Budayakan vote dulu sebelum membaca, satu suara sangat penting bagi author, makasih:-)...
Didalam ruangan yang penuh barang-barang bekas dan juga remang itu terdengar suara teriakan seorang gadis yang berusaha mempertahankan kehormatannya.
"Jangan macem-macem. Lepasin!" Zasti berusaha melepaskan genggaman tangannya dari lelaki tampan yang berusaha mengambil kehormatannya.
"Gue gak akan lepasin apa yang udah gue tangkap dengan susah payah." Lelaki itu enggan melepas genggaman tangannya yang semakin erat.
"Gue gak nyangka lo adalah laki-laki menjijikkan yang pernah gue temuin, lepasin gue Rangga kalau nggak gue bakalan bikin lo di siksa dipenjara!" Ancam Zasti.
"Diam lo!!" Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Zasti.
Tanpa pikir panjang lagi, sebelum lelaki itu berhasil mencium wajah Zasti, Zati berinisiatif menendang kemaluan lelaki itu.
Sontak laki-laki itu melepaskan genggamannya kemudian dia meringis kesakitan sambil menegang kemaluannya yang ditendang Zasti.
"Mati lo!" Zasti langsung memukul laki-laki itu menggunakan balok kayu yang terletak didekatnya. Laki-laki itu langsung tersungkur tak berdaya, dibelakang kepalanya keluar darah.
Laki-laki itu pingsan, Zasti segera menelepon orangtuanya dan menyuruh mereka datang bersama polisi ke alamat yang dikimkannya lewat pesan.
***
Zasti melangkahkan kakinya menuju UKS berniat untuk mengobati luka lebamnya akibat terkena pukulan Diki.
Saat sampai di UKS, Zasti segera mengompres pipinya dengan air es.
"Kenapa sih semua laki-laki suka main kasar?" Zasti berdialog dengan dirinya sendiri.
"Karena tuhan menciptakan laki-laki sebagai makhluk yang kuat sehingga dapat menjaga wanitanya dari laki-laki lain yang ingin kurang ajar."
Terdengar suara seorang laki-laki dibalik gorden pembatas tempat tidur didekat pintu UKS. Sepertinya suaranya seperti tidak asing ditelinga Zasti.
Laki-laki itu membuka gorden penghalang tersebut dan menampakkan wajahnya yang terlihat sedikit lebam dan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah."
"Lo? Ngapain lo ngikutin gue?" Zasti kesal selalu diikuti oleh laki-laki yang tak lain adalah Diki.
"Pede banget sih lo, siapa yang ngikutin lo? Gue kesini pengen ngobatin luka gue. Uacapnya sambil mengambil alih kompres ditangan Zasti.
Wajah Zasti langsung memerah karena malu, ia telah salah menuduh Diki yang mengikutinya padahal Diki ingin mengobati lukanya.
Diki yang melihat wajah Zasti memerah langsung terkekeh "Muka lo merah."
"Nggak, udah balik gih kekelas." Melihat Diki yang sudah selesai mengobati lukanya, Zasti segera menyuruh Diki untuk pergi dari UKS karena dia ingin beristirahat dengan tenang.
"Kalo gue nggak mau?" Daripada zasti semakin kesal, lebih baik dia memejamkan matanya.
***
Zasti baru saja membuka matanya saat jam menunjukkan pukul setengah lima, masih mengerjapkan matanya setelah itu dia benar-benar bangun.
Zasti melihat jam tangannya, lalu terkejut karena sudah setengah lima tapi dia masih berada disekolah. Ya, Zasti ketiduran di UKS.
Dan ada yang lebih membuatnya terkejut yaitu, Diki yang sedari tadi memandanginya. "Astaga, sejak kapan lo disini?"
"Sejak 30 menit yang lalu." Diki tersenyum menatap Zasti.
"Lo kok belum pulang?"
"Gue nggak enak ninggalin seorang cewek sendirian disini. Apalagi ini udah mau malam."
"Ya ampun, gue ketiduran lama banget."
Zasti langsung turun dari ranjang UKS dan berdiri,lalu berjalan keluar.Diki juga ikut keluar.
"Gue antar ya?" Tawar Diki.
"Ga usah, makasih." Tolak Zasti tanpa menatap Diki yang berjalan disampingnya.
"Emang lo bawa kendaraan? Atau lo dijemput?"
"Bukan urusan lo." Jawab Zasti ketus.
Mereka akhirnya sampai di parkiran. Sebelum melajukan motornya, Diki pamit kepada Zasti. "Gue duluan ya, lo hati-hati." Zasti hanya membalasnya dengan tatapan dingin.
Diki sudah meninggalkan sekolah dan Zasti yang baru menaiki mobilnya.
Didalam mobil Zasti mengambil ponselnya kemudian menelepon seseorang.
"Halo." Suara seseorang terdengar diseberang telepon.
"Halo, lo tau Arif kan?." Tanya Zasti to the point pada seseorang tersebut.
"Yang sok ganteng itu? Yang sering gangguin lo?"
"Iya, gue mau lo singkirin dia skarang juga."
"Emang dia apain lo lagi?"
"Udah deh. Pokoknya lo habisin dia, dan ingat hilangin jejak biar nggak dicurigai sama polisi."
"Oke-oke, nggak usah khawatir gue bakal urus semuanya tenang aja."
"Gue percaya sama lo, selesikan ini."
Kemudian sambungan telepon terputus.
Zasti segera melajukan mobilnya dan keluar dari sekolah menuju rumahnya.
...
Haii... :-)
Thanks udah mau mampir, btw jangan lupa vomment (please jangan jadi secret reader yang tidak mau memberikan suara)_Musdalifa. Maddatu💙
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGER
Teen FictionJika ibu kandungmu adalah musuh orangtua angkatmu, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan menyingkirkannya agar saingan bisnis orangtua angkatmu tersingkirkan, atau kau akan membantunya menyingkirkan orangtua angkatmu? Itu adalah sebuah dilema...