Insiden kedai ramen

229 13 0
                                    

Hallo!!! Vot&Com nya ditunggu!

Selamat membaca :)

Sorry lama. emang slow updte hehe.

-Alex-

Aku melirik gadis yang berada disebelahku. Sedari tadi aku hanya melakukan itu tanpa fokus pada acara televisi yang di siarkan di Jepang saat ini. Dia terlihat begitu bosan sambil sesekali mendengus.

Kenapa ekspresinya begitu cantik dan sangat menggemaskan? Kecuali saat dia menangis tentu saja.

"Paul, aku bosan. Jalan yuk. Kemana aja deh"
"Kenapa kamu manggil aku paul? Sudah ku bilang panggil saja Alex"
"Tidak mau. Kenapa memang? Terserah aku dong. Suka aja panggil Paul. Hehe" kata nya sambil cengar-cengir.
Cantik sekali dia kalau seperti itu.
Seharusnya dia beristirahat saja hari ini. Tapi aku tidak tega melihat dia terus memohon agar diajak keluar dan jalan-jalan. Apa wanita seperti ini? Suka sekali jalan-jalan.
Kami akhirnya berjalan menyusuri kota. Memasuki beberapa toko hanya untuk melihat apa yang mereka jual. Naya tidak membeli, sepertinya dia tidak begitu tertarik dengan kegiatan berbelanja.
3 jam kami berjalan hanya menyusuri jalanan yang cukup padat sambil sesekali melirik bangunan dan toko-toko.
"Aku lapar. Bagaimana kalau kita makan ramen?" Naya menatapku dengan tatapan memelas kemudian ku dengar perutnya berbunyi.
Aku tertawa tentu saja.
"Ya ampun. Demi tuhan, ketawa mu ga bakal buat aku jadi kenyang. Cepat tunjukkan tempatnya Paul" Naya menambahkan dengan pipi merona.
Cantik sekali dia kalau tersipu seperti itu. Aku hanya mendengus lalu tersenyum kepadanya.
"Lewat sini" aku mengajaknya melewati gang menuju kedai ramen yang tidak terlalu ramai saat jam kerja seperti ini. Dia terus mengikuti ku dengan sesekali melirik bangunan tua disekitarnya.
"Paul, kamu yakin? Ini begitu menyeramkan. Kita seperti di dalam film horor. Apa kamu yakin ini kedai ramen yang enak? Disini sepi. Kita ganti tempat saja. Apapun makanannya, tidak apa bukan ramen yang penting jangan disini" Naya mengatakannya dengan takut-takut.
"Kamu terlalu sering nonton film horor. Lagipula kamu tidak akan menyesal setelah makan disini. Percaya padaku" aku mengatakannya dengan yakin, Naya hanya mengangkat bahunya dengan acuh.
"Yasudah, kamu yang bertanggungjawab jika apa yang kamu katakan tidak benar. Dan oya, aku ga sering nonton film horor. Dan tentu saja aku bukan penakut" Kata Naya dengan bangga.
"Oh god!!! No.no.no!!! Kutukupret!!! Kucing sialan!!! Ngagetin aja!!!" Aku tertawa melihat tingkah Naya yang kaget berlebihan karena kucing melompat di depannya.
"Katanya ga penakut. Kucing saja responnya berlebihan seperti itu" ku lanjutkan dengan tawa ejekan kemudian berlalu kedalam kedai.
Setelah pesanan datang, aku melirik Naya yang nampak tidak sabaran untuk memakan ramennya.
"Aku tidak suka telur. Kamu mau?" Kutawarkan telur ku pada Naya yang sudah siap menyantap ramennya.
"Oh baiklah. Aku suka sekali telur. Berikan padaku" dia menyodorkan mangkuknya dengan tersenyum kemudian mengucapkan terimakasih.
Tiga kali Naya memakan ramennya, tiba-tiba dia berbicara tidak jelas dengan mulut penuh makanan dan beberapa bekas makanan tercetak dibibirnya. Lucu sekali. Aku segera mengambil tissue dan mengusapkannya pada bibir Naya. Dia hanya diam melihat tindakanku.
10 detik berlalu dia kembali tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Ah manis sekali.
"Makanannya enak sekali. Tidak salah aku percaya padamu. Hehehe" katanya kemudian melanjutkan makan.

"Rena"
Suara dari arah belakangku mengangetkan kami. Ku tatap Naya dan dia tampak shock. Kemudian dia berhasil menguasai dirinya kembali.
"Sudah lama. Ku pikir kamu sudah lupa dengan wajahku, Marco" balas Naya dengan nada dingin yang tidak ditutupi.
"Tentu saja tidak. Aku selalu mengingat mu karena kamu orang yang selalu ku cintai"
Aku menegang di tempat mendengar pernyataan lelaki itu. Ingin aku membalas perkataannya tapi Naya lebih dulu. Naya mendahului ku.
"Mengatakan cinta. Dan dikatakan oleh orang yang telah mengkhianati cinta itu sendiri. Kamu pasti bercanda. Apa aku sebodoh itu untuk percaya" Naya mendengus.
"Dari dulu kamu tak mendengar penjelasanku. Lalu, siapa lelaki itu Naya? Kekasihmu?" Kata Marco dengan nada dingin.
"Tentu saja. Aku kekasihnya. Lelaki yang tidak akan mengkhianatinya" aku menjawab sekenanya. Ku lirik Naya, dia tidak protes seakan menyetujui sandiwara ini. Aku segera merangkulnya keluar dari kedai sambil sesekali mengusap lengannya. Dia nampak sedih tapi tidak menangis.
"Dulu dia porosku. Dulu dia tempatku berbagi. Dulu dia segala-galanya bagiku. Dulu dia yang selalu ada disampingku. Dulu dia yang kupercayai. Dulu dia yang tidak pernah mengecewakanku. Dulu aku sangat mencintainya, Paul." Naya menceritakannya dengan nada sedih dan kecewa.
"Itu adalah dulu. Itu adalah masa lalumu yang tidak perlu kamu kenang. Kamu terlalu baik untuk orang brengsek yang mengecewakanmu. Jangan sedih. Kamu wanita kuat yang luar biasa." Aku menenangkannya. Sakit rasanya melihat dia seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sesuatu setelah JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang