Budayakan vote dulu sebelum membaca, satu suara sangat penting bagi author, makasih:-)
....
Zasti segera mengenakan tasnya, kemudian segera beranjak keluar. Ia mengemudikan mobilnya melaju menuju sekolahnya agar tidak terlambat.
Zasti bersekolah di SMA Trisatya Jakarta.Sekarang Zasti sudah memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah khusus mobil, setelah turun dari mobilnya, Ia kemudian berjalan menuju kelasnya dengan tatapan dingin yang selalu diberikannya kepada teman-teman sekolahnya. Bukannya sombong, tapi dia hanya muak dengan kebaikan palsu yang diberikan setiap orang padanya.
Dulu, Zasti punya seorang sahabat perempuan namanya Indri ketika duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama, awalnya gadis itu baik padanya, menawarkan bekal makanannya ketika Zasti lupa membawa uang jajan, lalu dia sering bermain ke rumah Zasti, yang Zasti tau Indri adalah seorang anak salah satu pemimpin perusahaan yang cukup besar di Jakarta dan Indri adalah anak semata wayangnya, Zasti sama sekali tidak menyangka bahwa sahabatnya itu disuruh orangtuanya memengaruhi Zasti agar mau mengambilkan salah satu berkas penting ayahnya yang tidak dia mengerti isinya.
Ayah Indri adalah salah satu saingan papanya Zasti, jadi tujuan ayahnya Indri menyuruh anaknya untuk menjadi sahabat Zasti adalah untuk dapat menjatuhkan perusahaan milik papanya Zasti.
Zasti telah sampai didepan kelas. Setelah masuk, dia melangkahkan kakinya menuju bangkunya. Zasti duduk dibangku paling belakang, dia hanya duduk sendiri, katanya dia tidak mau ada yang mengganggunya. Dia tidak ingin ada seorangpun yang duduk disebelahnya.
Dikelas Zasti sangat jarang bicara, kalau bicarapun hanya saat presentasi.
Tak lama, bel masuk berbunyi semua siswa merapikan posisi duduk mereka.
Sunyi senyap hanya langkah kaki seseorang dari arah luar kelas. Ralat, sepertinya orang itu tidak sendirian, karena terdengar suara langkah kaki orang lain.
Seorang guru yang nerupakan wanita paruh baya muncul dari balik pintu kelas, sambil membawa penggaris besi ditangannya. Dia adalah Ibu Riska, guru Bahasa Indonesia yang juga merupakan wali kelas XII IPA 2.
"Selamat pagi anak-anak." Sapa Bu Riska.
"Pagi bu!" Balas semua siswa.
"Hari ini saya belum masuk, karena sedang ada rapat, saya hanya ingin memberitahukan kepada kalian, bahwa hari ini ada siswa baru yang akan bergabung dengan kalian."
Semua siswa terlihat berbisik-bisik, kecuali Zasti, dia hanya diam sambil memainkan bolpoin miliknya tanpa berniat melirik Bu Riska yang sedang berbicara didepannya.
"Silahkan masuk." Perintah Bu Riska kepada seseorang yang sedang menunggu diluar kelas.
Seorang laki-laki tampan masuk, dengan seragam rapi, dia tersenyum kepada siswa yang ada dikelas. Semua siswi yang melihatnya langsung berteriak senang karena mendapat vitamin pagi yang menyegarkan mata.
"Silahkan perkenalkan namamu." Laki-laki itu langsung memperkenalkan namanya.
"Pagi semua, perkenalkan nama saya Diki Ganendra, saya pindahan dari SMA Nusa Bakti Surabaya, mohon bantuannya supaya saya dapat berbaur disini terima kasih."
Mendengar nama Diki, Zasti sontak mengangkat wajahnya dan mata coklat miliknya bertabrakan dengan mata hitam milik laki-laki yang tadi memperkenalkan diri.
Cukup lama mereka bertatapan, Zasti segera memalingkan wajahnya dan kembali memainkan bolpoinnya sambil menetralkan jantung nya yang berdetak cepat.
Para siswa yang tadinya diam memperhatikan Diki memperkenalkan namanya, langsung sibuk berbisik-bisik.
"Oke, perkenalannya sudah. Apakah ada yang ingin ditanyakan kepada Diki?" Tanya Bu Riska. Sontak kelas bertambah riuh akibat pertanyaan dari siswa maupun siswi yang tidaklah penting.
Seperti
"Kenapa lo ganteng?"
"Mau nggak jadi pacarku?"
"Nomor telepon dong."
"Lo operasi plastik ya? Bagi-bagi tips dong biar punya muka kayak lo." Tentu saja pertanyaan itu dari mulut siswa laki-laki yang iri dengan wajah tampan Diki. Diki hanya menanggapinya dengan tersenyum.
Dunia sudah terbalik - Batin Zasti.
"Diki, kamu bisa duduk disebelah Ryzasti Askara."
Karena tidak memperhatikan, Zasti yang merasa namanya disebut langsung mendongakkan kepalanya dan memasang raut wajah bertanya kepada Bu Riska.
"Zasti, mulai hari ini Diki akan menjadi teman dudukmu." Kata Bu Riska yang sudah mengerti raut wajah Zasti yang terlihat bingung.
"Ga mau." Zasti menolak perkataan Bu Riska barusan. Apakah gurunya yang satu ini sudah lupa bahwa dia tidak ingin siapapun duduk disebelahnya.
"Saya tidak menerima penolakan, atau kamu akan saya suruh duduk dengan Arif. Kamu mau emangnya?" Tegas Bu Riska dengan ancamannya.
Zasti hanya diam sambil memalingkan wajahnya, dia tidak ingin ada yang duduk disebelahnya, apalagi seorang siswa baru. Tapi, duduk dengan Arif adalah hal terburuk yang akan dia terima, karena Arif adalah satu-satunya laki-laki yang berani mengganggunya bahkan sampai mempermalukannya didepan umum karena menyatakan cintanya kepada Zasti beberapa kali walaupun sudah ditolaknya.
Alhasil, Zasti kini harus duduk dengan siswa baru yang sama sekali tidak membuatnya bergeming. Rasanya gue pernah mendengar nama Diki, tapi dimana? -batin Zasti.
"Hey, lo baik-baik aja kan?" Zasti langsung kembali tersadar dari lamunannya karena Diki yang melambai-lambaikan tangannya diwaja Zasti.
Zasti segera menepis tangan Diki dari hadapannya. "Minggir." Diki langsung menggeser bangkunya untuk memberi jalan kepada Zasti.
"Lo mau kemana?" Diki menahan tangan Zasti saat dia ingin melangkah.
"Lepasin!" Zasti menepis tangan Diki dan langsung pergi keluar kelas.
...
Haii... :-)
Thanks udah mau mampir, btw jangan lupa vomment (please jangan jadi secret reader yang tidak mau memberikan suara)_Musdalifa. Maddatu💙
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGER
Teen FictionJika ibu kandungmu adalah musuh orangtua angkatmu, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan menyingkirkannya agar saingan bisnis orangtua angkatmu tersingkirkan, atau kau akan membantunya menyingkirkan orangtua angkatmu? Itu adalah sebuah dilema...