1

92 7 8
                                    

"VANIA... bangun ishh. Emang kamu mau terlambat di hari pertama kamu di sekolah baru?" ucap Rachel—bunda Vania yang masih mengguncang-guncang tubuh vania. Yang diteriaki pun hanya menguap dan mengucek matanya. "ishhh, kebo' banget sih kamu. Udah cepet ayo bangun mama sama papa nunggu di bawah." Ucap ibunda vania lagi. Vania yang masih setengah sadar mencoba mrthengumpulkan nyawa-nyawanya yang melayang entah kemana dan mencoba bangkit menuju kamar mandi.

***


Vania sekali lagi bercermin dan kembali menata rambutnya sekali lagi. Sudah merasa rapi, ia memoles liptint di bibirnya dengan sangat cantik. Sudah rapi. Vania mengambil tas sekolahnya di atas sofa kamarnya dan mulai turun dengan wajah cantiknya.

Sesampainya di meja makan, vania disambut dengan wajah manis oleh mama dan papanya. Hanya satu orang yang bermuka jutek terhadapnya, juno—kakak vania. Vania langsung mengambil duduk disamping kakaknya dan menyapanya.

"pagi kakakku sayang." Ucap vania dengan senyum di wajahnya yang membuatnya tampak lebih manis. Vania yang hanya dibalas deheman pun kesal dan menampilkan wajah kesalnya. Juno yang mengetahuinya langsung menoleh pada vania dan menyapanya kembali.

"pagi juga vania yang manjanya minta ampun.." ucap juno dengan gemas dan mencubit pipi adiknya itu dengan lembut. Juno menyayangi adiknya, sangat menyayanginya. Jika ada yang membuat vania sedih, juno lah yang membalas dendamkannya untuk vania. Vania yang sudah disapa balik langsung tersenyum dan mulai memakan roti selai coklatnya. Rachel dan rayhan yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang menurut mereka sangat lucu.

"van, nanti kalau udah sampai disekolah langsung ke ruangan tata usaha aja yah. Papa ngak bias nganter kamu ke masuk ke sekolahnya, papa ada meeting pagi-pagi." Ucap rayhan—ayah vania.

Vania yang diberitahu hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Ia mengerti sesibuk apa ayahnya. Ia selalu mengerti mengapa ayahnya selalu sibuk. Karna itu semua untuk dirinya, kakak, dan mamanya. Ia selalu bertanya pada juno, dan juno menjawab begitu. Dan akhirnya vania mulai mengerti.

Vania meminum susunya dan membersihkan mulutnya yang terkena sisa susunya. Ia berdiri dan mengambil tas sekolahnya.

"pa, vania tunggu didepan ya" ucap vania dan dibalas anggukan oleh papanya. Vania menuju ke teras dan melihat pemandangan didepan rumahnya. Ia meniliti setiap rumah tetangga-tetangga barunya. Ia memicingkan matanya mencoba memperjelas penglihatannya. Ia melihat seorang laki-laki yang menggunakan seragam sama sepertinya. Ia melihat cowok itu mulai memakai helmnya dan menjalankan motornya hingga tidak lagi terlihat dipenglihatan vania.


Vania yang terlalu seriuskan memperthatikan laki-laki tersebut tidak sdar bila papanya sudah berada dimobil dan memencet klakson berkali-kali. Vania yang mulai tersadar langsung bergegas ke mobil dan meminta maaf pada papamya yang mungkin akan terlambat beberapa menit.

***


Sesampainya di sekolah, vania langsung pamit turun dan diberi sedikit wejangan oleh ayahnya. Ia memasuki gerbang sma kartika dengan mata yang sendu. Coba saja masih di Palembang, mungkin sekarang gue lagi sama dinda dan oliv. Batin vania. vania sebenarnya sudah pasrah dengan keadaan ia harus menetap dijakarta untuk beberapa bulan, yang vania pikirkan adalah bagaiamana ia beradaptasi dan mencari teman yang baik-baik seperti di Palembang. sudahlah. Tidak usah dipikirkan lagi. Toh, semua sudah terjadi.batin vania lagi. Vania kembali berjalan masuk dengan wajah lesu untuk mencari ruang tata usaha.

Setelah mencari-cari ruang tata usaha yang belum didapatnya, vania yang kelelahan pun akhirnya menuju kantin untuk membeli minuman dingin dan sapatau ia mendapat informasi keberadaan ruang tata usaha tersebut. Vania masuk dan memesan jus alpukat dan meminumnya secara rakus. Setelah meminumnya sampai habis, vania pun kembali ke pedagang jus alpukat tersebut.

Silent LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang