Antara Cinta atau Nafsu

16 2 4
                                    


"Jatuh cinta memang fitrahnya manusia. Kemana cinta itu dibawalah yang menjadikan ia halal atau haram. Karena hakikatnya, cinta sejati bukanlah yang menjauhkanmu dari-Nya, melainkan yang semakin mendekatkanmu kepada taqwa."

🍁🍁🍁

Pelajaran telah berlangsung seperti semula. Hazna tampak sibuk mencatat materi dari Miss Waty di papan tulis. Begitu juga dengan para murid lainnya. Setelah mengajukan pertanyaan perihal yang tengah dibahasnya, guru Bahasa Indonesia itu segera pamit. Berlalu meninggalkan ruangan, bersamaan dengan bel tanda istirahat yang terdengar nyaring.

Kelas yang semula tertib pun, kini tampak riuh. Satu persatu siswa-siswi mulai keluar dari kelas, menghampiri titik temu yang sedari tadi dirindu. Entah itu kantin, perpustakaan, atau lainnya.

Hazna, Nisa, dan Herin sendiri lebih memilih ke kantin mengisi perutnya yang mulai keroncongan.

"Kalian mau pesen apa? Biar gue yang traktir," ucap Nisa.

"Wiih, beneran, nih?" sahut Herin.

"Iya lah. Kuy pesen!" jawab Nisa.

"Hazna, ayo!" sambungnya.

Baru saja mereka mau memesan makanan, Yuk Ris--salah satu pelayan kantin-- datang membawa semangkuk bakso. Ditaruhnya mangkuk itu di meja dekat Hazna.

"Ini spesial buat Hazna, dari seseorang," ucap Yuk Ris seolah mengerti tatapan bingung dari ketiga siswi di hadapannya.

"Wow, dari siapa, Yuk?" tanya Nisa.

"Ada lah. Cowok. Secret Admirer-nya Hazna," ucap Yuk Ris seraya menatap Hazna dengan senyum menggoda.

"Secret Admirer?" ucap Herin dan Nisa bersamaan. Keduanya saling menatap satu sama lain.

"Wiih keren. Lo punya penggemar rahasia, Haz?" ucap Nisa.

"Kira-kira siapa, ya?" tanya Nisa pada dirinya sendiri. Telunjuknya ia ketuk-ketukan pada dagu, menandakan sedang berpikir.

Sementara Hazna, setelah mendengar penuturan Yuk Ris hatinya menjadi resah.

'Cowok? Siapa?' tanya batinnya.

Hazna menjadi takut sendiri mengetahui ia memiliki penggemar rahasia, itu artinya selama ini ada yang diam-diam memperhatikannya. Dan ia adalah seorang laki-laki?

'Astaghfirullah,' batin Hazna, resah.

Apa ia kurang menjaga pergaulan, sehingga ada seorang laki-laki yang terfitnah? Atau ia bertingkah berlebihan ketika di situasi yang campur baur?

'Maafkan aku, ya Allah.'

Hazna lebih memilih beranjak, dibanding memakan bakso spesial untuknya. Entah mengapa, ia merasa tidak nyaman dengan perlakukan spesial seperti itu. Apalagi dari seorang lelaki bukan mahram, yang bahkan ia sendiri tidak tahu siapa.

"Eh, Haz. Lo mau ke mana? Ini baksonya gimana?" tanya Nisa sembari mencekal tangan Hazna, mencoba menahannya.

"Buat kamu aja," jawab Hazna pelan.

"Serius?" tanya Nisa cepat.

Hazna mengangguk, kemudian berlalu. Pergi meninggalkan Nisa yang berbinar menatap bakso di hadapannya. Sementara Herin, hanya mampu menatap Nisa dengan heran.

"Biasa aja kali makannya," ucap Herin kala melihat Nisa yang begitu lahap memasukkan baso ke mulutnya.

"Budu!" timpal Nisa dengan tak memedulikan Herien, juga Hazna yang telah pergi.

🍁🍁🍁

"Argghhh!" Nizar, laki-laki itu memasuki kelasnya dengan resah. Lagi-lagi kecewa harus ia dapatkan.

HAZNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang