Satu

7.1K 318 41
                                    

Enam belas tahun!

Entah kenapa, perasaanku menjadi meluap-luap. Tidak yakin apakah aku merasa senang atau justru depresi.
Aku melihat keluar balkoni dari kasurku, sinar rembulan disini sangat terang hingga kastil ini tidak begitu membutuhkan lilin dimalam hari.

Athanasia yang asli akan dieksekusi saat umurnya delapan belas tahun, dua tahun dari umurku yang sekarang.

Memang sejauh ini aku sudah mengubah cukup banyak kejadian dari cerita aslinya. Tapi tetap saja.....

Apakah kematian dan kehidupan, termasuk dalam hal yang dapat berubah?

Bagaimana jika aku tetap akan mati pada umurku yang kedelapan belas, karena memang kehidupan Athanasia memang hanya sampai disitu? Maksudku, Claude bukan satu-satunya alasan untuk kematian, kan?

"Aku pikir kau menyukai susu hangat,"

Aku memalingkan wajahku sembilan puluh derajat untuk menemukan sosoknya.

Matanya yang seperti batu ruby melihatku dengan tenang, beberapa helai rambutnya yang hitam tampak tersapu angin dan melambai pelan di depan matanya, tapi dia tampak tidak peduli.

Mengganggu saja, batinku.
Jadi aku selipkan rambutnya kebelakang telinga,
"Kau bisa membuatnya jadi hangat lagi, kan?"

Sekarang dia jadi malu.

Pfffttt, sulit sekali menahan tawa jika melihat wajahnya yang memerah karena malu.

Tapi berkat ucapannya, aku jadi teringat susu hangat yang diberikan Lilly padaku. Ah, sepertinya saat sedang melamun tadi aku membuka pintu balkoni dengan sihirku, sekarang susunya jadi dingin.

Lucas mengayunkan jemarinya perlahan, dan gelasku kembali beruap.

"Terimakasih, Lucas.."

"Merepotkan sekali. Kenapa kau belum tidur padahal sudah selarut ini? Lekas minum dan tidurlah!"

Aku hanya tersenyum lalu segera menghabiskan susuku.

Rasanya jauh lebih enak dari biasanya, aku tidak merasa mual meminumnya sekaligus.

Snap. Lucas menjentikkan jarinya.

Sebuah senandung tiba-tiba terdengar. Pintu balkoni masih terbuka, namun kali ini angin membawa aroma mawar masuk ke dalam kamarku. Lucas lalu menyandarkan punggungnya pada tiang kasurku dan mengayunkan jemarinya lagi, membuat tubuhku bergerak dengan sendirinya dan berbaring di tempat tidur.

"Kau tidak bawel seperti biasanya. Kau sakit?"

Tanyanya, tapi dia tidak terlihat khawatir.

"Kalau aku mati, apa kau bisa menghidupkanku kembali?"

Dia menatap mataku lekat-lekat. Untuk sesaat, kupikir dia akan memukul kepalaku seperti biasanya dan bilang betapa bodohnya aku karena memikirkan hal seperti itu. Tapi tidak. Dia tetap diam dan tampak tenang. Apa mungkin dia mengira aku bertanya begitu karena Claude yang hampir membunuhku? Apa dia merasa bersalah karena telah pergi saat itu? Yah, tapi berkat dia juga masalah itu selesai, kan?

"Kematian tidak akan berani menyapamu. Tidak selama aku masih hidup. Dan itu masih ribuan tahun lagi lamanya. Memang kau mau hidup sampai setua apa?"

Ah, dia berpindah. Sekarang dia ada disampingku. Duduk tenang dengan salah satu tangan yang menyanggah tubuhnya.

Tangan yang satunya dia gunakan untuk menyentuh dahiku, "Sekarang tidur saja dan mimpi indah".

"Kau juga, Lucas" Ucapku sebelum akhirnya aku tertidur pulas.





"Kalau kau mati, aku pasti akan menemukanmu lagi. Dimanapun itu."

Lucas x Athanasia [Suddenly I Became A Princess One Day]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang