Dari semalam aku bahkan tidak bisa tidur. Perkataan Felix kemarin terus terngiang-ngiang di kepalaku. Ditambah lagi aku terus memimpikan itu akhir-akhir ini. Sepertinya aku perlu diruqiahin.
Ting Tong
"Iya, sebentar."
Terdengar suara bel pintu yang disambut oleh Emak. Aku beranjak dari kasur dan mengintip dari jendela siapa yang datang.
"Ugh, sudah datang," pekikku semangat.
Aku bergegas berlari menghampiri mereka di ruang tamu. Emak berpesan kalau aku diminta menemani mereka sementara beliau membuatkan teh.
"Bisa ke kamar saja tidak enak kalau bicara disini."
Mereka mengangguk. Salah satu gadis yang sebaya denganku itu menepuk pundakku dan berkata, "Tidak apa-apa."
Itu Sevi dia tersenyum memaklumi maksudku. Aku pun membalas senyumannya sambil berlalu duluan mengantar mereka ke kamarku. Aku juga memberi tahu ibu kalau mereka berada di kamarku. Selain Sevi salah satu tamu yang lain adalah Felix.
Mereka sekarang duduk di karpet yang dipisah oleh meja kecil yang terdapat dua gelas teh dan beberapa cemilan lain. Sementara aku duduk di kasur sambil memeluk bantah.
"Jadi gimana Aria?"
☀️☀️☀️
'Felix tersenyum! Waah fenomena langka!' pekikku dalam hati.
"HAHAHA."
Aku tertawa terpingkal-pikal sementara itu Felix memandangku heran. "Kenapa?" tanya Felix.
"Hahaha, Felix kau bisa tersenyum? Hahaha."
"Aku anggap itu ejekan." Responnya tak terduga! Walau dia bilang begitu tapi dia malah tersenyum dan sekarang lebih lebar dari sebelumnya. Bisa dibilang senyum dua jari.
Felix masih mempertahankan senyumannya sambil menopang dagu dan minum tehnya dengan santai. Perasaanku sekarang campur aduk, ANTARA AKU YANG GERAM ATAU AKU YANG GEMAS MELIHATNYA.
Ingin sekali aku memukulnya!
"Hahaha, astaga Felix! Kau gemesin banget sih. Jadi pengen mukul."
"Hmm?"
Tunggu dulu! Apa yang aku ucapkan tadi. Sialan, malu-maluin. Seketika aku diam menunduk meruntuki yang aku ucapkan tadi. Pipiku memanas aku bisa merasakan semburat merah mulai merambat naik menuju ubun-ubun kepalaku.
"Pffft, bukannya yang gemesin itu kau ya, Ar. Hehehe."
'F-Felix tertawa!' Langka sih tapi aku sudah terlanjur malu. Jadi aku diam saja menerima semua responnya.
"Ehem, maaf. Jadi sampai mana tadi," ucap Felix yang sudah kembali datar. Rambutku walau pendek ternyata masih bisa menutupi wajah terkejutku.
"Jadi gini, jika kau menyetujui ideku. Bagaimana jika saat kau ke Jogja nanti ditemani oleh Sevi. Ibumu mencemaskanmu waktu berangkatnya yang sendirian bukan? Kau berangkat dengan di jemput oleh Sevi yang ke rumahmu dan minta izin ke ibumu untuk berangkat bareng ke Jogja."
Aku tak pernah menyangka jika idenya se-Wow itu. Kenapa aku tidak kepikiran hal ini sebelumnya? Ibu sih biasanya akan pasrah jika ada yang mengajakku. Karena sudah terlanjur datang kasian kalau ditolak.
Hanya saja apakah Sevi akan menyetujui ide ini atau tidak? Bagaimana jika ia ada urusan lain dengan keluarga atau temannya?
"Tenang saja kau bisa tanya dia besok. Lebih baik dibahas besok saja yang detailnya. Untuk sekarang lebih baik santai saja anggap ini sebagai refresing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Hilarious Reunion
Teen FictionPertemuan 5 orang siswi yang sudah 5 tahun tak bertemu setelah lulus sekolah. Dan dari itu ada cerita kocak dari perencanaan reuni sampai reuni dimulai. Halang rintang yang banyak membuat mereka semua kelimpungan dan hampir membatalkan reuni mereka...