Abang

9 1 0
                                    

Tiba2 saja aku jadi sulit konsentrasi. Aaah,,,, sial. Kenapa hati ini jadi resah tak menentu?

"Maaf bu, kami mohon persetujuan keluarga supaya bapak bisa segera ditindak"

Di ruang serba putih ini aku tercenung. Satu jam yang lalu semua tindakan paramedis berbuah sebuah kekecewaan.
"Bapak sepertinya drop bu, jadi kita hentikan dulu hemodialisis nya. Mudah2an besok  bisa kita ulang"
Aku hanya pasrah memandangi abang tertuaku. Tubuh yang dulu kekar kini tergolek lemah dengan aneka peralatan medis.
"Aku ke kantin dulu Bunda" Wanita tua itu hanya mengangguk, kemudian kembali mengelus penuh kasih buah hatinya yg msh tergolek lemah.

Abangku memang belum menikah. Ambisinya untuk sukses teramat besar hingga lupa segalanya. Seluruh waktunya ia curahkan hanya untuk pekerjaan dan menjaga kedua orang tua kami dan tentu saja kami 4 adik2 nya yang manja. Sebenarnya wajahnya jauh dari kata jelek. Bila dibandingkan denganku. Hidung bang Dira teramat mancung. Kulitnya yang gelap dengan perawakan yg atletis sepertinya tak akan membuat siapapun heran jika banyak gadis memujanya. Tapi dia hanya menanggapinya dengan dingin. Kebiasaannya setiap hari menanyakan kabar sepertinya hal yang paling kurindukan saat ini. Tak terasa air mata menetes perlahan. 5 hari lalu tiba2 saja dia sakit dan menurut pihak RS dia terserang Demam berdarah yg kemudian menjalar ke wilayah ginjal, karena ternyata tanpa sepengetahuan kami, ia sudah lama memiliki riwayat sakit ginjal. Kami cukup syok menerima kenyataan ini, tapi cukup paham mengapa ini terjadi. Kebiasaannya minum kopi dan lebih sering minum minuman bersoda dibanding air mineral biasa pastilah pemicunya. Belum lagi kebiasaan merokok dan begadangnya. Hanya yang membuat kami merasa bersalah, kami tak pernah tahu jika ternyata dia sering menyembunyikan rasa sakit dikala penyakitnya itu datang.

Tersadar aku dari lamunan , ketika kulihat beberapa perawat sibuk mondar- mandir di ruang Mustazam 3 tempat abangku dirawat. Segera aku menyelinap ke dalam. Bundaku terduduk lemas di sudut kamar. Beberapa perawat dan seorang dokter jaga tampak sibuk memberikan tindakan.
"Abangmu drop" bunda berisik hampir tanpa suara.
"Temani dia, bunda sudah ikhlas, tapi kaki bunda lemas" air mata menetes dari mata sayunya. Aku melepaskan dekapanku padanya lalu berjalan dengan berat hati dan duduk disamping abangku.
"Abang, apapun pilihan abang, kami ikhlas, abang g perlu khawatir." bisikku ditelinganya sambil menahan tangis. Ku tuntun dia mengucap syahadat, tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Dan........

"Maaf, bu.. Kami sudah berusaha semampu kami.." kalimat itu menyadarkan akan pilihan abangku untuk berhenti berjuang melawan sakitnya.

____

"Kamu ni mo bikin kopi atau sajen biar hujan berhenti?" Nuri terkikik melihat tingkahku yg mengisi gelas kopiku dengan sesendok garam.
"Galon ni yeeee" ujarnya lagi. Mau tak mau aku ikut tergelak dan agak sedikit malu.  Nuri berlalu menyisakan derai tawanya yang renyah.

Peristiwa 2 tahun lalu masih tergambar jelas diingatanku. Dan kini aku sepertinya akan menghadapi lagi.
RIZWAN
Aku seperti terhipnotis kharismanya. Wajahnya tidak tampan. Tapi caranya berdebat denganku, mengejekku, menasehatiku dan bahkan penyakitnya ibarat titisan Bang Dira ku. Aku menemukan abangku yg hilang. Itu sugesti dipikiranku yg membuat aku tak bisa lepas darinya meski kami belum pernah bertemu. Dan lucunya, Sering kali ide kami tentang banyak hal sama dan kami seperti bisa membaca pikiran satu sama lain. Banyak teman dumay kami, menganggap kami lebih dari sekedar sahabat dumay. Kami hanya tertawa masa bodo. Dan terang2an aku menolaknya setiap dia ingin menelepon apalagi video call.

"Abang laki orang, aku ga biasa dan g suka terima telpon apalagi VC dari laki orang kecuali urusan kerjaan dan itupun selama jam kerja" ucapanku tegas saat itu. Dan Rizwan menghormati prinsipku. Hanya chat mesranya saja yg seringkali mengganggu. Hahha.

Sebuah foto punggung lelaki berbau khas RS dengan selang infus tiba2 muncul di line ku.

"Tan, papah murung terus dari tadi g seperti biasanya. Melan khawatir"
Gadis 20 tahun, mahasiswi kedokteran di salah satu universitas ternama itu kembali mengabariku lewat line papahnya.

M: mungkin dia kangen mamamu
Ml: tapi kata dokter dia belum boleh pegang hp
M: aku yakin, maksudnya jangan terlalu lama, papahmu kan suka lupa waktu klo pegang gadget, tp klo sekedar nelpon 5 atau 10 menit pasti boleh lah.
M: nanti Melan tanya deh. Maaf ya Tante sering Melan ganggu, soalnya Melan bingung, mo cerita sama mama, dilarang sama papah. Untung papah bilang tante sahabatnya tahu, jd Melan punya temen.
M: kamu harus kuat dan sabar ya, biasanya yg paling sulit itu bikin orang sakit g bosen minum obat, bikin dia semangat buat sembuh.
Ml: ya tante.

Obrolan ringan sering terjadi kini, di sela jam kerjaku dan waktu dia menjaga abangku.
Abangku????
Darahku berdesir..
Kenapa konotasinya lebih mendekati ke arah hubungan spesial lawan jenis?
Nuri bahkan sering menganggap aku galau karena dia. Calon istri kedua, lagi Galon niyeee, selalu itu ejekan dari mulut rese nya. Dan aku hanya tertawa masa bodo menanggapinya.

Tanpa sadar aku menggelengkan kepala berusaha membuang pikiran gila ini. Dia hanya sahabatku, kakakku, saudaraku, tak lebih dan tak kurang. Yup... Mantap kutanam dalam hati dan benakku.
Kupandangi lagi foto itu.

Triiing..
Sebuah chat masuk.
Ml : Tan, papah sudah tertawa lagi sejak selesai telpon mama.
M: alhamdulillah, kamu jgn sekalipun nampak sedih dan murung depan dia ya, biar dia tetep semangat
Ml: iya tan
Ml: eh Tan, ada salam dari papah, dia mo ngomong nih, bentar ya.
Hah??
Sebuah Voice note kuterima. Ragu aku memutarnya. Ini pertama kalinya aku akan mendengar suara aslinya. Ya.. Memang sedikit konyol kedengarannya. Sudah lebih dari 100 lagu kami nyanyikan berdua dengan mesra tapi aku masih saja sedikit salah tingkah hanya karena dapat sebuah VN.  Hahha.
Ini suara aslinya tanpa efek lho, otakku memberi alasan semacam pembelaan diri atas rasa yg tiba2 menyelinap di hatiku.

"Beb, apa kabarmu? Maaf, Melan dan aku merepotkan mu. Melan cerita semua. Kamu selalu temani dia. Makasih ya. Aku g akan pernah lupa kebaikanmu. Dan makasih juga sudah  buat Oc di akun ku, jadi kawan2 yg lain tidak khawatir tentang aku. Do'akan aku cepat sehat ya. Kamu saudara terbaikku beb"

Saudara
Tergaris bawahi sudah statusku. Saudara. Camkan.

Pernah ga kalian merasa jatuh cinta pada sahabatmu sendiri? Mama pernah, dan rasanya g enak banget. Takut merusak persahabatan klo tiba2 kita ada masalah, apalagi pas tahu ternyata dia lebih cinta sahabat kita yang lain. Cinta bertepuk jidat deh namanya. Hahha.
Seperti itulah yang Mayda rasakan, meski cuma jatuh cinta pada sahabat dumay yang bisa jadi jenis cintanya "Cinta Halu", tapi ya.. Harus diwaspadai juga kan? HAHAHAHA


BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang