Kenalpot motor rx king terdengar cempreng dibawah rembulan dengan debu-debu berterbangan manakalai motor rk king melewati jalan berpasir. Bantaran sungai cimanuk terlihat gelap dengan pohon-pohon petai cina dan pohon pisang, suara arus air terdengar deras manakala kedua motor rx king berhenti diatas jembatan kurang lebih sepanjang 100 meter.
“berhenti-berhenti kayaknya kita salah jalan” kata Alung yang bonceng bersama Jaka Cemeng.
“jangan becanda lung?” kata Jaka Cemeng mengambil hp Alung melihat maps yang mereka gunakan sebagai petunjuk jalan.
“hai, kenapa berhenti” teriak Ujang berada dibelakang mereka.
“bentar ada masalah” balas teriak Alung.
“benar ini mah Lung, habis ini kita belok kanan lurus terus”
“ah! Kurang yakin, dari tadi kita muter-muter mulu gara-gara pendapat kamu Meng”
“kali ini bener Lung”
“yasudah-yasudah lah, jalan” kata Alung yang sudah kesal karena sejak sore mereka muter-muter sungai Cimanuk terus tidak samapi-sampai ke sumur Widadari.
Motor dijalankan kembali mengikuti bantaran sungai Cimanuk, kala itu sungai Cimanuk begitu sepi karena jam sudah menunjukan pukul 22:30 WIB wajar karena lumayan jauh dari taman kota yang selalu ramai apalagi malam ini merupakan malam jum’at bukan malam minggu. Sekitar sepuluh menit dari jembatan tadi mereka samapi di gapura sumur Widadari di depan gapura terlihat ada tiga motor dan tercium bau kemenyan dan bunga melati yang semerbak berasal dari bantaran sungai Cimanuk.
“benar kan” kata Jaka Cemeng mengangkat kepalanya dan menaruh tangannya didada bagaikan orang salat.
“ah! Tetap saja yang tadi-tadi salah terus” kata Alung meninggikan suara.
“sudah-sudah, mari kita masuk” kata Ali yang dibonceng Ujang tidak sabar.
Ali segera membuka pintu gerbang tercium merebak aroma kemenyan dari lingkungan sumur Widadari. Mereka berempat masuk mencari juru kunci sumur Widadari diantara kerumunan orang-orang yang tengah mengambil air dari sumur. Jaka Cemeng yang memiliki sifat pemberani langsung mendekatinya.
“aduh punten ini, kalau mbah juru kunci dimana ya?” kata Jaka Cemeng bertanya.
Salah seorang dari mereka membalikan badan “iya saya juru kunci sumur Widadari nang”
“aduh punten jadi ganggu Mbok”
“ah tidak apa-apa udah biasa nang” kata si Mbok lalu tersenyum ke Jaka Cemeng “tunggu sebentar ya nang, lebih baik kamu duduk dulu” lanjut kata Mbok juru kunci.
“iya Mbok” kata Jaka Cemeng singkat.
Si Mbok juru kunci kembali mengambilakan air untuk tamu-tamunya di sumur Widadari sedangkan Jaka Cemeng dan ketiga kawannya menuju musala yang tidak jauh dari sumur tersebut bahkan bisa dikatkan masih berada didalam lingkungan sumur Widadari. Merebak kemenyan semakin merasuk hidung, cahaya rembulan yang ternag memperlihatkan asap dari kemenyan yang berasal dari dupa disamping sumur Widadari bahakan bunga dari pohon pudak tercium menyengat juga mankala hendak melewati sumur Widadari.
Kurang lebih lima belas menit berlalu si Mbok juru kunci mendekati mereka berempat yang tengah tidur-tiduran diteras musala. Wanita yang sudah lagi tidak muda tersebut terlihat lesu mungkin karena kelelahan melayani tamu-tamunya yang datang meminta doa dan air dari sumur Widadari. Sedangkan tamu-tamunya yang tadi sudah pergi meninggalkan lingkungan sumur Widadari.
“nang” kata si Mbok pelan menegur mereka berempat.
“oi si Mbok, punten nih mbok” kata Ali langsung menyalami tangan si Mbok juru kunci lalu di susul kempat rekannya.
“iya inikan sudah malam terus Mbok juga sudah cape dari tadi sore banyak tamu Mbok mau istirhat dulu, mendingan kalian juga istirah juga disini sekalian menginap nanti habis subuh Mbok bantu keinginan senang-senang semua” jelas si Mbok.
“oh! Yaudah iya Mbok tidak apa-apa kami juga sudah ada niatan buat menginap disini” kata Jaka Cemeng pelan.
“kalau begitu Mbok tinggal dulu ya”
“iya Mbok” jawab mereka berempat hampir bersamaan.
Wanita yang sudah tidak lagi muda tersebut meniggalkan mereka berempat menuju rumahnya berada di samping tembok pembatas lingkungan sumur Widadari. Jaka Cemeng dengan ketiga rekannya masuk kedalam musala menggelar tikar buat tiduran karena malam sudah menunjukan sekitar jam 00:30 WIB. Mereka berempat langsung tidur dengan nyenyak karena tubuh mereka membutuhkan istirahat dari perjalanan yang jauh bahkan karena tersesat saja mereka sampai berjam-jam.
Sumur Widadari yang berada di desa Babadan Indramayu iyalah situs sejarah yang dipercayai waraga jika dijaman dulu sumur tersebut tempat mandinya bidadari yang turun dari kayangan sehingga sekarang situs sumur tersebut dikatakan sumur Widadari. Sekitar jam 04:00 hendak menjelang azan subuh Jaka Cemeng terbangun dari tidurnya menuju toilet membuang air kecil. Seusai membuang air kecil hendak kembali menuju musala Jaka Cemeng mendengar gemercak air dari sumur Widadari, rasa takut dan penasaran membuat jantung Jaka Cemeng berdebar manakala ia melihat tiga sosok wanita cantik tengah mandi di samping sumur Widadari.
Tubuh berkeringat membasahi baju Jaka Cemeng tidak berani melangkah malah ia bersembunyi dibalik pohon pudak memandang ketiga wanita cantik tersebut ‘jangan-jangan mereka bidadari’ batin Jaka Cemeng memandang keolokan tubuh ketiga wanita yang sudah membuat jantungnya berdebar.
‘jika benar bidadari harus saya ambil tuh selendangnya, barang kali saja nasib saya seperti Jaka Tarub’ batin Jaka Cemeng sambil manggut-manggut.
Mengambil ranting pohon yang lumayan panjang Jaka Cemeng mengambil kain tapih berwarna coklat dengan motif batik paoman, ketika kain batik berada ditangannya Jaka Cemeng langsung mencium aroma bunga melati yang keluar dari batik tersebut. Merasa tugasnya selesai seperti Jaka Tarub mengambil kain Dewi Nawang Wulan Jaka Cemeng kembali mengendap-endap menuju musalah.
Suara koko ayam terdengar berisik membangunkan keempat pemuda dari tidurnya untuk segera menunakan ibadah salat subuh karena waktu sudah menunjukan jam 05:00 WIB. Jaka Cemeng bangun dengan rasa bangga manakala melihat kain tapih dengan motif batik paoman masih berada didalam tasnya yang mengartikan jika dirinya tidak bermimpi ketika bertemu ketiga bidadari menjelang subuh tadi malam.
Selesai salat subuh Jaka Cemeng menceritakan pengalamnnya tadi malam jika dia melihat bidadari yang tengah mandi di sumur Widadari hal ini membuat rekan-rekannya tertawa terbahak-bahak tidak percaya meski bukti kain tapih diperlihtakan kemereka.
“Cemeng-Cemang ada-ada saja kamu, mimpi saja kamu” ledek Alung dilanjut dengan tawanya terbahak-bahak “hahahahaha…..”
Tawa mereka pecah manakala terdengar suara gaduh dari luar lingkungan sumur Widadari. Kegaduhan tersebut dari wanita berusia 30th yang meresa kehilangan kain tapih bermotif batik paoman mirip milik Jaka Cemeng, bahkan wanita itu juga mengaku jika ia seperti ada yang mengintip ketika sedang mandi dibelakang rumahnya. Mendengar penjelasan tersebut ketiga rekan Jaka Cemeng tetawa terbahak-bahak karena mereka pikir Jaka Cemeng lah yang mengintip wanita berusia 30th tersebut. [ ]
SELESAI

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen "Lakon Dermayuan"
SonstigesIni berisi kumpulan cerita-cerita pendek dari daerah Indramayu.... Banyak hal yang menarik di Indramayu pada masanya sehingga memunculkan berbagai cerita yang unik dan menarik.... Mari kita simak ceritanya....