"Hai, zeyengkuh!"
Kara terlonjak kaget, ia yang semula tengah fokus mengikat tali sepatunya didepan rumah langsung menatap Mala tajam saking kagetnya.
"Ngagetin aja sih lo! untung gue gak punya riwayat penyakit jantung." Gerutu Kara sebal.
Mala tertawa puas. "Lebay ih,"
Kara mendengus, malas meladani Mala yang pagi-pagi sudah mengeluarkan sikap jahilnya.
"Lo jemput gue ya?"
"Iyalah, kalau bukan lo siapa lagi? Pak Tarno? Yakali Kar."
Kara menatap sinis Mala, kenapa sih temannya yang satu ini gak pernah bener kalau jawab pertanyaan. Selalu saja aneh, dosa apa Kara sampai bisa dapet sahabat bentukan kayak Mala begini.
"Ini nih yang kadang bikin gue males ngomong sama lo, jawabannya absurd mulu. Gak pernah bener." Sebel Kara.
Mala terkekeh pelan, mencubit pipi Kara yang dihadiahi gadis itu dengan pelototan tajamnya.
"Gue becanda kali Kar, yuk ah berangkat biar gak telat."
Mala menarik tangan Kara, sementara yang ditarik masih saja mengeluarkan aura tidak bersahabat akibat kejahilan Mala barusan.
Mereka memasuki mobil Mala, yang hari ini tumben sekali mau repot-repot menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama. Kara sebenarnya jadi curiga, Mala jarang-jarang baik begini kepadanya. kara yakin sahabatnya ini pasti ada maunya, atau tujuan lain mungkin.
"Tumben jemput, biasanya kalau gue mau nebeng alasannya bejibun." Kara membuka suara, bersedekap dada sambil menatap Mala penuh selidik.
Mala melirik Kara, menyengir lebar sebelum memukul ringan lengan atas Kara.
"Gue mencoba berbuat baik tahu gak? Sesama manusia kan harus berbuat baik. Gue mau cari pahala buat tabungan masa depan."
Kara spontan berpikir, kenapa jawaban Mala dengan pertanyaannya sedikit tidak nyambung? Ini Kara yang galham atau memang dasarnya jawaban Mala yang ngadul?
"Lo ngomong apa sih Mal? Salah makan ya?" Tanya Kara sedikit heran
Mala menggeleng, menginjak pedal gas mobilnya agar lebih cepat sebelum menanggapi kebingungan Kara barusan.
"Gak kok. Eh btw Kar, pulang sekolah nanti temenin gue ke Mall ya?" Pinta Mala dengan cengiran lebarnya.
"Tuhkan ada maunya!" Ucap Kara malas.
"Mau ya? Udah lama tahu gak shopping."
Kara menggeleng. "Males ah, gue mau ketoko buku."
"Kara mah gitu, ketoko bukunya gue anterin deh. Mau ya? Please Kar?" Rengek Mala dengan suara cemprengnya.
Kara tertawa pelan, lalu mengangguk setuju.
"Yudah gue temenin." Ucapnya
"Gitu dong, kan seru kalau kita ke Mall bareng." Ucap Mala antusias.
Selama 20 menit perjalanan, mobil Mala mulai memasuki gerbang sekolah. Mereka berdua turun dari dalam mobil, Mala segera menggandeng tangan Kara begitu mereka memasuki koridor sekolah.
"Makan dulu yuk Kar, gue belum sarapan."
Kara mengangguk cepat. "Ayok! Tapi gue temenin lo aja ya? Soalnya udah sarapan."
"Siap bosque!"
Mereka berdua segera menuju kantin yang masih lumayan sepi. Kara duduk dibangku, menunggu Mala yang memesan makanannya beserta teh hangat untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABARA ( Open PO )
Fiksi Remaja( OPEN PO, DARI 20-26JANUARI ) Si posesif Bara dan Si pemberontak Kara Bara yang suka mengekang dan Kara yang suka melawan Kara tak suka Bara, tapi Bara melakukan segala cara untuk mendapatkan Kara Dengan atau tanpa paksaan, Kara harus menjadi milil...