BARA kedua ( Revisi )

54.6K 2.2K 26
                                    


Bel pulang sekolah baru saja di bunyikan, pertanda bahwa pelajaran pada hari ini telah berakhir dan waktunya untuk pulang kerumah dan istirahat dengan nyaman.

Kara membereskan buku dan perlatan belajarnya, meletakkannya kedalam tas dengan pikiran yang tidak berada pada tempatnya. Gadis itu lebih banyak melamun, semenjak kejadian dikantin tadi pagi lebih tepatnya. Bahkan Mala, sahabatnya sejak Smp itu dibuat bingung dengan sikap Kara yang mendadak diam dan banyak melamun hari ini.

"Kar, Lo baik-baik aja kan?" Mala bertanya, sambil menyentuh bahu Kara yang langsung membuat gadis itu tersentak dari lamunan panjangnya.

Kara menoleh kearah Mala, memberikan senyuman simpul pertanda bahwa dirinya baik-baik saja.

Namun Mala, dirinya tidak percaya begitu saja, ia menghela napas berat. Pasti ada sesuatu hal yang telah terjadi dengan Kara. Kara tidak mungkin jadi seperti ini jika tidak ada penyebabnya, bukan satu atau dua tahun Mala mengenal Kara. Dirinya tahu betul bagaimana Kara bersikap jika sedang ada masalah ataupun tidak.

"Kar, kalau ada apa-apa cerita ya? Jangan dipendam sendiri, gak baik loh. Mending diceritain, siapa tahukan gue bisa bantu." Ucap Mala.

Kara menatap Mala, ia kembali duduk kebangkunya setelah sebelumnya sempat berdiri. Mala mengikuti, menarik bangkunya dan duduk disamping Kara sambik terus menatap sahabatnya intens.

"Mal, Lo tahu sama Abara gak?" Tanya Kara, mulai membuka suaranya seperti saran dari Mala barusan.

Mala mengangguk cepat, jelas dia mengenal Abara. Siapa yang tidak mengenal Abara coba? Cowok yang sering disapa dengan panggilan Bara itu salah satu orang paling berkuasa dan berpengaruh disekolah ini, dengan nama Dajaya dibelakangnya dia dikenal sebagai anak pemilik sekolah, mungkin hanya sebagian orang saja yang tidak mengenal Abara.

"Kenal, emang kenapa?"

"Tadi pagi dia kasih ini." Kara mengeluarkan buku dari paper bag pemberian Abara, lalu menaruhnya diatas meja.

Mala mengangkat sebelah alisnya heran. "Buku, Lo serius?"

Kara menatap Mala serius, lalu membuang napasnya begitu kalimat dari secarik kertas yang dikasih Abara terlintas cepat diotaknya.

"Serius Mal, bahkan ada notenya loh."

"Beneran? Mana sini." Mala mengambil kertas yang Kara sodorkan, lalu dibuat bingung dan semakin menatap lekat wajah Kara dengan raut penasaran saat selesai membaca Note yang Kara berikan.

"Kalian deket ya? Kok bisa sih Bara kasih lo hadiah?"

Mendengar pertanyaan Mala, Kara sontak menggeleng cepat.

"Yakali kita deket, kenalan aja gak pernah. Gue juga gak tahu kenapa Bara bisa kasih hadiah ini." Tukas Kara sambil membayangkan kejadian dikantin tadi pagi yang telah membuatnya kepikiran sepanjang hari ini.

"Yaudah, gak usah dipikirinlah. Mungkin dia cuman iseng."

Kara menatap Mala ragu. "Abara iseng? Lo yakin?" Tanyanya.

Mala mengangguk, tapi sedetik kemudian menggeleng ragu. "Gak tahu juga sih Kar, tapi daripada lo kepikiran kaya gini, mending lupain aja. Lagipula hal itu gak penting banget jugakan?"

Kara terdiam, lalu mengangguk dengan lesu dan segera beranjak dari duduknya.

"Mungkin emang harus dilupain ya Mal, kali aja dia emang lagi iseng."

"Makanya, yuk pulang. Ntar kita kesorean loh."

Kara mengangguk, mengikuti Mala yang sudah lebih dulu berjalan didepannya untuk segera keluar dari dalam kelas.

Selama perjalanan menuju parkiran dan gerbang sekolah, Kara dan Mala diam. Kara yang sedang asik dengan pikirannya, dan Mala yang sedang asik dengan teman Chattingannya diponsel.

Tak ada yang sadar, mereka berdua sama-sama tidak merasa atau mengetahui bahwa dibelakang mereka, sosok yang barusan mereka bicarakan tengah berjalan mengikuti.

Abara berjalan dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari Kara. Mata tajamnya terus menatap punggung Kara, tanpa teralihkan barang sedikitpun.

Rambut panjang Kara yang terurai bergelombang dibagian bawah kini menjadi salah satu objek yang tengah Abara lihat. Ia suka rambut Kara, hitam dan terawat. Bara bahkan bisa membayangkan bagaimana nyamannya saat nanti dia bisa menenggelamkan hidungnya dipuncak kepala gadis itu, menghirup aroma rambutnya dan mengelusnya dengan lembut.

Bara memejamkan mata, menggeram tertahan karena tiba-tiba saja keinginan itu terasa begitu menggebu dan mendesak.

"Mine." Gumamnya.

Bara menyeringai, menghentikan langkahnya saat melihat Kara dan Mala keluar dari gerbang sekolah.

Ia berjalan menuju parkiran, masuk kedalam mobil dan mulai menjalankan benda itu. Saat lewat digerbang, ia menyempatkan diri untuk melirik Kara yang tengah berjalan bersama Mala, lalu tersenyum simpul.

Tbc

Part 2 up guys

ABARA ( Open PO )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang