4

48 16 9
                                    

"sebegitu pengennya loe ngejauhin bang Marwan.."
Bila membuka pembicaraannya dengan Alma diatas motor yang tengah bila kendarai.
"Bukan gitu, gue cuma gak nyaman aja ama suasana tadi. Loe liat kan ada Teresa disana. Gue gak suka itu."

Bila bisa mengerti dengan sikap Alma kali ini. Dia tidak mau terlalu banyak bertanya. Takutnya dia malah menyinggung hati dari sahabatnya ini.

"Al.. loe mau langsung pulang aja apa mau kemana dulu nih?" Tanya Bila.
"Kayanya kita mesti cari-cari angin dulu deh..."
"Oh iya, kita ke toko buku dulu yuk. Yang di depan tuh, yaa?" Lanjutnya, sembari menunjuk-nunjuk tempat yang dituju.
"Owh, yang itu. Oke!"
Bila melajukan motornya ke arah toko buku yang di maksud. Terlihat toko buku itu lumayan besar. Memiliki dua lantai dan dinding tembok yang sebagian terbuat dari kaca-kaca yang tebal.

Mereka masuk ke dalam toko tersebut. Penjaga toko menyambutnya dengan senyum, ramah. Mereka pun berjalan-jalan disepanjang rak buku. Menyentuh,membaca sampul belakang dan menyimpannya kembali ketika mereka tidak menemukan buku yang menarik. Alma dan Bila pun pergi ke lantai dua. disini bukunya kurang "klop" buat gue. Kita ke atas yuk.. ajak bila, antusias.

Sesampainya di sana, mereka melihat beberapa orang tengah berlalu lalang mencari buku yang mereka incar. Pemandangan nya tak jauh berbeda dengan yang dibawah. Terdapat rak-rak buku besar berjejeran. Tapi hanya satu perbedaan di tempat ini, pengunjung dapat dengan leluasa melihat pemandangan kota dibalik jendela besar yang terpampang itu..

"Udah nemu yang pas belum bil?"
"Belum nih, loe udah?" Bila masih asyik memilih buku yang ia inginkan.
"Udah gue.." balas Alma.
"Yaudah loe cari aja dulu buku inceran loe. Gue mau kesana dulu ya." Lanjutnya. Alma meninggalkan bila yang masih berjibaku memilih buku yang dia suka. Dia sudah memilih dua buku novel dan satu buah buku quotes yang pastinya bertemakan tentang cinta dan galau.

Ketika Alma berjalan hendak pergi menuju dinding kaca, seorang pria menabraknya dari arah belakang.
Seketika Alma, pria itu dan puluhan buku yang berada di kardus ikut terjatuh berserakan di lantai.

Gubrak!!!  Suara benda jatuh itu terdengar cukup keras. Nampak pria itu seperti tengah tergesa-gesa, sampai-sampai ia tak melihat ada wanita di depannya.

Hening beberapa detik sebelum Alma mengerang kesakitan, "Aduhh.. badan gue sakit."
"Aww.." erang pria itu.
" Aduh.. eh, mbak maaf-maaf saya gak sengaja, aduh maafin saya."
Beberapa orang di sekitar sana hanya memperhatikan tragedi yang telah terjadi itu. Pria itu membantu membangunkan Alma. Alma masih tertunduk. Ia mencoba bangun, terduduk mengusap-usap sikut dan tumitnya yang sakit.

"Lain kali kalo jalan lihat-lihat dulu mass..."
Perkataan Alma terhenti. Kayanya gue pernah liat dia deh?tapi dimana? Hening sejenak, ketika Alma lamat-lamat memperhatikan pegawai itu. Ia dan Alma saling tatap-menatap, memperhatikan apakah itu orang sama yang mereka pikirkan?

"Eh, loe Irwan yah??"
Alma mencoba bertanya terlebih dahulu sembari menginga orang yang tengah berada didepannya itu memang sudah tak asing lagi baginya.
"Hei, lo Alma kan?apa kabar?lama gak ketemu?"
Alma terkejut, ternyata orang yang menabraknya tadi adalah teman sekelasnya saat SMA dulu.
Pria itu terlihat exited ketika melihat Alma ada di depannya.
"Yaelahhh Irwan, loe kerja disini ternyata.."
"Iya yah, lama gak ketemu. Kabar gue, yaa seperti yang loe liat? Kurang baik. Abis gue di timpuk pake buku segini banyaknya ya kali gue masih baik-baik aja." Lanjutnya.
Irwan terkekeh, maaf!! sembari menunjukkan telunjuk dan jari tengahnya yang di bentuk mirip huruf "V".

"Oh iya, gue kan gue lagi buru-buru mau mindahin buku-buku ini.."
"Sini biar gue bantu." Alma menawarkan diri untuk membantu.
"Nggak usah, biar gue aja.."
"Gak pa-pa kali, sekalian gue mau nyari buku gue yang jatuh tadi."

Mereka bergotong royong merapikan buku yang tadi berhamburan keluar dari tempatnya.

Perhatian Irwan tertuju pada salah satu sampul buku yang menurutnya itu bukan salah satu buku yang ia bawa.
"1001 cara bangkit dari kegalauan?.."
Irwan membaca sampul buku yang dia temukan itu.
"Ini buku loe?" Tanyanya pada Alma.
"Eh, iya. Ini buku guee."
"Yaelah . Anak kampus masih aja galau." Ledeknya pada Alma yang hanya di balas kekehan dari Alma.

"Beres jugaa..." Alma dan Irwan menghela nafas lega. Alma mendapatkan kembali buku-bukunya dan membantu Irwan merapikan buku yang terjatuh tadi.

"Makasih Al, udah di bantuin. Maaf yah yang tadi."
"Iya, gak pa-pa." Balas Alma.
"Owh ya, Al. Gue boleh minta no hp loe gak?" Tanya Irwan, malu-malu pada Alma.
"No gue masih yang dulu kok. Belum gue ganti." Jawab Alma.
"Serius?? Wah kalo tau gitu dari dulu gue contact-contact lu.."
"Oke, nanti gue chat lu ya. Sekarang gue masih sibuk nih. Kita ngobrol-ngobrol aja nanti." Lanjutnya, pada Alma.
"Siipp.. gue tunggu. Yaudah sono kerja lagi. Semangat!"
Alma mengedipkan satu matanya, tersenyum manis ke arah Irwan. Dan mengepal tangannya yang diacungkan ke atas. Ia tengah berusaha menyemangati temannya itu.
Irwan yang melihatnya pun merasa jauh lebih bersemangat untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Ca, loe mau gue anterin pulang gak? Jok motor gue kosong nih?" Erik menawarkan diri untuk mengantar Teresa. Selepas mereka menghabiskan waktu bersama di kantin.
Teresa melirik ke arah Marwan. Ia perhatikan, sedari tadi Marwan terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Aku sama Marwan aja deh, kebetulan kita kan searah.." balas Teresa sambil melingkarkan tangannya di tangan Marwan. Dia pun kaget,  tapi Marwan langsung memberikan ekspresi biasa saja.
"Oh, iya. Biar Eca sama aku aja." Jawab Marwan sekilas.
"Gitu ya. Yaudah deh bang, ca gue pamit dulu."
Erik pun langsung berlalu meninggalkan Teresa dan Marwan di parkiran kampus.
"Mau aku anterin sekarang?" Tanya Marwan.
"Ayo, mumpung belum hujan nih. Tuh liat udah mendung gitu."
"Yaudah, ayok."
Sambil mengendarai motor, Marwan sesekali mengajak ngobrol Teresa. Dia sadar, sedari tadi Marwan banyak melamun ketika berbincang dengan mereka di kantin. Dan mungkin Teresa dan Erik menyadari akan hal itu.

"Bang Marwan ini deket banget ya sama Alma?" Tiba-tiba Teresa menanyakan hal itu pada Marwan. Eh, kenapa Teresa nanyain itu? Apa jangan-jangan dia mau deketin Alma biar bisa deket lagi ama Azhar? Entah kenapa Marwan memikirkan hal seperti itu. Padahal sedari tadi pikirannya tertuju pada Alma.
"Oh, ya kamu tahu sendiri aku kan sama abangnya deket banget. Jadi ya wajar, kalo aku agak deket sama Alma." Jawab Marwan, lantang.
Ya Ampun, kenapa dia bilang agak deket? Seharusnya kan sangat dekat. Sekilas Marwan mendengar Teresa menggumamkan sesuatu "ohh, agak ya,?"
Marwan mengutuk dirinya sendiri. Jika Alma tahu dia berkata begitu pada Teresa, mungkin dia akan sangat kecewa terhadapnya.
Setelah itu, mereka saling terdiam. Sesekali Marwan melihat langit yang semakin muram dengan mendung.

"Ini rumah kamu?" Tanya Marwan.
"Iya. Masuk dulu yuk bang." Tawar Teresa.
"Oh, nggak ca. Makasih. Aku pulang aja, soalnya kaya mau ujan gede nih. Mendung banget.." jawab Marwan.
"Lain kali aja ya." Lanjutnya.
"Hmm, iya deh bang. Janji yaa, lain kali mampir kesini?"
"Iya.."
Marwan pun berlalu dari hadapan Teresa.

"Al, itu tadi siapa?" Dari arah belakang bila menegur Alma masih mengepalkan tangannya ke atas.
"Temen SMA gue dulu. Loe udah milih-milih bukunya?"
"Udah nih. Cabut yuk?"
Alma dan Bila pun pergi meninggalkan tempat itu. Turun dari lantai dua dan langsung pergi ke kasir untuk membayar buku-buku yang telah mereka pilih.

let's fall in love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang