Bab 01

82 12 5
                                    

Koridor memang terkesan tak bermakna, tapi siapa yang tahu bahwa koridor adalah penyambung dua hati yang terluka
*****

Pagi ini adalah hari baru untuk Fiera. Eum, sebenarnya tak baru juga sih. Toh, sikapnya seperti itu itu saja. Temannya juga itu itu saja.

Hanya saja, Fiera berharap di tahun terakhir ia bersekolah ini. Ia bisa merasakan rasa itu yang sesungguhnya. Dibalas dengan yang baik juga.

Tapi juga hanya saja, itu hanya sebuah harapan. Fiera tidak ingin berharap terlalu tinggi. Ia tahu, sakit hati rasanya bukan main.

"Fieraaa!"

Yang dipanggil menoleh. Lalu menampilkan senyum terbaiknya pagi ini.

"AAAA GUE KANGEN BANGET WAGELASI." ucap perempuan dengan rambut blonde itu.

Bukan ia buat buat, rambutnya memang seperti itu. Lagian, siapa yang tidak kenal Chaeyeon? Arzinta Chaeyeon. Blesteran Paris sudah menjadi ketenarannya.

"Ayo nyari kelas!" ajak Fiera.

Mereka berdua bergandeng tangan. Berjalan melewati lapangan. Naik ke koridor lantai dua. Mencari kelas dua belas.

"Wih, mimpi apa nih gue. Bisa masuk kelas ipa?" seru Chaeyeon. Ia meloncat loncat. Melampiaskan kesenangannya.

Disisi Chaeyeon yang kegirangan. Ada Fiera yang celingukan menelusuri sisi koridor.

"Nama lo ada nih," ujar Chaeyeon. "Lu nyariin siapa sih?"

"Chaewon sama Minju. Mereka dimana ya?"

Chaeyeon menimbulkan kepalanya keluar. Ia ikut celingukan. Lalu berakhir dengan mengangkat bahu.

"Tapi mereka ada di daftar nama ini."

"Udahlah ayo masuk dulu." ajak Chaeyeon.

Fiera tidak mengubris. Ia sedang nyaman menatap insan yang sedang tertawa renyah didepan kelasnya. Diujung koridor lantai tiga. Dengan tawa yang diselingi tepuk tangan, Fiera ikut tersenyum.

"Aduh Fiera, dia lagi dia lagi. Masih belum move on?"

Sayangnya karena perkataan itu, insan yang tadinya tertawa renyah menatap Fiera.

"Ah berisik lo. Ayo masuk." ucap Fiera yang langsung mendorong Chaeyeon.

*****

"Felix!" teriak Chaewon ngebuat seisi kantin bertuju padanya. Ga termasuk cakwe dan cireng, sih.

"Astaga Min, pengen ngumpet gue sumpah."

"Lu napa sih, ketemu kembaran serasa ketemu setan." sahut Jaemin sembari menyisir rambutnya ke belakang.

Teman-teman Felix tertawa kala melihat Felix berada di bawah meja makan.

"Jaeeem!" sekarang giliran Jaemin yang dipanggil oleh Chaewon.

"Kenapa, jir?"

"Pilix mana? Perasaan gue tadi disini?"

Haechan terkekeh, "Gatau anjir, tadi udah ngilang."

"Iya, udah hilang. Gatau kemana tadi, suer dah." jawab Jeno membantu Jaemin.

Chaewon memasang wajah geramnya.

"Mati lo Felix."

Chaewon meninggalkan semua manusia dimeja itu.

"Eh neng cantik,"

Minju terperangah ketika Jaemin memanggilnya seperti itu.

"Canda sayang, jangan tegang gitu ah." tawa Haechan dan Jeno buyar.

Minju yang berusaha menutupi wajah merahnya itu langsung berlalu dan mengait lengan Chaewon.

Sedangkan Chaeyeon yang mendengar itu hanya bisa mengelus pundak Fiera.

"Kenapa, Chae?"

"Engga hehe," jawab Chaeyeon.

*****

Mereka berempat menduduki satu meja dipojok kantin. Berisik kantin tak mengacau Fiera yang sibuk menelusuri wajah Minju.

"Lah gue apaan? Jaem sukanya yang kayak Minju, gue keset kaki begini." gumamnya.

"Woi Fier! Gangguan ya lo liatin gue mulu?"

"Ciri-ciri bocah gaada akhlak tuh gini, heran banget gue." ucap Fiera menunjuk Minju yang sekarang sibuk senyum-senyum sendiri.

"Nih bocah abis kenapa sih?" heran Chaewon.

Fiera terbahak, "Abis di goda doi, begitu dah."

Chaeyeon ikut tertawa, "Dipanggil neng lagi."

Berakhir dengan Minju yang menutup wajahnya karena malu.

Salah satu alasan kenapa Fiera hanya bisa memberi tahu pada Chaeyeon.

Karena, Minju juga menyukai pemuda itu.

*****
Hay guys~
Balik lagi ini sama mas Jaemin dan kawan kawan hihihi

Gimana sama part kali ini?? Menarique atau tidaqeu?

Ada yang ga sabar nungguin mas Jaemin sama temen temennya nih

Koridor || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang