🍀4. Partner

160 25 6
                                    

Dengan semangat ekstranya seperti biasa dan perut yang terisi penuh oleh masakan mamanya pagi ini, Haechan berangkat ke kampus dengan perasaan senang namun sedikit berdebar dan penuh antisipasi.

Ah, mungkin karena dia sudah telat.

"Udah lebih 10 menit cuy!" ucapnya pada diri sendiri begitu dia meletakkan helmnya di motor dan melirik jam tangannya.

Secepat mungkin Haechan berlari menuju kelasnya kalau dia tidak ingin tiba setelah dosennya hari ini. Ini semua gara - gara dia terlalu banyak makan, sampai - sampai dia ketiduran lagi tadi pagi. Tentu saja dia tidak bisa lolos dari omelan - omelannya sebelum dia berangkat.

"Tuhkan! Selalu deh kalo kelasnya siang malah jadi telat. Baru juga minggu kedua!" hanya itu yang Haechan ingat dari semua omelan mamanya.

Handphone yang ada di sakunya tiba - tiba bergetar. Sembari menaiki dua anak tangga dalam sekali langkah, Haechan berusaha merogoh sakunya dan mengangkat telpon dari Chanhee.

"Iyeeee bentar ini lari ke kelas." ucap Haechan bahkan sebelum Chanhee mengatakan apa pun sementara langkah kakinya semakin berlari cepat menuju kelasnya.

"Bapaknya barusan dateng."

"Anjirr."

"Tapi terus pergi lagi. Katanya ngga ada kelas."

Kedua kaki Haechan langsung berhenti bergerak dan terpaku di lantai. Rasanya seperti tiba - tiba saja dia dikhianati.

"Yang bener lo anjir ngga usah bercanda."

"Serius. Tapi disuruh bikin kelompok buat tugas, lo tetep ke kelas dulu sini. Ini mau nentuin pembagian kelompoknya."

Haechan mendengus dengan nafas yang masih terengah - engah, merasa sedikit percuma telah berlarian dari parkiran hingga lorong kelasnya. Sekarang dia bisa berjalan dengan sedikit santai sambil mengatur ritme nafasnya agar kembali normal.

"Yaudah gue ke sana ini. Thanks."

Setibanya di kelas, teman - temannya langsung meneriakinya.

"Nah itu Haechan." ucap Chanhee.

"Haechan tukang molor!" teriak Chaeyeon begitu Haechan memasuki kelas.

Masih di depan kelas, Haechan hanya mengedikkan bahunya dengan ekspresi songongnya, "Yang penting kan ngga ada kelas."

Haechan menangkap sepasang mata yang sedang melihatnya. Sebelum kedua mata itu mengalihkan padangannya Haechan buru - buru mengangguk singkat dan menyapanya dengan senyum tipis, "Halo, kak."

Yoobin sedikit terperanjat dan dia hanya mengangguk balik serta membalas senyum Haechan.

Haechan masih tersenyum walaupun Yoobin sudah mengalihkan pandangannya dan segera menuju ke bangku di mana teman - temannya berada di belakang kelas seperti biasanya.

"Kok lo kenal kak Yoobin?" bisik Chanhee ditambah tiga teman lainnya yang tiba - tiba mendekat dan memandangnya dengan tatapan bertanya - tanya yang sama seperti Chanhee.

Sekarang Haechan merasa seperti kriminal yang dikerumuni wartawan untuk dimintai keterangan.

"Belom juga duduk guenya, udah dipelototin gitu." balas Haechan.

"Ceritain cepet." ancam Chaeyeon.

"Oke, jadi mau gimana bagi kelompoknya guys? Diacak apa milih sendiri?" salah satu teman sekelasnya yang sekaligus ketua kelas mata kuliah ini, Yonghee, bertanya pada seisi kelas.

"Satu kelompok berapa orang?" tanya Soobin. Seketika itu pula mereka semua lupa dengan rasa penasarannya tentang bagaimana Haechan bisa mengenal Yoobin.

juene • lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang