Seorang pria dengan ekspresi wajah penuh kesedihan dan kekecewaan menatap suasana ruang tunggu bandara Soekarno-Hatta.
Dia berkali-kali menghela nafas panjang sambil melihat orang-orang yanh berada di ruang tunggu bandara tersebut melakukan aktivitasnya masing-masing.
Beberapa anak kecil terlihat sedang berlari-larian ataupun ada juga yang merengek untuk mendapatkan sesuatu dari orang tuanya.
Pria itu merasa iri dengan para anak kecil itu yang terlihat tidak perlu merasa pusing menghadapi ujian kehidupan seperti dirinya dan ingin kembali menjadi anak kecil.
Selagi dia menatap iri dengan tingkah laku anak kecil, sebuah getaran terasa olehnya di bagian saku celananya.
Dia langsung merogoh saku celananya itu yang mana ada sebuah benda elektronik kecil yang bersinar-sinar berwarna biru pada layar.
Pria itu melihat layar kecil yang berkedip-kedip berwarna biru dan ada tulisan *mama calling*. Dia langsung menekan tombol jawab yang berada di bawah layar benda elektronik yang sering disebut dengan handphone.
-Hallo ma
-kira, dimana kamu sekarang?
-di ruang tunggu bandara ma
-ohh..kamu udah makan? Di pesawat nanti tidak ada makanan yang disediakan karena hanya satu jam saja penerbangannya, jam berapa kamu sampai di Jogja? Tidak ada yang ketinggalan kan?
-sudah ma, kalau di tiketnya, jam 8 malam ma, tidak ada ma.
-oke, nanti supir papa kamu akan menjemput kamu di bandara.
-ya ma, dan....
Kira berhenti sejenak untuk menghembuskan nafasnya dengan perlahan-lahan.
-maaf ma.
-ya tidak apa-apa, anggap aja ini pelajaran untuk kamu untuk menjadi lebih baik kedepannya, sesampai di rumah kita akan bicarakan lagi.
-ya ma, sudah dulu ya ma, kira sudah harus masuk ke pesawat.
"Ya, hati-hati
Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi karena mama sudah mengakhiri panggilan. Kira langsung mematikan handphone nya karena tidak boleh mengaktifkan handphone di dalam pesawat dan memasukkan kedalam saku celananya.
Dia langsung beranjak dari kursi menuju ke pintu yang menjadi tempat untuk masuk ke dalam pesawat. Tidak ada barang yang dibawanya selain apa yang dipakainya dan di dalam saku celananya. Semua barang-barangnya sudah dalam bagasi pesawat.
Kira menunjukan tiketnya pada pramugari saat sudah masuk ke dalam pesawat. Pramugari yang berwajah cantik itu langsung memberi tahu letak duduk kira sesuai dengan nomor yang ada di tiketnya tersebut.
"Terima kasih"
"Sama-sama"
Kira langsung melangkahkan kakinya menuju ke tempat duduknya sesuai arahan dari pramugari tadi. Setelah menemukan tempat duduknya, dia langsung duduk di bagian dekat jendela yang berbentuk bulat kecil.
Suasana dalam pesawat sangat ramai karena dipenuhi oleh pelajar dari sekolah swasta yang bisa dikatakan terkenal mewah. Hal itu wajar karena para murid itu adalah anak dari pengusaha ataupun anak penjabat negara yang memiliki kedudukan tinggi, setidaknya eselon dua ke atas.
Mereka saat ini sedang melakukan studi tour sehingga bisa dikatakan setengah pesawat yang dinaikin oleh Kira sudah dibeli oleh mereka, dari bagian class eksekutif sampai class bisnis.
Kira berada di class bisnis sehingga seluruh penumpang di class itu adalah para murid bangsawan tersebut. Hanya dia sendiri yang merupakan non pelajar di class tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moving To Another World Only To Build Cities
Fantasykira Syahputra, lelaki berumur 28 tahun yang hidupnya penuh dengan kata tidak beruntung selama hidupnya. usaha yang dibangun dengan susah harus tenggelam karena kesalahan kecil temannya. dengan penuh kesedihan dia harus kembali ke rumah orang tuanya...