Chapter 1❤

4 1 0
                                    


Gadis itu berkeringat mengejar bis yang baru saja meninggalkannya, dengan lari yang super cepat ia berhasil memberhentikan bis itu.
Gadis itu adalah Ana , ia hampir terlambat gara gara bangun kesiangan.

"Pakk,, berhenti pak Ana mau naikkk.."Ana terus berteriak kepada  supir bus,  supir bus pun berhenti karena diberitahukan oleh penumpang lainnya bahwa ada yang ingin naik.

"Duh ,, makasi ya mas,."ucap Ana pada penumpang yang menolongnya.

"Panas banget,,baju Ana juga basah, duhh nggak nyaman"keluh Ana pada dirinya yang dibasahi keringat.

Peluh membajiri wajahnya, dan punggungnya juga terasa basah. Ia mengeluarkan sapu tangan kesayangannya, sapu tangan yang selalu ia bawa kemanapun pergi, karena hanya itu peninggalan dari ibunya , sapu tangan itu pun bukan diberikan langsung oleh ibunya. Sapu tangan itu diberikan oleh neneknya setelah ibunya tidak ada kabar. Sapu tangan cantik yang bertuliskan Ana Layla, ya kata nenek sapu tangan itu dijahit langsung oleh ibunya. Dan sapu tangan yang sangat berharga bagi Ana.

Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi , Ana bergegas menuju pagar sekolah. Tapi nasib sial sedang mendatanginya baru saja akan memasuki pagar ,pagar itu ditutup oleh Pak Karyo satpam di sekolahnya.

"Pak, Ana mohon pak sekali ini aja izinkan Ana masuk pak"

Dengan tatapan memohon dan memelas Ana memohon pada pak Karyo untuk dibukakan pagar, Ana baru ingat kalau pagi ini ada jadwal Ulangan fisika. Guru fisika yang killer ,tidak akan memberikan remedi bagi siapapun yang tidak ujian saat ujian sudah dilakukan.

"Ana kamu kenapa sampai terlambat,nggak biasanya kamu terlambat Ana."Ucap pak Karyo sambil memainkan kumisnya.

"Ana bangun kesiangan Pak, tadi malam Ana belajar keasikan jadi nggak sadar udah tengah malam dan juga karena Ana ujian Fisika pagi ini pak,,Ya ampun Ana baru ingat"Sambil menatap pak Karyo dengan tampang memelas dan wajah imutnya.

Pak Karyo tau Ana, cukup tau bagaimana kehidupan Ana dan sifat Ana. Ia tau Ana baru sekali ini terlambat . Ia mengijinkan Ana masuk dengan perjanjian tidak akan mengulanginya lagi. Setelah Ana menyetujui ia pun diperbolehkan masuk.

Ana berlari dengan kencang menuju kelasnya, tanpa disadari tali sepatu Ana terlepas dari ikatannya, sampai ia terjatuh mencium lantai.

Bruukk...

"Aduhh, sakit banget lutut Ana, untung nggak berdarah, Ana harus kuat kalau nggak mau ketinggalan ujian fisika"ucapnya sambil mengusap daerah sekitar lukanya.

Lutunya memar dan untungnya tidak berdarah, ia sedikit kesusahan untuk bangkit , sampai sebuah tangan ada di depan wajahnya mengulurkan bantuan untuk ia berdiri, tanpa mendongak Ana berdiri dan langsung berlari menuju kelasnya .

"Terimakasiihhh ya"teriaknya sambil berlari.

Ia tau yang menolongnya adalah laki laki karena dari bawah ia bisa melihat yang menolongnya memakai celana. Ia tidak sempat menatap wajah orang itu , karena Ulangan fisika yang penting baginya.

Di dalam kelas hening menyelimuti siswa siswi yang sudah mulai mengerjakan ujian, Ana menyalami tangan Bu Santi, Ana diperbolehkan ujian setelah kesepakatan kalau ia tidak diberikan waktu tambahan untuk mengerjakan. Ana sangat senang dan langsung mengerjakan ujiannya.

"Akhirnya siap juga, walau waktu pas pasan aku bisa menyelesaikannya, walau waktu terbatas dan semoga saja bisa buat nenek bangga dengan nilai Ana nantinya" ucapnya sambil tersenyum dengan lesung pipi manis di kedua pipinya

"woyy, Ana kenapa sampai telat sih, biasanya Ana sisil nggak terlambat, kenapa ni,,kamu begadang ya nonton drakor?"ucap sisil, sahabat Ana

"Sisil, yang cantiikk Ana tu nggak nonton drakor...tapi semalam tu Ana belajar saking keasikannya Ana lupa udah tengah malam dan ketiduran deh di meja beljar"sambil mengemut Lolipop kesukaannya.

PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang