Entah sudah berapa kali Marwan menabrak orang yang tengah berlalu lalang di lorong kampus. Sedari tadi ia hanya fokus pada layar handphone yang ia genggam.
"Marwan?"
Marwan menengadahkan kepala ketika mendengar seseorang memanggilnya. Suara itu terdengar familier di gendang telinganya. Marwan menatap gugup wanita yang berada didepannya itu. Ia baru saja di sapa oleh Teresa yang kini tengah berjalan kearahnya. Di saat matanya tengah menatap sosok cantik itu, entah dag-dig-dug apa yang Marwan rasa. Ini nggak biasa, aku benar-benar jatuh cinta sama dia. Saat rasa itu mulai bermekaran, Marwan mencoba memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu.
"Oh, hai Ca. Kenapa?" Tanya Marwan.
"Fokus banget sih liat hp nya, lagi pacaran ya?"
"Ouh.. ng..nggak, aku lagi nggak pacaran kok. Ini, hp aku lagi ada masalah. Jadi aku nyoba otak-atik deh.." jelas Marwan.
"Ohh aku pikir kamu lagi pacaran.."
"Hahaa.. pacar dari mana, ca. Aku nggak punya pacar." Jawab Marwan.Mereka berjalan beriringan di lorong kampus. Saling berbincang, saling membalas senyum dan tawa.
"Oh ya, wan. Kamu ada waktu gak, kalo ada makan bareng yuk di kantin. Kebetulan aku lagi gak ada temen. Kamu mau kan?"
"Hmm.."
Marwan menengok ke arah Teresa dan menatapnya lekat-lekat , ia bener-bener udah kepincut dengan pesona mantan pacar sahabatnya itu."Eh, wan. Kok liatin aku kek gitu sih? Kamu mau kan??" Teresa menyikutnya dan Marwan hanya menjawab dengan anggukan saja.
"Oke, ngngguk berarti jawabnnya "Ya!ayo..". Teresa langsung menggenggam tangan Marwan. Dengan tergesa-gesa ia membawanya menuju kantin.
Ini bagaikan cerita dalam drama korea yang sering banyak orang perbincangkan. Marwan bagaikan pasangan dari aktor pertama yang kini tengah menggenggam tangannya dengan senyum yang selalu merekah di wajah cantiknya.
Mengingat itu semua membuat Marwan tersenyum, penuh kemenangan. Tangannya kini tengah di genggam oleh wanita yang ia suka. Oh God, terima kasih untuk siang ini. Kau buat hariku lebih indah. Saat ini seorang Bidadari tengah menggenggam tanganku.Detik selanjutnya, mereka berada di tengah-tengah orang yang sedang menyantap makanan yang berada di meja masing-masing. Saling bercengkrama dan bercanda satu sama lain. Tangannya masih digenggam oleh Teresa, saat memesan makanan pun mereka seperti sepasang kekasih yang tengah di mabuk cinta, saling memberikan senyum, menatap penuh kegembiraan.
"Lho..lho..i..i..tu mereka?"
Bila menunjuk ke arah Marwan dan Teresa yang tengah bersama. Erik ikut menatap ke arah orang yang Bila tunjuk.
"Itu bang Marwan kan? Oh.. sama Teresa juga."
Gahhhhh!!! Rasa-rasanya ini hari tergerah yang Alma rasa. Dia mengibas-ngibaskan tangannya. Pemandangan itu, terlalu menyakitkan untuk dilihat kelanjutannya. Ya ampunnn, dia perlu pergi dari sini sebelum wajahnya itu menunjukan ekspresi tak suka yang bisa Bila baca. Dia tidak mau ada orang yang tahu jika dia menyukai Marwan, kecuali Bila. Bila sudah melihat gelagat Alma yang tidak nyaman."Bang Marwan!!"
Tiba-tiba Erik memanggil Marwan. Bila dan Alma menatap Erik dengan ganas. Bila mulai menggeram . Erik yang melihat tingkah mereka terlihat bingung. "Ka..kalian kenapa?" Tanya Erik, gugup.Sesaat itu, mereka melihat Marwan mengatakan akan kesana bergabung dengan mereka. Marwan dan Teresa membawa sesuatu di tangannya masing-masing, mereka sudah mengambil makanan yang dipesan.
Alma yang sedari tadi sudah kebelet ingin pergi dari sana ditahan oleh Bila. Marwan dan Teresa tengah berjalan ke meja yang mereka duduki. Bukan maksud Bila ingin memanas-manasi Alma, tapi dia ingin Alma bertingkah biasa saja dengan keadaan ini. Jangan jadi childis gitu. Tenang Al. Bisik Bila pada Alma.
" Kami ikut gabung ya sama kalian?" Izin Teresa dengan senyum cute yang dia pamerkan.
So imut banget ni Medusa!! Enek gue liatnya. Gumam Alma.
"Iyaa..silahkan.." balas Bila, dengan nada yang dimanja-manjakan.
Mereka duduk di meja yang sama dan Marwan, duduk tepat bersebelahan dengan Alma. Dan itu membuat Alma bagai merasa frustasi. Ia menundukan kepala sembari menyeruput minuman yang dia pesan. Rasanya ingin sesegera mungkin Alma pergi dari kondisi ini jika bisa ia ingin mengeluarkan mantra simsalabim abracadabra!! Agar ia bisa menghilang dari hadapan mereka. Alma menengadahkan kepala ketika mendengar Marwan memanggilnya "Al, kenapa? Kamu sakit?"Ini kesempatan gue, buat pergi dari sini. Alma memegang kepalanya seperti orang yang tengah terkena migrain. " Iya nih bang, kayanya Alma sedikit pusing deh.." ucap Alma.
"Oh iya, Al. Loe agak keliatan pucet. Gue anterin loe pulang ya.."
Yess! Bila paham dengan akting yang Alma tengah peragakan.
"Lho, tadi keliatannya biasa aja. Alma gak pa-pa. Kenapa mendadak pusing?" Tanya Erik, polos.
JEGGERRR!!! INI BOCAH MINTA DI SLEDDING APA?! hahhhhh... Akting gue kacau!!!!
Seketika Bila dan Alma yang akan berpamitan memelototi Erik. Erik tampak kikuk melihat ekspresi mereka yang seperti itu.
"Ahh.. siapa yang tau. Kalo sakit kan gak bisa di prediksi. Bener kan Teresa?" Tanya Bila, mencoba mengelak.
"Iya, bil. apa masih pusing kepalanya Al? Biar aku beliin obat ya?" Tanya Teresa.
"Oh, nggak..nggak , ca. Aku cuma perlu istirahat doang ko.." balas Alma.
"Yuk, bil anterin gue pulang. Maaf yaa gak bisa lanjut kumpul bareng." Lanjutnya.Lalu dua perempuan itu, berlalu begitu saja. Berlalu pergi dari hadapan mereka. Sementara itu, Erik nampak bingung melihat gelagat dua temannya. Dan Marwan merasa aneh dengan perubahan sikap Alma terhadapnya Sebenarnya Alma kenapa? Dia kaya yang ngehindar gitu? Marwan hanya bisa menerka-nerka dengan dengan tingkah Alma.
"Yahh, jadi kurang seru nih. Bila ama Alma udah pulang duluan.."
Teresa mencoba mencairkan suasana dan menyadarkan dua cowok yang tengah terheran-heran dengan kejadian tadi.
Mereka kembali meneruskan obrolan yang tadi sempat tertunda.Setelah menghindar dari mereka, Alma dan Bila bergegas menuju parkiran untuk mengambil motor milik Bila.
"Makasih, bil. Udah bantuin gue lari dari mereka. Sori banget ya, makanan loe jadi ketinggalan disana." Ucap Alma.
" Iyaa, nggk pa-pa. Soal makanan yang ketinggalan no problem, lah! Asal jangan ati loe aja yang ketinggalam disana. Heuhh.. bisa berabe." Balas bila.
Alma terkekeh mendengar jawaban Bila. Dia mengangguk-angguk setuju dengan pernyataan yang bila katakan.
"Yuk, naik. Gue anterin lu pulang."
"Siap bosss!!"****
Marwan betul-betul bingung dengan gelagat Alma tadi. Ia merasa bahwa Alma tidak senang akan kehadirannya. Jujur saja, Marwan bukanlah tipe orang yang peduli dengan tingkah seseorang padanya. Tapi, saat Alma bertingkah seperti itu, dia merasa ada yang salah pada dirinya. Ini aneh?!
Dia tidak tahu kenapa, sedari tadi hanya sikap Alma yang dia pikirkan. Dan itu yang membuat Marwan terlihat diam, merenung dan melamun. Bahkan ketika Teresa mengajak nya berbicara, Marwan terus saja menatap kosong ke arah Alma yang sedari tadi sudah berlalu bersama Bila.
"Wan.. Hallo?!"Satu kali teguran, Marwan masih diam.
"Hei.." Dua kali teguran, Marwan tetap diam.
Hingga tiga kali teguran.
"BANG MARWAN!!! GUE PESEN CILOKNYA LIMA RIBU!!!" Erik berhasil membuat Marwan bangkit dari lamunannya.
"Erikkkk... Loe mau bikin gue tuli apa?!!!!" Bentak Marwan.
"Salah sendiri, abang dari tadi diem terus. Aku sama Eca jadi ngobrol berdua." Bela Erik, menjelaskan."Kamu mikirin Eca, ya?"
Suara Teresa menyadarkan Marwan dari lamunannya.
Marwan hanya menggeleng dan tersenyum pada Eca.
Oke, mungkin sedari tadi Marwan melamun. Memikirkan sikap Alma padanya. Tapi ia heran, harusnya dia tidak perlu terlalu memikirkan hal itu.Kenapa gue? Apa sekhawatir ini gue sama Alma?
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
let's fall in love!
Non-Fiction"Aku adalah seorang perasa. Dan pantas saja jika aku punya rasa" -Natania Alma Wijaya Saputra- "Aku baru menyadari, perasaan yang kumiliki ternyata untukmu." -Marwan sidiq- "Jangan takut. Aku pasti akan kembali. Membawa hati yang selalu terpatri unt...