Dia (?)

355 16 0
                                    

"Perempuan bodoh! Kenapa kau harus menangis huh?!" Aku mengumpat pada diriku sendiri karena dengan mudahnya mengeluarkan air mata, ini sudah kesekian kalinya.

Saat berada di taksi menuju bandara pun aku terus saja menggerutu diringi umpatan yang kulanjutkan dalam pikiranku. Percuma, dari sekian banyak emosi yang menumpuk dalam hati ku tetap saja mampu mengalahkan umpatan serta kata bijak yang terus berputar dalam pikiranku. Aku kalah, aku tetap perempuan rapuh yang air matanya terus mengalir dan tak mau diperintah.


"Kenapa aku harus lahir sebagai perempuan dengan emosi yang tak pernah bisa ku kontrol? Selalu terlibat dengan berbagai perasaan yang tak bisa dituntaskan secara sendiri! Ah!" gerutuku benar-benar kesal.


"Karena tuhan percaya nona makhluk yang istimewa yang mampu menjaga gelar sebagai perempuan yang memiliki berjuta perasaan dan tak akan menyesalinya" jawab supir taksi yang tak pernah ku minta untuk menjawabnya dengan senyuman yang samar-samar ku lihat dibalik kaca spion pengemudi.


"Jangan menjawab! Abaikan saja, aku tak pernah memintamu untuk mendengar dan menjawabnya! Kau jelas menambah kekesalanku!"


"maafkan saya nona, saya tak bisa menahan hasrat untuk mendengar dan menjawab. Saya hanya mencoba untuk mengajak nona berbicara karena saya melihat nona dilanda emosi yang luar biasa dan nona jelas tak bisa mengontrolnya" jawabnya seakan dia psikolog yang hebat dengan nada kasihan yang melekat didalamnya.


Dia sok tahu, walaupun sedikit ada benarnya kata ku dalam hati dan kemudian menjalankan aksi membisu.

Hening, tak ada lagi suara yang menyahut dari bibir si supir. "Antarkan aku ke bandara Soekarno-hatta"kataku memecah keheningan. Ada guratan dan beberapa ekspresi yang tak ku mengerti dari si supir yang jelas terekam dalam memori otakku. Dia sesekali mengangkat alis sebelah kanannya seperti bingung dan keheranan. Dia ingin bertanya tapi terlihat jelas di wajahnya dia ragu dan segera mundur dari rasa keingintahuan itu. Oh dan apa yang ku lakukan?! Memerhatikannya? Tapi, tidak salah bukan? Tak ada yang menarik untuk dilihat dibalik kaca jendela taksi ini selain ekspresi yang terus berubah. Guratan diwajahnya yang menarik, ah dia manis. Wajahnya yang teduh sejenak mengajakku untuk tersenyum. Bibir ini jelas tak terkontrol kini benar-benar membentuk lengkungan yang sempurna. Alisnya yang terangkat mengajak bibir ini untuk tersenyum jahil. Tiba-tiba dia tersenyum. Ah, aku tertarik untuk kembali sadar dan secepat mungkin menggelengkan kepala "tidak-tidak, jangan" gumamku.

"hahaha" tawanya pecah, aku berganti menarik alis. "nona lucu sekali" lanjutnya. Aku hanya berdiam tak merespon dengan suara melainkan mengeluarkan ekspresi yang meminta penjelasan secara lanjut "dan tidak jelas, oya kalau boleh tahu untuk apa nona ke bandara?" lanjutnya.

Ah penjelasan macam apa itu, tiba-tiba bertanya lagi sebelum menyelesaikan apa yang sedari tadi kuminta penjelasannya secara jelas. Laki-laki memang menjengkelkan. Huh, gerutuku dalam hati jelas sangat kesal. Aku melipatkan kedua tangan sambil cemberut. "Kenapa? Kau mau ikut!?" tanyaku balik sekenanya dengan nada ketus. "bolehkah? Percayalah aku memang ingin pergi juga dari Indonesia sekarang juga" balasanya dengan raut wajah yang serius.

"Apa? Aku hanya, aku tidak benar-benar mengajakmu, kau tahu? Aku hanya kesal dan menjawab sekenanya" kataku jujur dengan sedikit rasa khawatir. "ah benarkah? Sayang sekali, padahal aku ingin" katanya dengan nada yang jelas kecewa. Oh ayolah, aku baru mengenalnya dan dengan mudah luluh pada nada kekecewaan itu, tidak tega tepatnya. Apa yang harus aku lakukan? Ini salahku bukan? Mengajak seseorang akibat jawaban sekenanya dan memberinya harapan palsu bukankah itu sangat kejam? Ah bagaimana ini? Haruskah aku mengajaknya? Oh aku terus saja membuat masalah.

"maafkan aku, tapi kau tahu aku-kamu tidak punya hubungan apa-apa saling mengenalpun tidak, ini akan tidak baik bila kita aku-kamu pergi bersama" jelasku dengan nada sebaik mungkin. "maaf" jawabku menunduk, malu tentu saja.

"hahaha aku juga tahu nona, bagaimana kalau aku bertindak sebagai teman atau sebagai orang yang bekerja untuk menunjukkan arah saat kau berada di negara lain atau mungkin masih dalam Indonesia. Kau tahu aku akan pergi dengan mu dengan alasan sebagai teman yang bekerja, kau tak perlu membayarku tenang saja. Tujuanku hanya ingin menyingkir dari tempat ini dengan sayarat memiliki teman" jelasnya panjang lebar.

"Apakah kau bisa dipercaya? Dari penjelasanmu kurasa kau ada maksud yang lain, bukan hanya sekedar ingin pergi sendiri. Kau jujur, tapi tidak sepenuhnya. Aku tahu, feeling ku memang hebat bukan?" kataku sambil mengalihkan pandangan dan mengarahkannya kearah jalan.

"kau benar nona, feeling mu hebat. Haruskah aku memberikan profil tentang diriku sekarang juga? Atau nona ingin mendengarkan penjelasan ku terlebih dahulu?

"aku percaya padamu, ceritakanlah terlebih dahulu" balasku.

"Aku dijodohkan, saat ini aku menyamar sebagai supir, ingin pergi dari daerah ini kalau bisa pergi meninggalkan negara ini. Aku sedang menginginkan seseorang yang mungkin sulit untuk ku miliki. Aku pergi tapi tidak dengan rasa putus asa dan membenci melainkan pergi untuk melindungi, melindungi seseorang yang benar-benar ingin ku lindungi. Percayalah, aku bukan laki-laki yang jahat" jelasnya. Baiklah, jawaban itu berhasil mengunci bibirku, aku membisu untuk beberapa detik, banyak pikiran yang terlintas dalam otakku tapi ada satu hal utama yang dapat kusimpulkan, aku perempuan yang dengan mudahnya percaya pada seseorang yang baru ku kenal dan mengijinkannya ikut dalam dunia kabur-mengabur dari tempat ku saat ini. Oh tuhan, jangan buat aku salah mengambil keputusan, tutup pikiranku.


Akhirnya kami tiba di bandara dan aku mulai memutuskannya.

"kita ke Jepang sekarang, cerita lebih lanjut bisa kau ceritakan nanti. Jangan macam-macam! Ini kepercayaan yang pertama ku berikan pada orang yang secepat kilat aku kenal secara Cuma-Cuma" nadaku jelas mengancam dengan mata menyipit dan sedikit mengintimidasi. Dia hanya balas tersenyum. Satu jam kemudian, kami lepas landas dan meninggalkan tanah kelahiran ini.

#. tbc

Hi readers! Mungkin kali ini cerita selanjutnya bakalan lama untuk diuanggah. Biasaa.. mendekati semester lagi sibuk-sibuknya buat persiapan*anakrajin dan baik*

Semoga kalian suka ya! Ini baru awal ceritanya.

See you byebye!!! :)

Vot&Com



Sesuatu setelah JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang