5 - Pingsan

24 5 1
                                    

Matahari datang terlalu cepat bagiku. Semalam karna terlalu semangat untuk mengejar darkor baru yang ku download, sampai aku telat untuk bangun.

"Pak, bukain pintunya dong pak. Saya janji gak akan telat lagi pak" mohonku pada guru yang menjaga pintu gerbang hari ini.

"memang baru pertama kali kamu telat?" tanya Pak Ridho, sang guru yang menjaga pintu gerbang hari ini.

"iya pak, suer saya gak bohong"

"sebentar saya cari buku kasus dulu, awas aja kamu bohong ya. Siapa namamu?"

"Achel, pak"

Pak Ridho mencari namaku di buku kasus selama setengah tahun aku masuk di SMA ini. 

"hmm... Ok, masuk. Jangan telat lagi ya lain kali. Ternyata kamu anaknya baik"

"saya gak dihukum kan pak atau gak masuk buku kasus gitu kan pak?"

"ok, ide bagus. Kamu saya hukum lari lapangan 5 kali"

Mampus salah ucap gue. Ucap di dalam batinku.

"ehh jangan dong pak"

"lah tadi kamu nanya-nanya begituan, berarti mau dihukum. Sekarang kamu lari lapangan sampai 5 kali. Biar kamu gak kabur, saya mau cari orang untuk ngawasin kamu"

"pak, saya kan anaknya baik pak. Gak mungkin saya kabur"

"ehh bisa saja. Anak saya, saya kira pintar ternyata masih nyontek juga"

Aku menyerah berdebat dengan Pak Ridho. Aku nyesal kenapa aku bisa marathon drakor semalam. Dan yang paling aku sesalkan adalah kenapa aku bisa ngomong seperti itu, seakan-akan meminta hukuman dari Pak Ridho.

"eh kamu, iya kamu. Sini, bantu saya" tunjuk Pak Ridho kepada salah satu anak yang lewat di kawasan gerbang " kamu bantu saya perhatikan anak ini, awasin jangan sampai dia kabur. Kalau kabur kamu lapor ke saya"

"siap, pak" jawab anak yang ditunjuk itu.

Sialan, hari ini benar-benar sialan. Aku adalah tipe orang yang mageran dan tiba-tiba aku disuruh lari 5 kali putaran. Sekarang Kak Yadi yang ditugaskan untuk memperhatikan aku.

Kak Yadi, cowok yang disukai Nindi itu duduk di bawah pohon memperhatikanku yang berlari di lapangan. Jujur aku sudah mulai gak kuat, dan ku lambatkan kelajuan lariku.

"lu udah gak kuat lagi?" tanyanya.

"kuat kok, kak. Tinggal 2 putaran lagi kok kak" jawabku yang mulai lemas.

Aku melanjutkan hukumanku. Tiba-tiba pandanganku gelap seketika. Aku sadar badanku terjatuh lemas. Pandangan masih gelap, tapi suara masih sayup-sayup terdengar.

*****
"chel? Lu gak apa-apa kan? Kok bisa lu pingsan sih?" panik Nindi "lu telat? Dihukum sama Pak Ridho, terus lo pura-pura pingsan atau gimana?"

"gue jawab yang mana dulu?" tanyaku yang masih merasa pusing.

"ya terserah lu aja lah"

"gini loh semalam gue marathon drakor, terus bangun telat. Gue dihukum sama Pak Ridho, lari lapangan 5 putaran. Pas di putaran keempat, gue pitam langsung"

"terus?"

"ya, gue pingsan lah. Jatuh ke tanah, terus gue gak tau siapa yang angkat"

"gue tau"

"siapa?"

"kak Angga"

Jantungku serasa tiba-tiba berhenti. Gimana bisa Kak Angga yang menolongku, sedangkan sedari tadi yang memperhatikan aku lari hanya Kak Yadi aja.

Uks terbuka sempurna dan aku melihat Kak Angga membawa sebotol air mineral dan masuk ke dalam ruang uks ini. Ia menyodorkan air yang dipegangnya itu ke gue.

"untuk siapa kak?" tanyaku bingung.

"buat lu" jawabnya seperti biasa. Dingin sedingin-dinginnya, mengalahkan es batu.

"kak, tadi kakak yang nolongin saya?"

"iya, emang kenapa?"

"makasih ya kak" aku tersenyum manis dihadapannya. Yang disenyumin pun bukan balik senyum, ia malah pergi menggubris senyumanku. Ia keluar meninggalkan aku dan Nindi.

"iii gila sih itu orang. Gue bilang makasih bukannya dijawab malah pergi, gue senyum bukan dibalik sentum gitu malah ilang" sewotku.

"tapi ya, gue rasa Kak Angga suka sama lu deh" ucap Nindi.

"bentar, maksud lu?"

"gini ya, waktu gue mau ke majelis sejujurnya gue udah liat lu pingsan. Gue emang liatnya Kak Yadi doang, truss gak tau kenapa tiba-tiba ada Kak Angga disitu dan angkat lu terus bawa lu ke uks"

"ha? Gimana? Gue lola"

"anjir nih anak, lu ngafal kuat. Pas gue jelasin malah lola. Gini loh pas lu pingsan, Kak Yadi mau nolongin lo.  Tapi tiba-tiba ada Kak Yadi yang angkatin lo. Ngerti gak sih? Kalau tak ngerti gue tampol dah lu lama-lama"

"apasih emosi aja loh. Terus kalau dia nolongin gue?"

"ya gue mikirnya, dia suka lu. Ngerti gak sih ucapan gue, gue aja dari tadi gak nampak Kak Angga ada di lapangan dan tiba-tiba bisa nolongin lu gitu"

"paling dia cuman mau bantu gue aja sih. Udah lah positif thinking aja"

"yaudah minum tuh airnya, abis dikasih sama abang ganteng kan. Makanya lu lain kali sering-sering olahraga, di rumah mulu lu"

Gue cengegesan melihat Nindi yang emosi sedari tadi. Gara-gara perkataan Nindi, aku sampai kepikiran. Apa benar Kak Angga suka sama aku? Kenapa dia nolongin aku? Emang dia tadi dimana sih?

"woi jangan bengong" Nindi mengejutkanku.

"gak, gue kepikiran aja yang lu bilang tadi" jawabku.

"yang Kak Angga tiba-tiba bantuin lu?"

"iya"

"udah lah. Dia tuh suka sama lu. Kalau misalnya dia suka sama lu kan jadinya bagus gitu kan, akhirnya teman gue udah punya juga"

"kenapa lu bilang dia suka gue?"

"ya menurut gue, karna dia ada gitu buat lu. Pas lu pingsan, dia bantuin lu. Terus dia kasih lu air kan. Ya gue mikir dia suka sama lu, gitu aja sih. Emang lu mikirnya gimana?"

"gue mikir, gak selamanya orang bantu kita tandanya dia suka sama kita. Sama seperti Randa dulu, dia bantu lu dan lu bilang dia suka lu. Ujung-ujungnya dia gak suka sama lu kan. Mungkin aja Kak Angga kasihan sama gue kali yang udah telat, lari-lari di lapangan, kecapekan terus pingsan"

Jujur aku bimbang dengan perasaan ini. Kenapa tiba-tiba aku penasaran? Kenapa Kak Angga yang mau bantuin aku buat angkat aku ke uks? Biasanya kalau aku pingsan dan ada cowok yang angkatin aku, aku gak sekepo ini. Kenapa ini lain?

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang