Bab 12

11 3 0
                                    

Anak-anak bergembira mendengar suara orang melangkah dari belakang—dan memang, konsepnya sederhana sekali—betapa mengejutkan, bahkan kegagalan pertunjukan horor Vivian Hesley yang menelan pisau cukur berkarat—dan mengejutkan banyak orang di Tahun 1938, tidak terlalu menakutkan dibandingkan suara-suara dari belakang bangunan tua tersebut. Begitu ekspresi Danil tersenyum, Irfan dan Indra mundur beberapa langkah, selalu saja ada yang harus dipertimbangkan untuk memulai lari secepatnya—dan itulah gaya anak-anak yang suka bermain-main dan menyelinap ke bangunan tua.

Suasana sudah hening, tentu saja Danil tersenyum sendiri—dan dia tidak begitu memahami maksud ketenangan semua itu—dan bahkan, jika segala sesuatunya terasa menakutkan, kau dapat memutar album Crying Time dari Ray Charles dan pergi ke toko cokelat dan segalanya yang manis akan menjadi fasilitas berikutnya untuk dikunjungi. Tetapi Indra sudah takut, dan dia mendengar suara langkah itu semakin dekat dan dekat dan dekat. Cara berdirinya saja sudah tidak enak—selain memungkinkan untuk bergerak, tetapi Irfan mulai menangis, hanya sedikit dan tedengar meyakinkan.

"Ada yang datang!" salah satu anak angkat bicara—sedikit mengejutkan, tetapi perkembangan rasa takut sudah tertanam beberapa menit yang lalu.

Suara-suara langkah itu semakin dekat—dan selalu ada yang merasakan sedikit kengerian bercampur kesenangan. Ayah dan ibunya menunggu, itu bukan hal yang menarik—dan sesuatunya sudah siap untuk mereka lakukan—lari secepatnya. Tetapi suara langkah dari belakang sudah semakin dekat dan terdengar sedikit lembut, tenang dan ada kesan bahagia di sana—itu sama sekali tidak meyakinkan—dan sungguh, dikiranya akan baik-baik saja, ternyata muncul sesosok badut tinggi dan besar yang membawa nampan di atasnya terdapat beberapa potong roti dan dia memiliki senyum dari kilauan topengnya yang seperti banyak penghiburan bersemayam di sana. Anak-anak mundur ke belakang dan mereka kabur dan sekarang hanya tinggal bertiga, Danil, Irfan dan Indra, berhadapan sosok badut yang memberikan senyum keindahan, memiliki citarasa kesenangan yang tak biasa dan berkata. "Siapa yang memesan roti keju?" anak-anak hanya berlari sekencang mungkin dan kondisi ketidakaturan sudah menjadi efek menakutkan untuk tidak lagi kembali ke bangunan tua tersebut.

DELIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang