Aku

8 0 0
                                    

Aku, Anaya, biasa dipanggil Naya, adalah anak tunggal dari sepasang suami istri yang sangat keren. Kata Ayah dan Ibu, Anaya artinya melihat pada Tuhan, jadi filosofinya adalah biar aku selalu melihat pada Tuhan sebelum melakukan segala sesuatu. Ayah dan ibu sangat menyayangiku sebagai satu-satunya mutiara hati mereka. Yah, sebenarnya cuma mereka yang menganggapku secantik mutiara. Dalam keseharianku, aku tergolong cewek rumahan biasa, biasa banget, gak ada bagus-bagusnya, gak ada keren-kerennya juga, yang secara gak sengaja (atau sengaja gak sengaja?) gak pernah mau kecemplung dalam pergaulan anak-anak yang gak tahu kenapa hobi nongkrong, main sana-sini gak jelas.

Atau aku yang gak jelas?.

Istilahnya sih bertahan di zona amanku sendiri. Mengarah ke autis mungkin.

Tapi biarpun begitu, aku gak segitu kupernya dan gak pernah kekurangan teman. Kata teman-temanku sih mereka nyaman sama aku karena aku anaknya easy going, lucu, pinter menghidupkan suasana, kata yang lebih tepat sih, aku lebih sering menjadi badut untuk teman-temanku. Selain itu juga karena aku suka ngiler, agak keterbelakangan mental, hobi kentut sembarangan,dan meski sering lupa makan, tapi aku punya kemampuan makan yang besar tanpa pernah bisa gemuk. Well, aku sih memang sadar sama kelebihanku itu. Dan lagi, di sini aku boleh menyombongkan diri dong, mengingat aku sedang berada di zona aman, benarkan? Hei, ini bukan rapat dewan, oke? Suka-suka dong mau ngomong apa.

Aku lahir dan besar di kota Solo. Kotanya para penyanyi keroncong beken, para komedian ciamik, dan kota yang hampir semua penduduknya suka memakai batik. Kami tinggal di sini, memang dari jaman nenek moyang sudah asli orang Solo. Ayah adalah seorang pemilik sebuah travel agent yang lumayan besar, dan Ibu adalah ibu rumah tangga yang sukses dengan usaha butik batik kebanggannya. Kami bertiga, berempat dengan Mbak Mince, ART kesayangan kami, tinggal di kompleks dekat pusat kota yang memudahkanku kemana-mana.

Tinggi dan berat badanku sewajarnya anak gadis seusiaku, dengan rambut yang meski agak tomboy, tapi nyaris gak pernah pendek, hal ini atas 'saran' ibu lebih tepatnya dan selalu tampil rapi dengan kuncir ekor kuda dan poni yang gak kalah lucu, 'saran' ibu juga pastinya, dan juga smilling face yang (menurutku dan ayah ibu) manis. Yah, setidaknya cuma ayah dan ibu yang merelakan diri bilang aku adalah anak paling cantik di seluruh muka bumi, yang secantik mutiara tadi itu tuh.

Tapi karena sifat pelupaku, kadang aku lupa pada nama teman-teman lamaku yang lama gak pernah bertemu, dan senjata paling ampuh adalah dengan bilang...

"Ooooh kamu, apa kabar?"

Jadi wajar kalau banyak yang bilang aku sombong, sebagian lebih suka bilang aku cacat mental. Padahal, sumpah, aku sama sekali gak sombong kok, malah aku rajin menyapu dan memotong rumput. Padahal lagi, aku lumayan cerdas dalam bidang akademis, bukan paling cerdas di kelas sih, tapi lumayanlah. Ini dibuktikan dengan nilai-nilai yang selalu bagus, nyaris gak pernah mengecewakan. Yah, lumayanlah untuk bahan cerita jor-joran Ibu di arisan PKK, yang emang selalu jor-joran segala-galanya, yang suaminya baru beli mobillah, baru beli tanahlah, beli burunglah. Dan kali ini tentang anak gadisnya yang menurut beliau udah paling pinter sendiri sedunia dan akhirat, padahal sebenarnya sih, gak gitu-gitu amat, Moms, suka lebay deh.

Meski pelupa, aku selalu mudah berteman dan (sekali lagi) nyaris gak pernah kekurangan teman. Sampai-sampai Ibu pernah bilang...

"Naya ni dimana-mana kok ada aja temennya ya, dari tukang parkir ujung sini sampai tukang parkir ujung sana, ada aja yang disapa di jalan."

"Iya dong Bu, Nayaaaaaaaaaaa." Aku menyombong dengan dada membusung dan ekspresi secongkak-congkaknya.

"Wah, anak Ibu emang temennya banyak ya. Kayak artis gitu ya." Gitu katanya dengan ekspresi wajah yang teramat sangat bangga, padahal aku juga suka iseng aja nyapa orang di jalan yang kenal juga gak, biar kelihatan eksis aja di depan Ibu, hehehehe. Gak mungkin juga kan Ibu tiba-tiba tanya sama orang yang aku sapa-sapa di jalan.

My JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang