"Jangan pernah kembali lagi kesini"
"Siap! Tidak akan komandan"
Jojo berlari, mengembangkan tangan keudara lalu berteriak "EMAKK AKU PULANGG.."
Sayur asem buatan emaknya memang tidak ada duanya terbukti dengan mulut yag masih sibuk mengunyah "Mhak twolong ambwilkan swatu phwiring lagwhi." Lalu dibalas dengan gelengan tapi tetap diberikan satu porsi penuh untuk Jojo tersayang.
"Kau memangnya tidak pernah diberi makanan ya?" Ara memang sarkas.
"Heh kau! Kenapa rokmu berubah warna jadi abu-abu?!" Jojo malah salah fokus.
"Apakah dipenjara lantas membuat abang jadi bodoh? Aku kelas 12." Jojo terbahak-bahak, lupa bahwa nasi masih memenuhi mulutnya. Ia kesedak.
Dulu Jojo seperti Ara, kelas 12 dan selalu juara dikelas tanpa ikut bimbel, makanya ia selalu bersyukur memiliki otak yang cerdas. Sepulang sekolah biasanya jojo membantu emaknya untuk mendorong gerobak Cakwe dari depan gang rumahnya.
"Mak, tahun depan Jojo ingin kuliah, setelah lulus kuliah nanti aku daftar kerja dan Mamak cukup tiduran nonton sinetron sambil kipasan pakai sepuluh lembar uang seratus ribuan ya mak." senyumnya mengembang mirip adonan roti yang di beri fermipan.
Tapi malamnya, Jojo patah hati, bapaknya masuk rumah sakit dan minggu depan harus cuci darah, Ara tahun depan harus masuk SMP, uang tabungan Jojo mau tidak mau diberikannya untuk meringankan beban keluarganya.
Sejak hari itu Jojo mulai bekerja di Rumah Makan Padang milik tetangganya, ia mencuci piring juga mengepel, pulang jam sembilan malam dan dibayar dua puluh ribu.
Jojo memutar otak, membawa dirinya berkeliling menjajakan jasanya sebagai tukang pikul, badannya remuk karena harus mengangkat beras berkilo-kilo, sekolah terbengkalai dan kena tegur.
Jojo makin stres sampai akhirnya ia mendengar suara malaikat "Jo, ikut aku nanti kuberi kau uang yang banyak."
Asal dapat uang, Jojo maju tanpa gentar sampai-sampai tangan Jojo gemetar bukan karena Arip memberinya uang dua setengah juta melainkan ia baru saja membantu yang ia kira tadi suara malaikat mencuri sepeda motor.
"Tidak apa Jo, kau bisa sumbangkan setengahnya ke Masjid atau Gereja dekat sana, Tuhan maha baik, ia pasti mengerti." Arip berhasil membuat amukan Jojo mereda.
Begitulah lalu Jojo beralih profesi menjadi tukang nyolong motor, tadinya berdua kini sendirian, tadinya hanya membawa kunci T sekarang senjata api. Bukan main, sepuluh motor sehari terlampaui. Jojo kini profesional!.
Dari uang itu Jojo bisa menabung untuk kuliah, membantu biaya cuci darah Abahnya dan juga biaya sekolah Ara. Ibunya pikir anaknya sukses, tetangganya iri juga mengira sebentar lagi mungkin Jojo akan menjadi juragan rokok paling kaya dikampung.
"DEMI TUHAN DIA MEMANG BERSALAH PAK!" tak peduli polisi tetap membawa Jojo. Ia memang dinyatakan bersalah, lalu bergabung bersama dengan tahanan kasus pencurian dan penganiayaan.
Tiga bulan didalam sel Jojo rindu keluarganya dan babak belur digebuki teman satu selnya, dipaksa membayar sewa untuk tidur, makan bahkan untuk bernafas di ruangan itu, pegawai sipir tutup mata.
Keluarga Jojo belum pernah ada yang berkunjung, makanya setiap pegawai sipir datang memberi kabar ke sel nya ia tidak antusias, tapi hari ini berbeda.
"Jo, adikmu menelfon" Jojo setengah berlari, tidak peduli dengan kakinya yang pincang sebelah karena di tendang teman satu selnya.
Setelah bertanya kabar, membuang seluruh rasa malu Jojo menjelaskan keadaaannya dan meminta uang kepada adiknya itu.
Ara menarik nafas dalam-dalam. "Jangankan uang bang, Abah saja sudah tidak punya." Telfonnya kemudian terputus, Jojo terpekur, dadanya sesak, matanya panas, mau digebuki seratus kalipun Jojo pasrah karena tubuhnya seperti mati rasa, otaknya yang cemerlang sepertinya juga rusak.
Hari setelahnya sipir penjara membawakan sepucuk surat, yang dibuka Jojo dengan serobotan.
"Jo..
Hari itu aku menembaknya tapi beruntungnya polisi menangkapmu,
Tuhan menciptakan negri ini dengan tanah yang begitu indah dan begitu kaya dengan kekayaan alamnya, bahkan kita menikmati dengan puasnya.
kalau kau tahu, ini tidak adil Jo,
karena itulah tuhan menciptakan setan ras laki-laki sepertiku.
Keluar dari sana tobatlah, mulai hari ini akan kupastikan kau tidak akan bisa menghubungiku, karena aku akan pergi berlibur dan sibuk membebaskan mimpiku.
Salam, Arip yang kau kira malaikat"
Kuku kulitnya memutih karena mengepalkan tangan terlalu kuat, dadanya sesak hingga akhirnya Jojo meledak, berteriak, meraung-raung seperti orang kesurupan dan menyumpahi siapapun, termasuk Tuhan.
Hari itu mereka berdua memang beraksi, Jojo menyetir Arip duduk dibelakang sambil menodongkan senjata api mengejar pengendara sepeda motor pukul dua malam, kali ini bukan mencuri tapi mereka yang menangkap pencuri motor.
Pencurinya meninggal, Arip pun di penggal.
Bukan liburan, tapi ia pergi ke Bukit Nirbaya.
Pukul dua malam juga, Jojo bertaubat, mendekatkan diri dan berencana memperbaiki kehidupannya yang berantakan.
Semoga bukan wacana yang berakhir menjadi bencana.
YOU ARE READING
Harusnya Namanya Ingatan
Short StoryHanya dokumentasi, jaga-jaga kalau memory nya kena format. Silahkan kalau mau baca, bisa dari bagian mana saja karena tidak saling terikat, alias ceritanya langsung selesai satu episode.