BARA keempat ( Revisi )

45.4K 1.9K 121
                                    

"Kar, minum dulu yuk! Haus." Ajak Mala sambil menarik tangan Kara menuju sebuah cafe yang terletak didalam Mall yang kini mereka kunjungi.

Kara mengikuti Mala sambil menenteng beberapa paper bag ditangannya, sebagian sebenarnya bukan miliknya, tapi milik Mala yang dengan terpaksa ia bawakan saking banyaknya gadis itu belanja.

Mereka memasuki cafe tersebut, lalu duduk dimeja yang tepat berada ditengah-tengah cafe karena kebetulan hanya meja itu saja yang tersisa.

"Gue pesen minumannya dulu ya?"

Kara mengangguk, menunggu Mala yang memesan minuman mereka sambil merogoh ponsel dalam tasnya. Kara membuka aplikasi chatting saat satu pesan masuk dari Bundanya, lalu membalas chat dari sang bunda yang berpesan agar tidak pulang terlalu malam.

"Nih minumannya."

Kara berseru senang saat Mala menaruh minuman dihadapannya. Ia mendesah lega ketika segelas caramel macchiato yang nikmat mengalir di tenggorokannya.

"Habis ini pulang yuk? Capek." Ajak Kara.

Mala menyeruput Americano miliknya, lalu mengangguk. "Oke, lagipula uang gue juga udah habis."

Kara tertawa pelan, bagaimana tidak habis kalau Mala belanja kalap seperti tadi. Apapun yang menarik dan bagus ia beli tanpa memandang harga.

"Lo sih apa aja dibeli, belanjaan sampe banyak banget begini." Tunjuk Kara pada paper bag yang ia taruh dibawah meja.

Mala mendengus sebal mendengarnya. "Ya wajarlah Kar, sebulan sekali aja loh gue di bolehin shopping sama mama, Kesempatan."

"Iya sebulan sekali, tapi sekali belanja segini banyaknya. Makanya nyokap lo selalu ngontrol keuangan lo." Ucap Kara.

Sahabatnya itu memang terlalu boros, kurang bisa mengkontrol keuangan, seandainya saja tidak dibatasi, Mala pasti sudah belanja tiga kali dalam seminggu seperti mereka saat Smp dulu.

"Nyiksa tahu Kar." Cemberut Mala.

Kara menggeleng pelan, ia lalu berdiri sebentar sambil meletakkan tas dan ponselnya diatas meja.

"Gue mau ketoilet dulu ya?" Izinnya.

Mala mengacungkan jempolnya, dan Kara langsung bergegas pergi menuju toilet.

Selesai menuntaskan panggilan alamnya, Kara mematut dirinya di depan cermin. Rambutnya yang sedikit berantakan ia rapikan, begitu juga dengan seragam Sma miliknya.

Setelah dirasa cukup rapi, Kara melangkah keluar dari dalam toilet. Untuk sesaat ia terpaku, matanya menyorot kedepan dengan ekspresi terkejut.

Di hadapannya, Abara berdiri sambil bersandar di dinding dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Pria itu menatapnya intens, menegakkan tubuhnya lalu tersenyum tipis.

"Hai, Kara." Sapanya.

Kara berdiri kikuk didepan Abara, dia membalas senyuman pria itu dengan canggung.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Kara heran.

Abara mengangkat bahunya acuh, tapi tanpa Kara sadari sebenarnya Bara tengah menarik sudut bibirnya tipis menyerupai seringaian.

"Jalan-jalan, sambil liat kamu seneng-seneng sama sahabat kamu itu." Jawab Abara santai.

Kara menatap bingung kearah Abara, jujur ia sedikit tak paham akan ucapan pria itu barusan.

"Maksudnya?" Tanya Kara.

Abara maju mendekat, sontak membuat Kara refleks memundurkan tubuhnya.

ABARA ( Open PO )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang