Cahaya biru langsung memancar terang dan menyilaukan mata saat pedang pusaka Rajawali Sakti dicabut dari warangkanya. Si Cebol Tangan Baja tersentak kaget Buru-buru dia melompat mundur. Tampak sepasang bola matanya membeliak lebar, seakan tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.
"Kenapa kau mundur, Kakek Cebol? Kau takut... ?'' ejek Rangga.
"Phuih! Biar kau panggil gurumu sekalian ke sini, aku tidak akan mundur!" dengus si Cebol Tangan Baja tersinggung.
"Jangan bawa-bawa nama guruku!" bentak Rangga geram.
Rangga memang tidak senang jika lawannya menyebut-nyebut nama gurunya. Hal itu dianggapnya sebagai penghinaan. Dan tanpa menunggu waktu lagi, Pendekar Rajawali Sakti segera mengerahkan jurus 'Pedang Pemecah Sukma',
"Hiyaaa ... !"
Dengan satu teriakan melengking tinggi, Pendekar Rajawali Sakti itu melompat cepat menerjang si Cebol Tangan Baja. Sementara pedang yang bersinar biru itu berkelebat cepat mengarah ke leher. Sedangkan si Cebol Tangan Baja segera mengangkat satu senjatanya sambil menarik kepalanya ke belakang.
Tring!
Dua senjata saling beradu.
Si Cebol Tangan Baja tergetar tangannya ketika senjatanya beradu dengan pedang Rangga. Dia terkejut sekali karena senjatanya kini buntung jadi dua. Belum lagi hilang rasa terkejutnya, mendadak satu tendangan keras dilancarkan Pendekar Rajawali Sakti.
Buru-buru laki-laki tua cebol itu membuang dirinya ke samping, lalu bergulingan bagai bola. Dan Rangga mencecarnya dengan babatan-babatan pedangnya. Sedangkan tubuh cebol itu terus bergelindingan menghindari tebasan-tebasan pedang yang begitu cepat dan mengancam nyawanya.
Tring!
Lagi-lagi si Cebol Tangan Baja terperangah ketika dia memapak serangan pedang yang beruntun itu. Lalu dengan kesal dia membuang senjatanya yang buntung terpapas. Kini tampak laki-laki tua cebol itu hendak mengeluarkan ajian pamungkasnya.
"Hm ... , kau ingin mengadu kesaktian rupanya," dengus Rangga bergumam.
"Tahan aji 'Sapujagat' ku, Bocah!" sentak si Cebol Tangan Baja geram.
Seketika itu juga kedua tangan manusia cebol itu mengeluarkan api yang berkobar-kobar dan menyambar ke arah tubuh Pendekar Rajawali Sakti. Dan bersamaan dengan itu, Pendekar Rajawali Sakti juga segera mengerahkan aji 'Cakra Buana Sukma'. Satu ajian yang sangat diandalkan Rangga.
"Aji 'Cakra Buana Sukma' ...!" teriak Rangga keras.
Secepat kilat dia menggosok pedang Rajawali Sakti dengan telapak tangan kiri, seketika itu juga cahaya biru tampak bergulung menggumpal di ujung pedang. Dan pada saat api yang ke luar dari tangan manusia cebol itu meluncur ke arahnya, Rangga langsung mengarahkan ujung pedang ke lawannya.
Kontan saja satu ledakan keras terjadi. Bersamaan dengan itu tubuh si Cebol Tangan Baja langsung terpental beberapa tombak ke belakang. Sedangkan Pendekar Rajawali Sakti masih tetap kokoh berdiri pada kedua kakinya. Sementara itu cahaya biru dari pedang pusaka itu terus bergulung dan meluncur cepat ke arah tubuh manusia cebol itu.
"Aaakh ... !" jeritan melengking terdengar dari mulut si Cebol Tangan Baja.
Tampak tubuh manusia cebol itu menggeliat-geliat terselubung cahaya biru. Dan Rangga segera memasukkan kembali pedang Rajawali Sakti ke dalam warangkanya setelah tubuh lawannya tidak bergerak-gerak lagi. Pendekar Rajawali Sakti masih berdiri tegak sambil memandang tubuh manusia cebol yang pelahan-lahan berubah lumer jadi tepung.
"Hhh.. !" Rangga menarik napas panjang melihat tubuh lawannya sudah berubah jadi tepung.
"Kakang. .. !"
Rangga segera menoleh. Tampak Retna Nawangsih sedang berlari-lari menghampirinya. Dan di belakang gadis itu Pendeta Pahaji berjalan cepat mengikuti. Sementara itu malam telah berganti pagi. Di ufuk timur tampak cahaya merah jingga menyemburat dan menerobos celah dedaunan. Tanpa terasa, semalamam penuh Pendekar Rajawali Sakti telah bertarung melawan si Cebol Tangan Baja.
"Kau tidak apa-apa, Kakang?" tanya Retna Nawangsih bemada cemas, namun gembira melihat Rangga dapat mengalahkan satu lawan tangguh.
"Tidak, '' sahut Rangga sembari tersenyum.
"Aku mendengar serombongan berkuda tengah menuju ke sini," kata Pendeta Pohaji seperti bergumam untuk dirinya sendiri.
Rangga segera menengadahkan kepalanya. Telinganya yang tajam langsung mendengar derap kaki kuda yang sangat banyak jumlahnya. Semakin lama suara langkah kaki kuda itu semakin jelas terdengar. Dan dari arah timur tampak debu mengepul di udara. Sedikit demi sedikit mulai terlihat umbul-umbul yang bergerak cepat dibawa oleh para penunggang kuda.
"Ah, api sudah tersulut di Karang Setra ... " desah Pendeta Pohaji.
Sejenak Retna Nawangsih dan Rangga saling berpandangan. Memang benar gumaman pendeta itu. Karang Setra sebentar lagi akan berkobar. Bara yang telah lama terpendam di dalam sekam, sudah mulai menggeliat dan menyemburkan api yang akan menghanguskan seluruh kadipaten ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
14. Pendekar Rajawali Sakti : Api di Karang Setra
AkcjaSerial ke 14. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.