu mereka pegang dimanapun mereka berada dan bagaimana kondisi mereka kelak. Kesuksesan ini hanyalah titipan Tuhan untuk menjadi inspirasi orang - orang yang mendengar karya - karya mereka.

"Ayolah, Mat, gua kan pengen cerita tentang cewek gue nih yang lagi ngambek"
Mamat sontak mematung. Menggantungkan jari jemarinya di atas laptop, lalu menengok ke arah Abi.
"Serius lu ndro?" Mamat dengan wajah lugu nya memastikan niatan Abi barusan.
"Abi serius, don! Yaiyalah serius gue, mankanya buruan, keburu malem. Lu besok harus ke kampus pan pagi - pagi buta." ajak Abi semangat sambil mendorong kursi kerja Mamat kearah kamar mandi.
"Lah ini lu ngapain dorong gua?" Mamat bingung dibuatnya.
"Lah lu mandi dulu lah, mau kongkow masa kaga mandi. Lu inget - inget, Mat, terakhir kali mandi kapan"
Mamat memautkan bibir nya, "Yaelah kaga mandi aja gue ganteng, Bi" balas nya sambil tertawa lalu masuk ke kamar mandi mengikuti arahan Abi. Abi ikut tertawa mendengarnya.

***

"Sak, dimana lu? Gue di rumah Mamat nih nunggu lu sama Nino dateng kesini" tanya Abi lewat telepon genggamnya.
"Wah, sorry bro, gua masih di kantor nih, ada meeting mendadak. Gue pass aja dah, salam buat yang dateng ya." jawab Saka. Ia yang juga adalah seorang wartawan, harus pintar membagi waktu antara waktu kerja dan waktu nge-band nya. Ia sudah terbiasa melewati semua itu. Selama penyemangatnya di rumah tetap setia duduk di sampingnya.
"Yaaah ga asik you!! Kerja mulu, kapan maennya kita?" protes Abi.
"Santuy, Bi. Kita kan dah sering maen benteng dari kecil. Nah sekarang waktu nya cari duit buat meminang doi. Yaudah intinya gue sayang kalian semua, oke. Bye~" Saka mematikan teleponnya. Dan Abi hanya terjijyik mendengar kata - kata terakhirnya barusan.
"Tereak - tereak mulu lo, Bi, dirumah gua!!" protes Mamat yang baru saja selesai mandi dan belum mengenakan apapun kecuali handuk yang menutupi bagian bawahnya.
"Mamat sayang, pakek baju dulu gih, nanti gantengnya ilang pas kita sampe Starf*cks" Abi tak menghiraukan kata - kata sahabatnya itu. Mamat hanya mengacungkan jari tengahnya lalu bergegas masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian.

***

Mereka berdua telah siap, lalu bergegas masuk ke dalam mobil Mamat. Abi hanya membawa motor harley dari rumahnya dan memarkirkannya di halaman rumah Mamat yang di perkirakan seluas lapangan bola voli.
"Nino ga ikut?" tanya Mamat, ia mengaitkan sabuk pengamannya lalu memanaskan mobilnya sebentar.
"Dia bilang, ketemu disana aja beb, gue sama cewek gue. Kata dia gitu sih" jawab Abi sambil menirukan suara Nino.
"Pacar lu punya pacar, Bi. Haha" celetuk Mamat.
"Sialan lu, masa burung makan burung"
Kedua nya tertawa, sampai mobil mulai bergerak keluar dari istana sang raja Badai.

Setengah jam kemudian, mereka sampai di kawasan selatan Jakarta tempat mereka biasa meet up bareng dengan member satu band. Abi dan Mamat melihat Nino sudah duduk berdua dengan kekasihnya yang sudah ia pacari 4 tahun lalu.
Mereka menyapa, tapi tiba - tiba Abi menyeletuk,
"Wey, couple viral nih. Pacaran mulu lu, nikah dong!!"
Mereka berdua hanya tertawa mendengarnya sambil menjabat tangan member satu per satu.
"Bisa aja lu Bi. Lu kira nikah kaya manjat pohon toge apa! Butuh bibit bobot dan bebet yang matang. Ya gak, Mat?" Nino bermain pandang dengan Mamat.
Mamat mengedikkan pundaknya, "Lah ga tau dah, belom pengen nikah gua mah"
"Mat, lu mau pesen apaan? Biar gue pesenin"
"Biasa...~~"
"Oh, oke. Kopi item, siyap!!" belum selesai Mamat menjawab, Abi sudah menyerobot lalu melenggang ke arah bar berada.
"Ga berubah ngeselinnya ya si Abi" Nino hanya geleng - geleng kepala. Aya, kekasihnya tersenyum melihat kelakuan semua laki - laki yang ada di hapannya sekarang.
"Oh iya, Mat, lu bilang lu belum pengen nikah sekarang - sekarang ini?" Aya mulai menyapa Mamat yang terkesan dingin terhadap wanita. Juga terhadap Aya yang notabene nya adalah kekasih sahabat dekatnya itu.
"Untuk waktu dekat ini belum bisa, Ya. Yaaa lu tau kan gue masih kuliah dan lagi ngejar tugas akhir gue. Dan sibuk ngeband juga kesana kemari," Mamat memandang ke arah Nino yang malah membuka handphone nya untuk bermain games.
"Lu dengerin gua juga, bambang!!" sahut Mamat merebut handphone Nino.
"Yaelah lu, Mat! Pengen banget di perhatiin lu!" gerutu Nino kesal.
Mamat menaruh handphone Nino di hadapannya. Lalu meneruskan kata - katanya yang tadi belum ia selesaikan.
"Pokoknya kalo kita udah pada titik kesuksesan, gue baru akan punya niatan nikah."
"Oke, Mat. Gue ngerti rencana dan tujuan lu kedepan. Tapi sorry banget nih, Mat. Ada yang harus gue sampein ke kalian malem ini,"
"Kalo penting, besok - besok aja pas kita semua kumpul, Nin" sahut Abi dengan segelas es kopi dan segelas kopi hitam panas untuk Mamat. Ia lalu duduk memposisikan dirinya senyaman mungkin.
Nino menyalakan rokok nya dan mengeluarkan sekaleng bir dari dalam tasnya.
"Jadi kapan kita bisa kumpul berlima? Karena gue rasa ini penting buat masa depan kita semua"
"Coba tanya Tuhan" jawab Mamat singkat.
Yang lain melongo, "Hah? Siapa Tuhan?"
Mamat tertawa kecil, lalu menyeruput kopi hitam nya sebentar. "Ya Saka, lah. Siapa lagi?"
"Masih ada Onci, Mas Bro" Abi ikut mengepulkan asap nya bersama Nino. "Lo lupa sama Onci?"
"Gue rasa Onci masih bisa kita lobby. Masalah nya Saka. Saka waktu nya padat, coy. Kita harus nyatuin waktu free kita dengan waktu free dia, itu yang sulit" Mamat mencoba menjelaskan.
"Bener juga, Onci jarang ikut juga karena dia ketiduran dirumahnya, bukan hal yang krusial banget sih" timpal Nino.
"Lu sampein pas kita latihan aja, Nin. Gampang, santuy lah" Abi menyarankan.
"Apaan sih lo! Sok tau banget lo, Bi! Emang lo tau gue ngomongin apa sama Mamat?" sahut Nino bercanda.
Abi terlihat kesal, namun malah menukulnya dengan sayang.
"Yaudah gitu aja, Nin!! Becanda mulu lo!!" sahut Mamat kesal melihat kelakuan kedua temannya yang sudah setengah waras. Nino hanya mengangguk. Ia menyeruput bir nya kembali.
Aya hanya geleng - geleng kepala melihat kekasihnya yang saat mabuk sangat ingin di temani oleh Aya seorang. Aya kembali ke arah Mamat, seperti masih ingin menyampaikan sesuatu.
"Mat, kalo lu gua kenalin cewek, kira - kira lu mau ga?"
Mamat tersentak dari lamunannya sesaat. Juga kedua laki - laki yang mendengarnya.
"Hah? Gua? Kenapa gua, Ya?" Mamat mencoba merendahkan dirinya serendah mungkin agar tak terkesan sempurna dengan wajahnya yang tampan.
"Karena dia sahabat gue. Dan gue mau sahabat gue dapet seseorang yang perfect kaya lo"
Mamat berdeham, seseorang mengikik di sebelah pundaknya.
"Diem lu Bi!!" bisik Mamat kesal di tambah dengan sikutan ke arah dada Abi. Abi kembali bungkam dan mendengarkan percakapan kedua belah pihak.
"Gue ga perfect kali, Ya. Biasa aja selow santuy." kata Mamat berkilah dari ucapan Aya barusan.
"Tapi lo mau coba kenal sama dia, kan?" pinta Aya penuh harap. Nino hanya tersenyum ketika Mamat melihatnya. Juga Abi. Artinya mereka berdua menyarankan hal yang sama dengan yang Aya pinta.
"Tapi gue dingin sama cewek, Ya. Gue takut nervous aja kalo deket sama cewek yang baru gue kenal,"
"Yaa.. Makanya lu kenal aja dulu setelah itu yaa terserah lu mau gimana."
Mamat menghela napasnya. Dan akhirnya, "Yaudah deh, gue coba"
Teriakan kedua temannya membuat mereka berhasil mencuri perhatian orang - orang di sekitar kedai kopi memandang aneh ke arah mereka. Namun, tidak ada yang lebih bahagia ketimbang mendengar sahabatnya yang pada akhirnya hendak nge-date dengan seorang wanita.

99.9% Detektif CintaWhere stories live. Discover now