AWAL MASALAH
Hari ini, hari yang akan menjadi hari yang paling bersejarah untukku. Karena hari ini aku akan menikah dengan orang yang sangat ku cintai dan orang yang sudah mengisi hidup ku hampir 3 tahun terakhir ini. Dan sebentar lagi kami akan hidup bersama-sama selamanya hingga ajal memisahkan kami. Ah… senangnya.. dunia sungguh begitu terasa indah.
Tok! Tok! Tok!
Aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku, dan perlahan aku mendengar pintu terbuka.
“Pengantin wanita dipersilahkan untuk turun kebawah dan menemui pengantin pria.” Kata seseorang dari belakangku. Aku lihat dari arah cermin rias, Rere berdiri dibelakangku sambil tersenyum menatapku.
“Selamat ya Ray… gak nyangka kamu bakalan lebih dulu dari aku.” Rere memelukku dari belakang sambil tetap fokus menatap kearah cermin melihat pantulan wajah kami berdua. Aku lihat mata Rere mulai berkaca-kaca, dan aku pun merasa sepertinya mataku juga akan terjadi banjir jika tidakku tahan. Aku berdiri dan berbalik menatap Rere dan langsung balas memeluknya erat.
“Makasih Re…” aku mulai terisak, namun air mataku tetap aku berusaha menahannya dengan kuat agar tak jatuh, walau aku yakin hidung dan mataku ssudah mulai memerah.
Rere mengendurkan pelukkanku dan menatap mataku lurus.
“Hahaha… kasian kamu gak bisa netes ya? Pasti takut makeupnya berantakkan, kan? Haha.. dasar, ssudahlah daripada kita termehek-mehek disini, mending kita kebawah aja sudah, kasian laki kamu sudah keringet dingin ngadepin penghulu yang kumisnya sudah kek sapu ijuk, wkwk…” Kami pun tertawa bersama membayangkan Dino yang ssudah mulai gemetar didepan penghulu, Dino kan orang yang paling gak bisa liat kumis yang tebelnya kek ijuk, liat kumisnya yang tipis aja dia sudah kek orang kesetanan ngecukurnya, menurut dia orang kumisan itu orang yang gak terawat dan gak bersih dan dia sangat jijik, apalagi jika tebelnya kek ijuk, dia pasti bakalan gemeteran abis, hahahaha… dasar Dino, Dino.
Sesampainya dibawah aku langsung duduk disebelah Dino, orang yang sebentar lagi akan menjadi suami aku dalam hitungan menit saja. Yeay! Aku tersenyum menatap kearah Dino yang terlihat tampannya berkali-lipat dibandingkan biasanya dengan setelan jas berwarna putih tulang yang senada dengan kebayaku.
“Bagaimana nak Dino? Siap?” Tanya pak penghulu kepada Dino.
“Ya, saya siap” Termendengar begitu tegas jika orang yang tak terlalu mengenal Dino, namun aku yakin jika mereka mengenal Dino, mereka pasti akan tahu, kalau suaranya bergetar karena gugup.
“Bagaimana dengan wali sang pengantin wanita? Apakah anda siap?” Tanya pak penghulu itu lagi kearah papaku. Tapi… mengapa papa hanya diam? Dia kenapa? Dan dimana mama?
Baru saja aku ingin mengedarkan pandanganku kearah kanan tiba-tiba aku melihat mama datang entah darimana dan langsung duduk disebelah papaku, sambil menyerahkan sebuah…
Astaga Tuhan! It..It..u.. Testpack!
Mataku membulat lebar dan menatap kearah mamaku yang memandangku dengan pandangan penuh amarah, dan aku lihat kearah papa yang juga menatap aku seperti itu.
“Raya, saya ingin bertanya dengan anda. Ini milik si.a.pa?!” Tanya papa dengan penuh penkanan dikalimat siapa. Ya Tuhan! Papa sepertinya sangat marah besar sehingga bicara seperti itu. Apa yang harus aku lakukan Tuhan, aku.. aku gak tahu harus ngenjawab gimana.
“Baiklah jika anda tidak mau menjawabnya, saya akan memberitahukan satu hal. Bahwa sebenanya saya tidak dapat menjadi wali anda karena anda bukan anak kandung saya, melainkan anak yang saya temukan dipinggir jalan dan saya adopsi, dan apa yang anda balas kepada saya setelah saya ssudah rela mengadopsi dan merawat anda dari berumur 1 bulan hingga usia 21 tahun sekarang ini? Apakah ini balasannya saudari Raya?!”
Demi Tuhan, aku terkejut dengan pernyataan papa, bahwa aku bukan anak kandungnya dengan mama dan… apa? Pinggir… jalan? Ya Tuhan… papa pasti bohongkan?
“Pa… Papa pasti bohongkan? Hiks.. iyakan pa?! Iyakan?!” Aku mulai terisak dan aku rasa makeup aku ssudah tak berbentuk lukisan indah lagi, melaikan seperti monster yang mengerikan.
“Dasar anak gak tahu diuntung!” mama berjalan menuju pintu keluar setelah mengatai aku seperti itu dan papa pun ikut berdiri dan meninggalkan aku yang berteriak histeris sambil menangis meneriakki mereka bahwa mereka berkata bohong! Dan aku anak kandung mereka! Dan aku yakin mereka berkata seperti itu hanya karena emosi karena aku yang ssudah berbuat hal yang dilarang oleh agama aku.
“Lalu bagaimana dengan acaranya?” Tanya pak penghulu.
Aku pun menatap kearah Dino, untuk memberikan keputusan kepada penghulu. Dino balik menatap aku dan tatapannya seperti… kecewa?
“Apa kamu gak minum pil yang aku berikan?” Pil? Pil yang mana? Apakah pil pencegah kehamilan yang Rere bilang aku tak boleh meminumnya agar aku bisa menjeratnya agar dia terus akan setia kepada aku selamanya?
“Pil..? yang.. mana?” Tanya aku bergetar.
“Huh! Astaga!.. Baiklah pak, acara saya… batalkan.” Mataku sukses membulat lebar dan memandang horror Dino yang tetap memandang lurus pak penghulu dan saat dia akan bangkit dari duduknya aku mencegahnya.
“Apa?! Bagaimana bisa?! Kamu tahu! Aku.. aku.. aku hamil anak kamu! Aku HAMIL! Dan itu ANAK KAMU!” Aku meneriakkinya yang masih tidak mau memandang kearah aku.
“Apa kamu yakin itu anak aku wanita jalang?! Bagaimana bisa kamu mengatakan dia anak aku sedangkan kamu saja aku tidak tahu apakah kamu wanita yang baik-baik atau tidak dan keluarga kamu bahkan tidak diketahui entah berasal dari keluarga yang mana diri kamu itu.” Aku shock berat menmendengar perkatannya yang sungguh sangat tajam dan menusuk kedalam hati aku yang paling dalam.
Dia melepaskan cengkraman tanganku di lengannya dengan keras, dan berlalu pergi. Begitupun dengan para undangan yang rata-rata hanya dihadiri oleh keluarganya dan mereka yang sempat ikut terkejut berdiri dan ikut meninggalkan aku pergi sendiri. Bahkan pak penghulu yang didepan aku pun ikut berdiri dan berpamitan untuk pergi.
Sekarang hanya tersisa Rere dan aku. Rere adalah sahabat aku dari Tk dan aku merasa dia juga begitu terkejut dengan apa yang terjadi. Dia pun menghampiri aku dan memelukku erat mencoba untuk menenangkanku yang masih terus terisak histeris.
“Yang sabar ya Ray… gak baik kamu terusan kek gini, kasian bayi kamu… entar dia kenapa-napa.” Rere berusaha menasehati aku. Aku pun memandang kearah perut aku dan… ini semua gara-gara bayi sialan ini! Semuanya jadi hancur! Akh! Aku benci bayi ini! Aku berteriak keras sambil terus menangis dan memukul-mukul keras perut aku yang masih berumur 3 bulan.
“Ssudah Ray! Ssudah! Kamu gak boleh kayak gini! Gak baik tahu!” Rere terus mencoba menghentikan aku yang terus memukul keras perut aku.
“RAYA! AKU BILANG BERHENTI! BAYI KAMU GAK SALAH RAY! JANGAN KAYAK GINI RAYA! Please.. aku mohon.. maafin aku Ray.. maafin aku..” Tiba-tiba Rere meneriakki aku dan mulai terisak dan air matanya pun mulai mengalir deras keluar dari kkamupak matanya.
Akh! Kepala aku terasa begitu sakit dan pandangan aku terasa seperti buram dan mulai tidak jelas… aku memengang kepala aku dan tiba-tiba pandangan aku pun menggelap dan yang aku mendengar terakhir hanyalah teriakkan Rere yang berteriak keras memanggil nama aku selanjutnya aku ssudah tak sadar apa-apa lagi.
Jangan lupa vote and comment yup gaes! Masih ditunggu dengan sabar! ^-^
Copy right by. Rayanaila~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Raya's Life
HumorBanyak hal gila di kehidupanku, dan sebagian dari kegilaan hidupku, aku rangkum dibagian bawah ini dan itupun hanya sebagian… -Yang ke-1 aku bukan anak kandung dari orang yang sudah mendidikku dari bayi, dan parahnya aku baru diberi tahu setelah aku...