Randi dan Komunitasnya

76 5 0
                                    

Sonia meletakkan tas ransel kecilnya di kursi kosong sebelah Randi. Tangannya berkacak pinggang, matanya menatap Randi tajam.

"Mana temen lo yang katanya selalu ada buat lo?" Sonia bersikap sarkas. Randi menghela napas. Sonia duduk di sampingnya, menahan kesal setengah mati.

"Antrean nomer berapa?" tanya Sonia setelah ia berusaha menenangkan diri. Randi menunjukkan kertas yang sedari tadi dipegangnya, nomor tiga belas.

"Sekarang nomor berapa?" Sonia kembali bertanya.

"Delapan," jawab Randi kemudian terbatuk-batuk.

Sonia mendesah, ada perasaan marah, kesal, dan iba terhadap temannya yang satu itu. Ia hanya bisa menyandarkan tubuhnya di kursi rumah sakit.

"Jadi lo dapet dari siapa?" Sonia bertanya dengan nada mendesak. Dia sudah tidak bisa menahan kesal yang berkecamuk di dadanya. Randi hanya mengendikan bahu.

"Nyokap lo tahu?" Sonia menurunkan nada bicaranya, ia mulai sadar sejak tadi dia hanya marah-marah. Randi menggeleng.

"Jangan bilang," ucap Randi memelas.

"Nggak, gue doang yang tahu," Sonia mengelus punggung Randi. Randi mengusap wajahnya.

"Lo nggak jijik sama gue?" Randi menatap Sonia ragu-ragu. Ada malu menyelimuti dirinya. Ada penyesalan yang tertumpuk di hatinya. Seandainya saja dahulu ia lebih mendengarkan Sonia.

"Lo itu korban, dan lo temen gue," kata Sonia.

"Temen-temen lo udah pada tahu?" tanya Sonia. Randi kembali mengendikan bahu.

"Menurut lo?" Randi kembali bertanya. Sonia tidak perlu menjawab, dia yakin teman-teman Randi sudah tahu jika Randi terjangkit HIV. Buktinya tidak ada satu pun dari mereka yang datang.

Sonia menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya kasar. Matanya menerawang, menatap langit-langit ruang tunggu rumah sakit.

"Ran, Ran, kalau aja lo ngasih kesempatan hati lo buat ngelihat gue, lo nggak akan kayak gini," gumam Sonia lirih. Sayangnya selirih apa pun, gumaman itu tetap terdengar di telinga Randi.

"Seandainya lo minta kesempatan itu dari dulu, gue juga nggak bakalan kayak gini," ucap Randi. Sonia menoleh. Mata mereka bertemu.

Hujan dan Cerita LainnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang