Tiga

3.5K 222 15
                                    

*Setelah Debut Usai*

Aku sedang bersenangdung sendirian di balkoni, ketika aku mendengar seseorang berbisik di sampingku.

"Hmm, aku kira kau sedang menangis. Sama sekali tidak menyenangkan."

Aku berpaling untuk melihat wajah yang sudah tak asing itu. Lucas yang datang tiba-tiba tak lagi membuatku terkejut,

"Kenapa aku harus menangis?"

"Kau merobek keempat boneka kertasku."

Aaaargh, masa lalu kelamku! Dia membicarakan rekan dansa yang dibuat olehnya!

"Kenapa membahas itu lagi?!"

Bukan salahku! Sejak awal kau yang membuatku menari dengan kertas! Tapi Lucas hanya menertawakanku.

"Lihat? Aku tahu. Katakan sejujurnya. Ayahmu tak akan mau berdansa denganmu lagi, kan?"

"Salah. Tidak ada yang mengatakan itu."

"Hah. Tampaknya kau tidak hanya berdansa dengannya saja,"

Lucas berjalan mendekat ke arahku.

"Jadi, dengan siapa saja kau berdansa malam ini?"

Sekarang Lucas semakin mendekat padaku. Aku merasakan ada aura yang dingin disekelilingku. Jika yang berdiri dihadapanku adalah Claude, wajahku pasti sudah pucat dan kakiku akan gemetaran.

Tapi dia Lucas.

Wajahku sepertinya tak akan jadi pucat karena aku terlalu fokus untuk menstabilkan degup jantungku. Rasanya seperti aku akan meledak, tapi tidak separah ketika aku sakit karena manaku beberapa tahun lalu. Santailah, jantung, kau masih harus berdetak puluhan tahun lagi!

Ah, dibawah mata kirinya.
Aku selalu memerhatikan kebodohannya sampai-sampai lupa ada tahi lalat disana.

"Siapa yang membawa kotoran ini padamu?"

Kalimat itu menyadarkanku pada kenyataan.

Heh, memangnya aku tadi melamun?

Lagipula keadaan apa ini?! Kenapa Lucas dekat sekali denganku!

Lucas mengambil sesuatu dari dahiku dan menghempaskannya seolah itu adalah debu.

"Apa itu? Debu?"

"Memang kau barang antik? Lupakan saja. Jadi siapa saja yang berdansa denganmu malam ini?"

Lucas bertanya lagi. Entah kenapa sepertinya dia sedikit marah.

"Banyak orang. Haruskah aku sebutkan satu-persatu?"

"Tak akan membantuku menemukan bajingan sialan itu."

"Siapa yang kau sebut seperti itu, hei?!"

Lucas menyentuh setumpuk rambut yang berdiam di bahuku. Menghempaskan seluruhnya kebelakang, apa dia tidak tahu kalau itu membuatku jadi kedinginan?

Juga beberapa perasaan aneh lainnya.

Setelah itu dia memalingkan wajahnya dariku.
Beberapa helai rambut di dahinya jadi tertiup angin. Apa dia keberatan jika aku menepis mereka, menaruhnya perlahan pada belakang telinganya, agar aku bisa melihat kedua bola mata itu dengan jelas?

Tapi sebelum jemariku menggapainya, dia sudah kembali menatapku.

"Aku tidak bisa berada disisimu sepanjang waktu."

"Eh? Umm.. Aku tahu betapa sibuknya kau bernapas. Haah, lalu huuh..."

"Ah, benar. Lalu kenapa aku harus menyempatkan diri mengunjungimu, jika aku terlalu sibuk bahkan hanya untuk bernapas?"

Ups, apa yamg sudah aku katakan? Dia tampak makin kesal.

Lucas mengayunkan jemarinya ke arahku. Sekarang aku melayang menuju tempat tidur.

"Hei, apa yang ka..."

Snap.

Bagus, sekarang suaraku tidak keluar.

Aku sudah mencapai tempat tidur dan selimutku terbuka dengan sendirinya, kembali menutup segera setelah aku terbaring.

Lucas masih berdiri di balkoni. Mataku mulai terpejam perlahan, tapi Lucas masih menatapku dengan tatapan kesal seperti sebelumnya.

Aku melihat sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu, tapi mataku semakin terasa berat untuk terus terjaga...

-----------------------

Lucas melihatnya sudah terlelap, jadi dia memutuskan untuk mendekat perlahan.

"Bodoh,"

Dia membungkukkan badannya agar dapat dengan jelas memperhatikan wajah perempuan itu.
Lalu jemarinya menyingkirkan beberapa helai rambut dari dahinya, agar dia dapat dengan mudah menyentuhkan telunjuknya disana.

"Mimpi indahlah....

Ya, mimpi indah saja seperti malam-malam sebelumnya.
Mimpi yang mungkin tidak akan kau ingat ketika bangun,
Tapi cukup indah untuk membuatmu tersenyum segera setelah kau membuka mata."

Lucas kembali memperhatikan Athy yang sedang terlelap itu.
Dia menghembuskan napas panjang, sebelum akhirnya bergumam perlahan,

"Seandainya kau memaksaku untuk ikut ke pesta debutmu, aku tak akan menolak.

Kau tahu kau hanya perlu meminta.

Dan aku, hanya perlu mengabulkannya.

Sesederhana itu."

Lucas kini menduduki sofa disisi tempat tidur Athy. Menyilangkan kakinya sambil menggunakan salah satu lengannya untuk menopang dagu,

"Berterima kasihlah karena aku tak akan memberitahu ayahmu tentang ini.

Bayangkan apa yang akan dia lakukan pada seluruh tamu pesta tadi,

Kamu pasti akan sangat ketakutan."

----------***********-----------

-------------------*************---------------------

Lucas x Athanasia [Suddenly I Became A Princess One Day]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang