"okeh anak anak ibu akan bagi kelompok fisika yah" ucap ibu Linda guru fisika yang sedang mengajar di kelas Lira dan Bella.
"Iyah bu" sahut seluruh siswa.
"Okeh ibu minta kalian harus kerjakan tugas dengan kelompok kalian, jangan berani ganti kelompok itu dan tugasnya harus dikumpulkan Minggu depan" Ucap Ibu Linda setelah membagikan nama kelompok.
"Ra gue satu kelompok sama abag ganteng!!!" Bisik Bella pada Lira.
"Masa sih sini gue liat" Lira mengambil kertas ditangan Bella.
"Loh kok bisa, gue pindah aja yah bel, gue gak mau satu kelompok sama dia"."Ah gak asik lo Ra temen lagi seneng lo malah kayak gitu!" Bella memanyunkan bibir nya.
"Tapi kan bel gue___" omongan Lira berhenti ketika Raka menghampirinya.
"Lo kenapa lo gak suka satu kelompok sama gue?, Gue salah apa sih sama lo Ra, gue udah baik sama lo tapi kenapa lo kayak gak suka gitu". Ucap Raka memegang tangan Lira.
Lira pun melepas tangannya "gak bukan gitu gue cuman...." Lira menggigit bibir bawahnya. "Gue cuman males aja Sam pelajaran fisika Iyah, gue gak suka pelajaran fisika" Lira mengeles.
"Oh... Syukurlah aku jadi tenang" ucap Raka.
"Oh iyah siapa satunya lagi, masa cuma bertiga" tanya Lira pada Bella.
"Satunya Juna " ucap Bella saat melihat kertas ditangannya.
"Siapa Juna, okeh kita mulai kelompoknya nanti malem gimana?" Ucap Raka dengan semangat.
"Ra apa gue ikut kelompok lo?" Juna menghampiri Lira.
"Iyah Juna lo ikut kelompok gue" sahut Lira.
"He lo kerja yang bener yah nanti jangan cuman diem aja kaya patung" oceh Raka pada Juna.
Juna menghiraukan omongan Raka "ikut gue sebentar" ucap Juna dan langsung menarik tangan Lira dan pergi meninggalkan Bella dan Raka.
"He mereka mau kemana gue harus ikut" ucap Raka hendak menyusul.
"Lo disini ajah sepertinya ada hal penting yang ingin mereka bicarakan" Bella menarik tangan Raka.
"Hal penting??, Memangnya apa hubungan mereka".
"Mereka berdua adalah sahabat kecil gue, kita bertiga selalu bersama saat itu, namun saat kami beranjak dewasa Juna pergi ke Amerika dan meninggalkan kami berdua, jujur saja saat itu gue ngerasa kehilangan tapi sepertinya Lira lebih kehilangan karna mereka berdua sangat dekat beda dengan gue, tapi sayang setelah menunggu begitu lama Juna malah cuek, seperti tidak mengenali kami dan hal yang akan mereka bicarakan pasti seputar masalalu yang mungkin gak gue tau" Bella menceritakan semua masalalu Juna Lira dan dirinya.
"Oh gue paham" Raka menganggukan kepalanya. "Jadi nanti malem jadikan?".
"Jadi kita kerjain dirumah Lira okeh"
"Okeh, mau kekantin" ajak Raka.
"Mau lo traktir yah"
Mereka berdua pun pergi kekantin.
_____Bangku taman_____
Sekarang Lira dan Juna duduk bersama di bangku taman. Tak ada obrolan hanya keheningan yang terjadi saat ini.
Lira dan Juna memang dulu sangat dekat bahkan melebihi sebuah hubungan persahabatan.
"Ra!" Ucap Raka memecah keheningan.
"Iyah....." Sahut Lira.
"Maafin gue yah..., Selama gue pulang dari Amerika gue gak pernah nemuin lo ataupun bicara sama lo" ucap Juna dengan kepala menunduk.
"Lo gak usah minta maaf gue tau kok kenapa lo gak bisa ketemu sama gue"
Juna menegakkan kepalanya.
"Gue tau kalo Om Sandi gak bisa ijinin lo buat ketemu sama gue, karna papah gak bisa kerjasama sama Om Sandi lagi!" Ucap Lira.
"Jadi lo udah tau alasannya" Juna menatap lo Lira penuh arti. "Gue bener bener minta maaf karena gue terlalu takut dengan kenyataan, yang membuat kita gak kaya dulu lagi". Juna memegang tangan Lira dengan erat.
Lira hanya bisa terdiam namun air matanya tak bisa berbohong bahwa dia sangat rindu akan masalalunya dengan Juna. Namun apa yang harus dilakukan Lira apakah dia bahagia karna bisa bertemu dengan Juna atau bersedih karna tak bisa seperti dulu lagi.
"Gue minta maaf Ra, gue belum bisa nepatin janji yang___" ucapan Juna terhenti.
Lira menghapus air matanya "udah cukup gue gak mau mengenang masa lalu lagi, mari kita jalani hidup seperti dulu jangan pikirkan perasaan gue, gue baik baik aja kok jadi lo gak usah khawatir" Lira tersenyum.
*Flas back*
Dibawah pohon rimbun dibelakang rumah Lira. Juna dan Lira berada.
Saat mereka masih berumur 12 tahun mereka melakukan sebuah perjanjian dibawah pohon itu. Mereka menuliskan sebuah surat perjanjian yang berisi.
"Surat ini dibuat dalam keadaan sadar, tak ada paksaan.
Aku Juna berjanji pada Lira sahabat terbaikku bahwa aku tak akan pernah meninggalkannya, namun jika aku pergi aku pasti akan kembali padanya. Dan jika aku sudah dewasa nanti aku pasti akan terus menjaganya namun buka sebagai sahabat melainkan suami yang akan selalu bersamanya.
Dan aku Lira akan selalu menanti Juna sepanjang umurku, aku akan menunggu Juna kapanpun itu sampai tiba waktunya kita kan bersama".
Begitulah kira kira isi surat yang mereka buat dan mereka simpan didalam batang pohon yang sudah mereka lubangi dan mereka tutup dengan sepotong kayu.
Saat itu adalah hari terakhir Juna berada di Indonesia.
"Ra kamu jangan pernah buka surat ini sebelum aku datang yah" pinta Juna pada Lira.
"Iyah tapi kamu harus janji kalo kamu bakal balik dan tepatin janji kamu" ucap Lira disertai senyuman.
"Aku janji" Juan munjukan kelingkingnya.
Lira pun menyatukan kelingkingnya dengan kelingking Juna. "Janji".
*End*
"Tapi Ra gue gak bisa nepatin janji gue yang akan terus sama lo"
"Gue tau, pokoknya kita gak usah urusin lagi perjanjian itu dan lagi pula gue udah lupa sama isi perjanjian itu". Lira berdiri dan meraih tangan Juna dan menyuruhnya berdiri.
Lira menatap Juna. "Gue tau ini berat buat lo, tapi lo harus jalanin ini dengan baik mengerti!, Jangan kecewain gadis pilihan Om Sandi, buat dia beruntung karna bisa dapetin sahabat terbaik Lira". Nasehat Lira pada Juna.
Juna hanya tersenyum dan memeluk Lira dengan erat Lira pun membalasnya dengan senyuman.
Orang tua Juna memang sudah menjodohkan Juna dengan seorang gadis walu Juna masih berusia dibawah 20 tahun. Itu semata hanya karna pekerjaan orang tuanya yang harus mencari rekan kerja untuk membantu perusahaan dengan cara menjodohkan Juna dengan. Anak rekan kerjanya.
"Udah dong jangan sedih kita kan bisa temenan" ucap Lira melepaskan pelukan Juna.
Juna hanya tersenyum dan memegang kepala Lira.
"Ih Juna jangan di a____" seketika ucapan Lira terhenti karna ciuman yang mendarat di kepalanya.
"Makasih sudah ngertiin gue" ucap Juna dan pergi mendahului Lira. "Ayo cepat masuk nanti telat lagi".
Lira hanya memegangi bekas ciuman Juna dan tersenyum. Lalu menghampiri Juna. Merekapun kembali ke kelas mereka.
Tak bisa dipungkiri jika Lira Masi memendam rasa yang sama seperti dulu, dia masih mencintai Juna namun apa yang bisa dia lakukan dia hanya seorang gadis dimasalalu dihidup Juna dan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Teen Fictionmengungkapkan bukan hal terbaik dalam kisah cinta