Chapter 2 ❤

10 0 0
                                    

Aldan pov

Laki laki itu menuruni tangga sambil membawa tas sekolahnya, dan tersenyum pada anggota keluarganya yang telah menunggunya di ruang tamu.

"abang kok lama banget sih,,Lala tu udah kelaparan"gerutu Lala adik semata wayangnya Aldan

"Iya Lala,, abang minta maaf"Ucap Aldan sambil mengusap kepala adiknya

"ini bang ,lauknya dimakan, bunda sengaja buatin makanan kesukaanmu"ucap Maya ,ibu Aldan

"Makasih bun,"

Makan pun berjalan dengan khidmat dan semua sudah selesai makan, tinggal Lala yang makannya memang Lama.

"Aldan nanti pulang sekolah langsung pulang ya ,Ayah mau membicarakan sesuatu"Ucap Indra, ayah Aldan

"Iya yah"

"Aldan pamit ya bun ,yah dan adek Lala "
Pamit Aldan menciumi tangan orang tuanya.

Sampai di sekolah, masih terlalu pagi hanya dua atau tiga orang yang datang.

Aldan pun memilih ke perpustakaan karena tempat ini yang sangat cocok dengannya. Tempat dimana tidak ada orang yang mengganggunya, terutama wanita wanita yang meneriaki namanya dan berusaha dekat dengannya. Ia sangat risih dengan hal itu.

Ia menikmati buku yang sedang ia baca, buku berjudul BUSINESS itu menarik perhatiannya, mengingat sebentar lagi ia akan menjadi penerus Perusahaan ayahnya.

Perusahaan yang telah dirintis oleh ayah dan sahabat karibnya, bagaimana perjuangan mereka yang selalu membuat Aldan bangga dengan ayahnya. Ia tidak mungkin mengecewakan ayahnya, ia bertekad akan melanjutkan perjuangan ayahnya dengan memajukan perusahaan itu. Perusahaan yang juga akan memberikan kehidupan untuknya dan pendamping hidupnya di masa depan nanti.

Aldan ingat akan suatu hal, ia langsung melihat jam yang melingkar di tangan kanannya itu, parahnya jam masuk sudah dibunyikan 20 menit yang lalu. Dengan tergesa gesa ia merapikan buku yang dibacanya tadi dan keluar dari perpustakaan itu.

Saya berjalan dengan cepat, sambil memperhatikan arloji ditangan, . Sampai seseorang terjatuh karena menabrak tubuh saya,
Saya  hanya diam mematung melihat cewek ini mengaduh kesakitan karena lututnya memar, untung tidak berdarah kalau berdarah saya mungkin akan benar benar terlambat karena mengantarkan dan mengobatinya di UKS

Gadis itu tampak kesusahan berdiri tanpa banyak kata, saya langsung menawarkan bantuan untuk membantunya berdiri, dengan tergesa gesa ia menerima  uluran tangan saya, dan ia pun pergi berjalan dengan cepat sambil mengucapkan terima kasih dia seperti mengejar sesuatu.

Aaa,,sepertinya saya ingat siapa dia.
Waktu itu Januari 2018, bulan penerimaan murid baru di sekolah ini. Tepatnya tanggal 5 Januari 2018, pada hari itu saya yang mendapat kepercayaan menjadi ketua Osis bertugas sebagai pembina Mos untuk tahun itu.
Gadis yang sangat pembangkang, yang membuat saya tidak bisa menahan amarah dalam diri saya. Dengan beraninya ia tidak mengikuti acara Pembukaan Mos, hal yang sangat jarang dilanggar bagi junior yang biasanya awal sekolah tampak penurut dan tunduk akan peraturan. Tetapi ia tidak , ia berani menentang peraturan. Saya selaku pembina Mos tentu saja menghukumnya. Membersihkan koridor sekolah bukan hukuman yang berat untuk seorang junior yang melanggar, biasanya junior yang melanggar akan dihukum lebih parah, ia bisa saja langsung dikeluarkan mengingat ia adalah junior, terhitung baru satu hari di sekolah ini.

PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang