Sepulang mengantar Teresa, Marwan bergegas untuk memasukan motornya kedalam rumah. Dilihatnya langit nampak muram, abu-abu gelap. Sepertinya sebentar lagi hujan akan turun, gumamnya.
Beberapa kali hp miliknya bergetar. Awalnya ia menghiraukan akan hal itu, tapi semakin di hiraukan hp nya semakin tak bisa diam. Marwan pun membuka layar hp nya untuk memastikan siapa yang telah menghubunginya berkali-kali."6 pesan dari Nabila?"
"10 panggilan tak terjawab."
Marwan pun membuka isi pesan dari Bila.15:00WIB
-Bang Marwan tolongin aku;((15:02 WIB
-BANG MARWANNNN TOLONG JEMPUT ALMA DI TOKO BUKU15:03 WIB
-INI GAWAT, BANG. ALMA PINGSAN DISINI!!15:03 WIB
- YAAAMMPUNNNN:'( KAGAK DIBACA-BACA INIII:'(
-AKU MESTI NGAPAIN INI BANGGG?!!!!15:05 WIB
-BANG PLEASEEEE... INI UDAH MAU UJANNN15: 10 WIB
-JEMPUT ALMA DI TOKO BUKU JAYA YANG DEKET SAMA KAFE AMANTA. TOLONGINNN AKU BANGGG PLEASEEEEEEE:'((Sontak, ketika melihat pesan berantai itu, tak pikir panjang Marwan langsung tancap gas menuju tempat yang dituju. Hujan mulai mengguyur jalanan yang ia lewati. Butuh waktu 15 menit untuk sampai di toko buku tersebut.
Ada apa ini? Ada dengan dia??
***
" Ya ampunn.. bila kemana?? Kenapa dia gak jemput gue. Mana ini hari udah ujan lagi?!" Omel Alma.
Dia hanya bisa terduduk di sisi kaca toko itu. Orang-orang yang tadi terlihat berkeliaran di luar pun meneduhkan dirinya diantara lapak pedagang yang berdiri di sekitaran sini.
Aroma sate dari seberang sana menyeruak ke hidung Alma. Seketika perutnya bergejolak dan cacing yang ada di perut Alma pun kini tengah berdemo meminta asupan makanan darinya.
"Gueee laperrrr.. bila, dimana loee."
Sedari tadi, Alma banyak mengetik pesan pada Bila namun tidak di balas, beberapa kali di telpon pun Bila tak mengangkatnya. Akhirnya Alma pasrah. Alma kini berharap dapat bertwmu dengan seseorang yang ia kenali. la menundukan kepala dan menutup hidung agar aroma makanan yang sedari tadi menggodanya itu tak bisa menerobos pada dinding keimanannya."kenapa belom pulang?"
Seorang pria yang menabraknya tadi tiba-tiba muncul tepat didepannya.
"lagi nunggu temen, wan. Tapi dia gak balik lagi kesini." Rengek Alma.
"Temen apa pacar?"
"Temen wan.."
"Loe sendiri mau kemana kok pake jas hujan segala?" Lanjutnya.
"Gue mau pulang." Jawab Irwan.
"Toko ini kan buka sampe jam 10 malam, kok sore gini loe pulang?"
Irwan hanya nyengir tanpa menjawab pertanyaan dari Alma.
"Pulang bareng gue aja yuk?" Tawar irwan.
"Arah rumah kita kan beda, loe gak pa-pa nganterin gue dulu?"
"Udah.. ayo, gak baik lama-lama di luar kaya gini." Irwan langsung menarik tangan Alma. Tak lupa, ia memberikan mantel yang dikenakannya pada Alma.
"Lho, kok ini?"
"udah gak pa-pa. Loe pake aja.." kata Irwan.
"Dalam kondisi kek gini, cowok mesti ngalah sama cewek." Lanjutnya.Mereka berdua tersenyum dalam pelukan hujan. Entah kenapa, Irwan merasa begitu aneh ketika melihat senyum Alma tersimpul di pipinya.
Mendadak dag-dig-dug, mulut kaku, dan pandangan tertuju pada titik fokus yang cantik.Sementara itu, di seberang sana seorang pria tengah menonton adegan mesra. Ketika seorang pria memakaikan jas hujan pada si wanita. Padahal baru beberapa detik ia meminggirkan motor, sebuah drama romantis pun terjadi di depannya. Ia hanya bisa terdiam, terpaku di bawah guyuran hujan. Ini hari apa? Kenapa aku kaya orang oon gini? Beberapa sumpah serapah ia gumamkan pada dirinya sendiri.
Ketika melihat kedua sosok itu berlalu, pergi meninggalkan toko tersebut, rasa kecewa, marah menghampiri Marwan. Dia tak tahu harus marah pada siapa. Apa pada Bila, karena dia telah memberinya informasi bohong yang membuatnya harus sesegera mungkin pergi ke toko buku itu atau pada Alma yang dengan santainya dia pergi bersama pria lain. Ehh, tunggu dulu? Pada Alma? Kenapa dia perlu marahdan kecewa pada Alma? Omaygaddd!!!! Cemburu kah Marwan?! Nggak..nggak! Dia adik sahabatnya. Seharusnya, Marwan bisa menjaga Alma dan membantunya. Seperti perlakuan Azhar pada Alma.
Marwan pun kembali, menuju motor yang tadi ia parkirkan. Dia pergi menuju salah satu warung yang terdapat di sana.
"Mau makan, mas?!" Seorang pria paru baya datang menghampiri Marwan. Mungkin dia pemilik warung ini.
"Nggak, pak. Kopi item aja ya pak."
"Siap!"
Pria paru baya itu berlalu, dia akan kembali setelah menyeduhkan kopi pesanan Marwan. Dalam kondisi ini, ia tengah kedinginan, tapi hatinya terasa panas karena semua kejadian tadi."Ini, mas." Pria itu datang lagi, menyodorkam kopi yang sudah ia seduh.
"Makasih pak." Ia hanya tersenyum, dan mengangguk lalu berlalu kembali kedepan warung. Mungkin dia akan menyambut pelanggan yang lain. Harum kopi menyeruak ke hidungnya, rasa hangat ia rasa tatkala kedua telapak tangannya menyentuh gelas itu.Marwan melihat hp ny yang agak basah, untung hp marwan tertutup jaket yang ia kenakan. Jadi tidak terlalu basah, hanya dingin. Ia mencari kontak seseorang untuk dia hubungi.
"Hola, pasia nadisa?!" Iya, itu Bila.
"Ini abang.." jawab Marwan, datar. Di sebernag sana, bila merasa jawaban dari sepupunya itu sangat dingin. Tidak seperti biasanya.
"Iya bang. Oh ya, Alma udah abang anterin kan?? Dihhh... Cieeee dehh ujan-ujan gini berduaan." Bila mencairkan suasana, ia mencoba untuk menggoda Marwan.
"Tenang aja, bil. Alma audah ada yang nganterin. Dia udah pulang."
Hening beberapa detik. Siapa yang nganterin Alma? Eh kok dia mau dianterin ornag lain?
"Dianterin sama siapa bang?" Tanya bila. Dia kini merasa khawatir pada Alma. Nyesel gue gak jemput dia, gumam bila.
"Pacarnya mungkin. Abang nggak tahu.."
"Oh ya bil, makasih buat infonya." Lanjutnya pada bila
"Maksudnya bang?"
"Kata kamu tadi Alma pingsan di toko, tapi abang liat dia baik-baik aja.." kata Marwan.
"Malah sekarang dia boncengan ama cowok." Lanjutnya.
Bila hanya diam saja. Mungkin dia merasa bersalah pada Marwan karena telah memberinya info yang tidak valid. Tunggu,tunggu. Apa Marwan tengah cemburu pada Alma? Ketika membicarakan pria itu, jawaban dari Marwan terdengar datar. Lempeng-lempeng aja.
"Bang, loe cembu.."
"Udah dulu, abang mau pulang. Baju abang basah gara-gara nerobos ujan."
Belum menyelesaikan kata-prakatanya, ucapan bila langsung di potong oleh Marwan.
"Oh, iya deh bang. Maafinn.."
"Udah ya, abang kedinginan. Abang mau pulang dulu."
Belum juga say goodbye, marwan langsung menutup sambungan telponnya dengan bila. Kayanya Marwan tengah ngambek pada Bila. Karena dia telah memberinya informasi palsu.Tak terasa kopi yang ia pesan, kini sudah semakin surut. Disesapnya kopi terakhir yang tersisa di gelas itu. Marwan langsung bergegas mengahmpiri pria pemilik warung, membayar kopi yang telah ia nikmati.
"Terima kasih pak."
Bapak itu hanya mengangguk. Perhatiannya pada Marwan mungkin dicukupkan sekian, hanya saat Marwan memasuki warung untuk pertama kali saja. Tapi setidaknya dengan segelas kopi tadi, tubuhnya kini merasa agak hangat.***
Di tengah perjalanan, sesekali mereka mengobrol dan bernostalgia pada masa SMA. Sewaktu SMA, irwan merupakan pria terdekat Alma setelah bang Marwan. Karen dulu dengan bang Marwan ia tidak terlalu dekat karena lebih banyak waktu yang Alma habiskan bersama Irwan dan Bila.
Hujan mulai mereda. Tapi langit masing mendung. Kini mereka telah sampai di depan gerbang rumah Alma. Tak terasa waktu yang mereka lewati disepanjang jalan tadi sudah berakhir. Entah karena keasikan, tahu-tahu mereka sudah sampai di depan rumah Alma.
"Yuk, masuk dulu wan?" Tawar Alma.
"Nggak ah, gue mau pulang aja. Baju gue kan basah kuyup." Jawab Irwan, sembari cengengesan.
"Oh, iya.." Alma segera menanggalkan mantel Irwan yang ia pakai.
"Maaf ya, loe jadi basah kek gini."
"Gak pa-pa, tenang aja.."
"Yaudah gue pamit pulang ya. Jan lupa loe langsung mandi, terus makan. Gue denger, cacing-cacing loe pada minta jatah nutrisi." Lanjut Irwan. Alma hanya terkekeh mendengar penjelasan dari kawan lamanya itu.
"bye. Al. See you next time, ok?!"
"Yaa.." Alma melambai-lambaikan tangannya. Melihat ke arah Irwan, untyul memastikan dia benar-benar pulang. Walau dalam keadaan basah kuyup.Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
let's fall in love!
Non-Fiction"Aku adalah seorang perasa. Dan pantas saja jika aku punya rasa" -Natania Alma Wijaya Saputra- "Aku baru menyadari, perasaan yang kumiliki ternyata untukmu." -Marwan sidiq- "Jangan takut. Aku pasti akan kembali. Membawa hati yang selalu terpatri unt...