Not Again

637 6 1
                                    


H-5

   Hari ini mood ku benar-benar buruk.Padahal lima hari lagi adalah pernikahanku,apalagi kalau bukan karena sang mantan yang masih kekeuh ingin minta balikan.

Hahahahahahaha...... lucu sekali

Nggak ada capeknya ya tuh cowok gangguin hidup orang terus.

Hahhhhhh

  Setelah aku memberikan undangan pernikahanku siang itu,malamnya Brian langsung datang kerumah.
  Papa enggan menemui,sebal katanya kalau melihat Brian,hanya mama yang masih berbaik hati masih bersikap lunak pada Brian (sosok ibu yang penyabar).
Dan selanjutnya hampir setiap hari dia datang hanya untuk bertemu denganku.Nomer telpon sudah aku blokir,terlalu mengganggu menurutku.

   Waktu bersantai bersama keluarga harus terganggu dengan hadirnya sipengganggu.
"Temuin aja,nak?"
"Males,ma....lagian juga kenapa sekarang sok sibuk nyariin aku sich,kemarin-kemarin kemana aja dia?!"
Aku sudah mulai jengkel dengan sikap Brian
Bahkan seminggu yang lalu aku sempat ketemu sama mama dan kakaknya dipusat pembelanjaan,mereka bahkan sudah ikhlas kalo aku gagal jadi calon anggota baru keluarga mereka.
Dan hubunganku dengan mereka juga baik.
Bahkan tante Wina mamanya Brian tetap menganggapku sebagai anaknya,dengan mata yang berkaca-kaca dia memelukku erat.
"Lebih baik memang kamu temui saja Briannya,Han" kata papa
"Selesaikan apa yang seharusnya diselesaikan,sayang"
Mama dan Papa benar sepertinya Brian gk akan berhenti mencariku jika aku tak menemuinya.

   Aku keluar dari ruang keluarga menuju teras samping,tempat biasa aku dan Brian berkencan dirumah.
Dia nampak kusut dan kacau.

   Beberapa minggu tak melihatnya,aku tidak lagi merasakan debaran yang begitu kuat kala dulu kami berjauhan dan aku menahan rindunya saat-saat kebersamaan kami mulai jarang.

    Sekarang hanya ada perasaan biasa dengan debaran jantung yang normal.
Ternyata benar kata Nina aku orang yang cepat move on,ditambah kehadiran angga dengan segala perhatian dan sikapnya padaku mampu membuang jauh pikiran negativeku akan semua sikap laki-laki itu sama brengseknya seperti Brian.

    Aku duduk disebelahnya seketika lamunanya buyar.
"Hanna...?" Ada binar kerinduan dan penyesalan dimatanya
"Ada apalagi,Brian?"
"Bukankah kisah kita telah usai,Bri?"
"........"
"Aku.......apa tidak ada lagi kesempatan,Han?" Dasar lelaki tidak peka,umpatku dalam hati
"Aku membebaskanmu,bukankah itu yang kamu inginkan?!"
"Selama ini aku sadar bahwa kamu jenuh dan butuh warna baru,....tapi bukan seperti itu,Brian"
"Aku bersalah"
"Aku juga,....mungkin karena aku kurang perhatian sama kamu"

   Pembicaraan ini akan lama kurasa

"Bukan Han..... semua memang salahku,aku terlalu mengabaikan dirimu dan hubungan kita,aku minta maaf"

"kita masih bisa berteman,Brian walau nggak bakal deket kayak dulu lagi"

"Kamu bisa meraih kebahagiaan kamu begitupun aku,jalan kita sudah nggak sama lagi,tiga tahun kita sudah berlalu begitu saja."

"Maaf,Han"
"Tapi,aku masih mencintaimu"
"Perlahan rasa itu akan pergi dan hilang,Brian
"Kamu sudah memulai lembaran barumu dengan Rosi.."
"Hanna.... itu tidak seperti yang kamu pikirkan"
"Masih saja kamu mengelak.."
Dasar lelaki egois,masih tidak mau mengakui perbuatannya.

"Aku rasa cukup sampai disini,kamu bisa pulang Brian,aku harap kedepannya kita bisa menjalani hubungan yang sewajarnya,selamat malam,Brian"
"Tolong beri aku kesempatan sekali lagi Han.Aku masih mencintaimu"
"Han....Hanna..."
Aku terus berlalu meninggalkannya memasuki rumah dan menutup pintu,mengabaikan manusia bebal macam Brian yang masih saja berteriak memohon kesempatan.

Sesampainya didalam kamar aku menghela nafas dalam-dalam.
Kulihat mama membuka pintu kamarku.
Pasti mama dan papa sudah tahu bagaimana situasiku saat ini.

"Sepertinya dia masih belum menyerah,Han?"
"Biarin aja Ma,aku malas ngladenin dia"
"Perlahan nanti juga dia akan bisa melupakannya,sayang" Ya itu harapanku mama
"Ma......,apa aku udah buat keputusan yang benar dengan menerima pinangan angga?"
"Mama dan Papa selalu mendukung keputusanmu,sayang.Semuanya demi kebahagiaanmu"
"Makasih,Ma"

   Aku selalu merasa damai dalam pelukan mama,aku tahu apa yang kedua orangtuaku pilihkan adalah yang terbaik untukku.
   Mereka tidak pernah memaksakan kehendak mereka dan selalu mengutamakan keputusanku.
   Aku harap kedepannya kamu bisa mengerti Brian,tidak semua yang kamu inginkan akan selalu terpenuhi.
Segala yang kamu perbuat akan ada yang dikorbankan,yaitu kebersamaan kita.
   Mas Angga,walau hanya beberapa bulan saja aku mengenalnya tapi aku tahu dia lelaki yang baik.Dia tahu bagimana kisahku dengan Brian tidak ada yang aku tutup-tutupi,begitupun mas Angga,dia sudah berpisah dengan kekasihnya tiga tahun lalu karena restu orang tua mantan kekasihnya yang tidak pernah didapatnya sampai mantannya itu menikah dengan orang lain.
   Aku sudah memutuskan langkah baru dalam hidupku jadi,tidak perlu lagi menoleh kebelakang.

Masih banyak typo dan amburadul 😊
Ini lanjutan tapi ...... entahlah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BREAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang