4 - Namanya

33 8 0
                                    

"gila woii, soalnya susah banget" heboh Nindi. "untung aku anaknya pintar lah ya kan, jadi bisa jawab semua soal"

"nggak usah sombong. Nanti nggak masuk nangis lu" jawabku.

Nindi tertawa malu mendengar perkataanku.

"woi Ngga" teriak cowok menyapa teman yang dibelakangku. Kami terkejut refleks melihat yang disapa itu.

Seperti gendang yang dipukul, hatiku merasa hal yang aneh. Ganteng. Ucapku di dalam benak yang tak terkontrol itu. Apansih lu ngomong gitu?

"gila nama dia Angga ternyata gaes. Ganteng juga ya dia" ucap Nindi.

"nggak lah biasa aja" jawabku dingin.

"cowok ganteng menurut lu apaan sih, sampai gitu aja lu bilang biasa aja"

"nanti gue ceritain deh"

"kapan? Sampai upin dan ipin tamat TK?"

"santai aja, tunggu ada waktunya kok"

Baru kali ini aku membuat Nindi geram.

Angga. Manusia yang diciptakan untuk turun ke bumi. Manusia yang dingin sifatnya dan pintar.

"ohh nama dia Angga. Ganteng sih, tapi tetep gantengan kak Yadi" lagi-lagi Nindi membela kegantengan kak Yadi. "udah lu suka aja sama dia, ganteng itu. Daripada lu kelamaan menjomblo. Kasihan hati tuh yang terus-terusan kosong tanpa ada yang dimiliki. Asek dah kata-kata gue, keren kan"

"yang ada lu banyak bacotnya" jawabku kesal.

*****
"anak-anak ibu minta perhatiannya sebentar. Kalian semua masuk lagi ke ruangan dan duduk di tempat yang tadi kalian duduki" instruksi bu Tika.

Aku masuk ke ruangan tersebut dan lagi-lagi harus bertemu dengan es berjalan. Aku terdiam menunggu seseorang mengajakku berbicara.

Jujur aku benci suasana yang kadang sangat ramai dan kadang sangat sepi. Harus netral kalau bersamaku.

"kak, kakak kok bisa jawab dengan cepat gitu sih?" tanyaku yang SKSD dengannya. Aku bertanya untuk memecahkan keheningan yang ada.

"kepo banget" jawabnya.

Ihh anjir dingin banget ya tuhan, udah tau disini dingin karna ac tambah dia lagi. Udah lah, udah kaya kutub utara aja disini. Batin ku yang ngedumel terus menerus.

"baiklah anak-anak. Terima kasih untuk kalian yang sudah mau berpartisipasi lomba ini. Disini ibu mau memberitau bahwa pengumuman untuk lanjut kelombanya itu besok" ucap Bu Tika.

Semua tampak terlihat sedih karna mereka ingin sekali mengetahuinya.

"ok, sekarang kalian balik ke kelas kalian masing-masing dan ikut pelajaran yang ada. Sekali lagi ibu ucapkan terima kasih"

Semua beranjak dari tempatnya masing-masing dan pergi ke kelasnya. Aku menunggu Nindi yang ntah dimana dia berada.

"woi nungguin gue ya?" tanyanya yang polos tanpa dosa.

"gak gue nungguin orang lain yang waras" jawabku.

"emang gue gak waras ya?"

"menurut lo?"

"iss, apaan sih lo. Gue masih waras. Buktinya gue bisa jawab tadi soalnya, walaupun sisanya ngasal"

"udah yuk ke kelas, ntar lagi pelajaran pak Dito loh"

"ii malas gue masuk kelas, cabut yuk sekali-sekali gitu. Jangan jadi anak baik-baik kali lah"

"gue mau jadi anak baik-baik kok. Lu kalau mau cabut sendiri aja"

"ihh gak seru ihh" ucapnya sambil memanyunkan bibirnya.

Lihat lah betapa imutnya Nindi yang manja selayaknya anak kecil yang tidak dibelikan balon ibunya. Aku terkadang iri melihat keimutannya.

"yaudah ayo masuk kelas aja. Aku mau jadi anak baik nih" pasrah Nindi.

Aku menahan tawa melihat Nindi yang begitu pasrah denganku.

Jarak antara ruang serba guna dengan kelas cukup jauh. Dari ujung gerbang sampai ujung sekolah. Jauh bukan? Tapi ku jalanin sambil melihat awan yang tampak terlihat indah.

Nindi, dia asik mengomel tentang aku yang tidak mau ke kantin saat pelajaran sedng berlangsung.

"Chel? Lu tau nama kakak yang sama kak Yadi terus gak?" tanyanya yang mungkin sudah capek mengomel dan aku tidak memperdulikannya.

"tau, kan lu yang kasih tau" jawabku.

"oh iya ya, lupa. Btw, lu suka gak sama dia?"

"kenapa? Lu suka sama dia? Terus kak Yadinya lu apakan?"

"gak sih, nanya aja. Abisnya cowok yang seganteng dan sekeren dia gitu lu bilang dia biasa aja. Ganteng menurut lu tuh kaya siapa? Pak de Mamat yang sering jualan somay depan kompleks?"

"udah-udah nanti gue ceritain. Mending kita masuk kelas. Lupakan soal itu sejenak. Ok"

"terus lah terus, gue tanya jawabnya nanti-nanti terus. Woi gue nih manusia bukan jemuran kali. Suka kali sih gantungin gue"

"nanti deh aku kasih tau. Selow"

Lagi dan lagi, Nindi merasa kesal denganku. Sudah tiga kali dalam sehari sudah ku buatkan dia kesal dengan ku.

*****
"ok sekarang kan istirahat, mending lu kasih tau aja. Kasihan pertanyaan gue ntar berjamur" ucap Nindi.

"pertanyaan yang mana?" jawabku yang kebingungan.

"itu loh. Kenapa lu gak suka kak siapa tuh yang kawannya kak Yadi?"

"Angga?"

"bentar, kak Angga yang dingin banget itu kan?" tanya Sintya.

"ehh lu tau, Sin? Coba ceritakan. Penasaran gue" jawab Nindi.

"namanya tuh Angga Syahreza, ketua ekskul gue. Orangnya dingin kaya es batu terus kalau banyak cewe yg deketin dia selalu ditolak. Jadi kalau lu deketin dia otomatis lu bakalan ditolak Chel. Cuman kasih tau aja gue"

"lagian ngapain juga gue suka dia. Gue udah tau dia dingin banget" jawabku.

"ya syukurlah. Kalau lu suka, siap-siap aja ditolak"

Lihatlah semesta sudah memberi peringatan tentang sakitnya. Tapi kenapa aku merasa ingin sekali mendekatinya.

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang