Kau tahu kesalahan pertamaku ialah keegoisanku yang selalu berharap kau hanya menginginkanku sama seperti aku menginginkanmu.
~simon~
Semenjak pertemuan antara aku dan simon di malam itu kini pertemuan kami semakin berlanjut dan kami saling terhubung. Dia sering menemuiku di tengah malam, mengajakku ke tempat pertamakali kami bertemu dan ia selalu menceritakan tentang tuannya itu. Kurasa sudah ratusan kali bahkan ribuan kali simon menceritakan tuannya. Hanya saja ada beberapa hal yang selalu dirahasiahkannya, tentang siapa dia dan apa yang tengah dilakukan tuannya. Tak pernah sekalipun simon menyinggung tentang itu.
Jam berdering nyaring sebanyak 12 kali menandakan waktu sudah menginjak pergantian hari. Seperti biasa, aku terbangun di jam ini untuk bertemu dengan simon yang sudah dipastikan simon sudah menungguku di depan gerbang rumahku sambil menyender dan melipat kedua tangannya ditambah senyuman hangat di wajahnya. Tanpa mengganti baju aku bergegas keluar dari rumah untuk menemuinya. Aku berjalan dengan cepat menyusuri halaman depan menuju gerbang agar tidak ada yang mengetahui aku keluar tengah malam, terutama ketua pelayan rumahku, alberto.
Biasanya tak banyak bahkan jarang untuk para pelayan keluar di tengah malam. Namun, tak ku sangka seorang pelayan mengejutkanku dengan suaranya yang cempreng serak. "Nona, anda akan pergi kemana di jam sekarang?" Aku terkejut mendengar salah satu peyalan rumahku memanggil dan bertanya padaku. Sedangkan aku keluar secara diam-diam tanpa memberitahu ketua pelayanku. Karena aku yakin pelayan tua itu tidak akan membiarkan aku pergi selarut ini ditambah aku pergi dengan seorang pria yang baru ku temui.
"Aku akan keluar sebentar," Jawabku. "Masuklah dan jangan beritahu alberto!" Titahku, tapi pelayan itu tetap berdiri didepanku sambil menatap mataku. Sungguh lancang sekali pelayan ini berani menatapku. Bahkan ia tak menghiraukan titahku untuk segera masuk.
Aku mulai tak suka dengan pelayan yang satu ini. Dia mulai tak menghargaiku. Apa pelayan itu tak menganggapku sebagai tuannya? Ditambah pelayan itu tidak membungkuk sama sekali kepadaku dan dari bahasa yang dipakainya sungguh tidak mencerminkan kalau dirinya hanyalah seorang pelayan rendahan. Sudah bagus aku memungutnya dari kolong jembatan kumuh dengan keluarganya waktu itu, jadi ini balasan yang diberikan orang sepertinya?
"Hey kau! Bereskan semua barangmu dan bersiaplah esok kau harus pergi!" Ucapku angkuh dengan tatapan sinis ku lontaran kepadanya.
Aku berjalan menjauh darinya menuju gerbang. Namun, pelayan itu tetap mengikutiku dan terus memanggil. "Nona, maafkan aku," Ucapnya terus berusaha untuk menghentikan langkahku.
"Nona! " "Nona kumohon!Nona," Rengeknya membuatku jijik, dengan kedua matanya yang besar dan merah menahan tangis yang akan keluar dan hidungnya yang membesar menahan emosi yang sudah meluap, semakin membuatku jijik padanya.
Aku tetap melangkah. Keputusanku sudah bulat. Aku tidak peduli lagi padanya. Seenaknya saja pelayan itu meminta maaf untuk apa yang telah dilakukannya. Hanya kehilangan satu pelayan yang kurang ajar tidak masalah bagiku. Aku masih bisa mencari seribu pelayan lain jika aku mau, yang etikanya lebih baik dan lebih terpelajar dari pelayan itu.
Ku buka gerbang rumahku. Tentu saja simon sudah menunggu di depan gerbang dengan senyuman hangatnya. Ketika kembali ku tutup gerbang pagar, dengan kurang ajar pelayan itu mencoba menghentikanku dengan mendorong gerbang pagar agar kembali terbuka.
"Nona aku mohon! Jangan pecat aku! Aku memiliki keluarga yang harus ku hidupi. Aku mohon nona," Pintanya yang masih memegang gerbang pagar dengan erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Guardian Angel ( A Hope And Shooting Star )
Mystère / ThrillerDan harapanku menjadi nyata Saat.... datang suatu malam yang mengubah kehidupanku menjadi lebih baik. Dan semuanya berawal dari... Sebuah permohonan yang ku ucapkan saat aku melihat sebuah bintang jatuh yang terang dan indah. Seterang dan seindah m...