Moment

5 5 1
                                    

Dengan penuh keraguan Raka dan Juna keluar dari kamar Mandi  dengan menggunKan baju tidur warna warni.

Raka dan Juna saling memandang. Raka tersenyum saat melihat penampilan Juna yang jauh dari sikapnya yang angkuh.

"Ngapain lo senyum senyum?". Bentak Juna tak trima dirinya ditertawakan. Walau Raka hanya tersenyum padanya.

"Gak papa aneh aja cowok Maco kok mau sih pake baju tidur hello Kity". Ledek Raka sambil tersenyum.

Juna memang sedang memakai baju tidur bergambar hello Kity milik Lira.

"Lo gak ngaca! Apa kabar dengan diri lo sendiri".

"Gue mah udah biasa pake ginian lagian gue kan orangnya santuy gak kaya lo, baru pake gituan ajah udah kaya cacing kepanasan!".

"Eh.... Udah pada keluar". Celetuk Bella yang baru saja datang. "Ternyata kalian cocok yah pake baju gituan!". Ledek Bella sambil mengangguk ngangkukan kepalanya.

"Terserah lo bel, Lira mana?" Tanya Juna. Sembari duduk dan meminum teh yang sudah disediakan.

"Lira diatas".

"Ngapain dia diatas?" Celetus Raka ikut gabung.

"Gak tau tuh, mungkin dia lagi tenangin diri".

"Gue keatas bentar yah!". Ucap Juna lalu pergi keatas menemui Lira.

"Gue ikut!". Pinta Raka.

"Lo disini aja, lo nanti bakal jadi nyamuk kalo lo ikut!". Saran Bella pada Raka.

"Emang kenapa?".

"Lo lupa sama apa yang gue ceritain sama lo, tentang mereka berdua!!".

"Oh...." Raka menganggukan kepalanya seakan dia paham akan maksud Bella dan memilih meminum teh bersama Bella di bawah.

_____Balkon_____

"Ra....!". Juna mendekati Lira yang sedang melamun di kursi taman yang ada di balkon rumahnya.

Balkon rumah Lira memang seperti taman disana terdapat berbagai jenis bunga dan tumbuhan lain menghiasi balkonnya.

"Hay Jun." Sahut Lira.

"Lagi ngapain?". Juna duduk disamping Lira.

"Lagi liatin bintang, kenapa bintang begitu indah namun tak dapat dimiliki?,". Lira tersenyum kecil sambil menatap lurus pada bintang. "Mengapa Tuhan menciptakan keindahan namun tak bisa dimiliki, untuk apa?, Lebih baik Tuhan tak usah menciptakannya jika itu tak bisa dimiliki". Lira tak sadar jika dirinya sedang mengutarakan isi hatinya pada kuda dengan perantara bintang.

"Mungkin Tuhan menciptakan ya hanya untuk menemani ciptaan yang tak sempurna, mungkin ciptaan yang sempurna akan membantu ciptaan yang tak sempurna sepeti langit yang kosong dan bintang yang menemaninya, walau bintang dan langit selalu bersama ternya mereka dapat dipisahkan oleh mentari yang menggantikan bintang saat pagi".

Lira kini menatap Juna dari samping.

"Yah tak selamanya ciptaan Tuhan yang indah akan selalu menemani ciptaan yang sempurna, mungkin ada yang lebih sempurna untuk dia miliki, seperti halnya bintang tak mungkin selalu menemani langit akan ada saatnya mentari yang akan menyinari langit tersebut, bahkan cahayanya lebih terang dari pada bintang". Juna kembali melanjutkan perkataanya.

Sekarang Lira kembali menatap bintang. "Kamu benar Juna mungkin Tuhan menciptakan yang lebih baik dari apa yang kita inginkan".

Juna tersenyum" gue percaya kamu bakal dapetin yang lebih baik dariku Ra!". Juna menggenggam erat tangan Lira.

Lira menatap lekat Juna dan tersenyum "maafin gue Juna gue...." Perkataan Lira tergantung saat air mata jatuh di pipinya. Lira menundukkan kepalanya malu akan apa yang ia lakukan.

Juna menaikan dagu Lira dan mengusap air mata di pipinya. "Mari kita mulai kisah baru kita sebagai teman okeh" Ucap Juna menyemangati Lira.

Mereka pun berpelukan seakan semua beban yang mereka tanggung sama beratnya.

"Gue ke bawah dulu yah" Ucap Juna melepaskan pelukannya, Juna takut jika terlalu lama ia akan membuatnya terbawa suasana.

Lira hanya menganggukan kepalanya.

Juna pun turun sedangkan Lira masih ditempat ia berada. Namun saat Juna hendak turun Juna memergoki Raka sedang berdiri di ambang pintu keluar.

"Raka lo ngapain disini!" Ucap Juna.

Sontak saja Raka langsung gelagapan saat Juna bertanya padanya. "Gue... Gu....  Gue lagi cari angin". Jawab Raka cuek sekaligus agak gugup.

"Oh...." Ucap Juna lalu turun. Juan sepertinya tak menaruh curiga pada Raka. Yang diam diam memperhatikan mereka dari kejauhan.

"Hay Lira.....!". Sapa Raka dan duduk disamping Lira.

Lira spontan menghapus jejak air matanya saat Raka tiba tiba duduk disampingnya. "Ngapain lo kesini!?". Umpat Lira.

"Gue lagi cari angin, wah ternyata bintang disini sangat indah".

"Lebay kaya gak pernah liat bintang aja".

"Tapi bintang tak seindah mentari walau mentari tak bisa terlihat namun cahaya bisa dirasakan, sedangkan bintang bisa terlihat namun tak bisa kita rasakan!".

"Maksud lo". Lira bingung sekaligus merasa aneh dengan apa yang dibicarakan Raka, seolah olah sedang melanjutkan pembicaraannya dengan Juna mengenai bintang dan mentari.

"Yah kadang orang yang tak kita harapkan memberi semua yang kita inginkan sedangkan yang kita harapkan tak dapat memberikan semua yang kita inginkan".

Saat itu Lira bisa menyimpulkan ternya pendapat Juna dan Raka tentang mentari dan bintang berbeda seperti sikap mereka yang memiliki perbedaan yang cukup jauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang