Budayakan vote dulu sebelum membaca, satu suara sangat penting bagi author, makasih:-)
...
"Lo mau kemana?" Diki menahan tangan Zasti saat dia ingin melangkah.
"Lepasin!" Zasti menepis tangan Diki dan langsung pergi keluar kelas.
Zasti bergegas menuju kantin, untuk mengisi perutnya yang lapar, walaupun dia habis sarapan. Itulah kelebihannya, selalu lapar meskipun sudah makan.
Sesampainya di kantin, Zasti segera memesan makanan kesukaannya yaitu Spaghetti dengan sambal cabai, karena Zasti suka makan makanan yang pedas hingga dia menambahkan banyak sambal cabai diatas spaghettinya.
Setelah memesan, Zasti segera mencari tempat duduk yang pas untuknya, kemudian dia melihat tempat duduk di pojok yang tak berpenghuni alias tidak ada orang yang mendudukinya.
Zasti memilih duduk dipojok karena dia tidak suka kebisingan, walaupun hanya ada beberapa orang di kantin, tetap saja berisik. Sekarang dia butuh ketenangan.
Pesanannya pun datang, dengan segera Zasti memakan spaghetti miliknya dan segelas jus apel kesukaannya. Saat sedang menikmati makanannya, suara seseorang mengagetkannya sampai ia harus tersedak.
Seseorang itu adalah Diki, dengan segera Diki menyodorkan jus kepada Zasti.
"Makanya kalo makan pelan-pelan." Kata Diki kemudian duduk didepan Zasti.
Zasti tak bergeming, dia hanya melirik sekilas Diki kemudian melanjutkan makannya yang sempat tertunda. "Ngapain lo ngikuti gue?" Tanya Zasti setelah selesai mengunyah spaghettinya.
"Siapa bilang gue ngikutin lo, gue mau makan." Ucapan Diki berhasil membuat Zasti blushing karena malu.
"Terus kenapa lo duduk disini?" Zasti kembali bertanya.
"Yaa... Nggak apa-apa kan kalo gue duduk disini, lagi pula ini tempat duduk untuk siswa yang membeli di kantin."
"Terserah lo." Zasti segera berdiri dan pergi meninggalkan Diki yang tersenyum melihat kepergiannya.
Belum beberapa langkah Zasti pergi, Arif dan teman-temannyadatang dan menghalangi jalan Zasti. Zasti hanya memutar bola matanya malas, lalu berjalan melewati Arif dan teman-temannya, namun tangannya dicekal oleh Arif, Zasti berbalik dan menghempaskan tangannya yang dipegang Arif.
"Mau kemana sih lo, yuk temenin gue makan ya nggak?"
"Yoi." Jawab salah satu temannya Arif langsung menarik tangan Zasti untuk mengajaknya duduk.
Tentu saja Zasti tak tinggal diam, dia berusaha melepaskan tengannya yang dipegang oleh Arif. Tapi apalah daya seorang perempuan yang memiliki sedikit tenaga dibanding laki-laki.
Zasti terpaksa mengikuti Arif, ia sudah memikirkan apa yang harus dilakukannya.
Arif mengajak Zasti duduk disampingnya, tak lupa teman-temannya yang juga ikut duduk.
Saat Zasti ingin berdiri dan pergi, Arif langsung menarik tangannya dan ia kembali duduk.
"Apasih mau lo sebenarnya?" Zasti sudah mulai geram.
"Mau gue lo duduk disini dan temenin gue makan."
"Gue gak mau, lagian ada teman-teman lo juga."
"Pokoknya gue maunya sama lo." Kata Arif sambil mencolek pipi Zasti. Tentu saja Zasti sangat marah diperlakukan seperti itu. Dia terlihat seperti cewek murahan.
Dengan sangat emosi, Zasti memberikan tamparan ke pipi kiri Arif. "Kurang ajar."
Arif tidak terima atas tamparan yang diberikan Zasti, ia lantas menarik rambut Zasti dan membentaknya dengan keras. Arif adalah laki-laki yang bersifat tempramen, dia selalu saja emosi jika keinginannya tidak dipenuhi.
"Lo yang kurang ajar!, gue kan udah minta baik-baik buat nemenin gue makan, ngapain lo nampar gue hah??"
"Aaww... Lepasin Brengsek." Zasti meringis kesakitan saat Arif semakin kuat menarik rambutnya.
Siswa yang ada di kantin hanya menonton kejadian didepan mereka tanpa ada niat untuk meleraikan pertengkaran itu.
Diki sedari tadi hanya diam karena tak ingin ikut campur, langsung mendekati meja tempat Arif dan Zasti dan melepaskan tangan Arif dari rambut Zasti. Kemudian, Diki melayangkan pukulan pada Arif hingga membuat Arif jatuh tersungkur.
"Heh anak baru, jangan sok jadi pahlawan lo." Arif langsung membalas pukulan dari Diki dan akhirnya mereka saling adu jotos di kantin.
Zasti yang menyaksikan itu berniat melerai perkelahian antara keduanya. Tapi, dia malah terkena Pukulan dari Diki yang membuatnya tersungkur kelantai.
Diki dan Arif yang menyadarinya langsung menghentikan aksi perkelahian mereka, kemudian segera menghampiri Zasti.
"Zasti lo nggak apa-apa kan?" Tanya Diki kemudian membantu Zasti berdiri.
"Lepasin! Gue bisa sendiri."
Zasti segera berdiri, dipipi kanannya terdapat lebam akibat terkena pukulan dari Diki. "Makasih udah kasih gue satu pukulan yang nggak akan gue lupa."
"Dan lo." Tunjuk Zasti pada Arif. "Lo adalah laki-laki paling brengsek yang pernah gue kenal, jangan pernah gangguin gue lagi kalo lo nggak mau bernasib sama seperti Rangga." Ancam Zasti, lalu pergi begitu saja meninggalkan orang-orang yang memperhatikannya. Termasuk kedua orang yang tadi berkelahi.
...
Haii... :-)
Thanks udah mau mampir, btw jangan lupa vomment (please jangan jadi secret reader yang tidak mau memberikan suara)_Musdalifa. Maddatu💙
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGER
Teen FictionJika ibu kandungmu adalah musuh orangtua angkatmu, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan menyingkirkannya agar saingan bisnis orangtua angkatmu tersingkirkan, atau kau akan membantunya menyingkirkan orangtua angkatmu? Itu adalah sebuah dilema...