CHAPTER II - ADRIAN
5 tahun kemudian
...
"Ibu, aku berangkat...."
Ujarku seraya memasukan koper ke dalam bagasi mobil, setelah beberapa tahun kasus yang aku alami. Akhirnya kedua orang tuaku memberiku ijin kembali untuk bekerja, tapi kali ini, pekerjaan yang aku pilih cukup jauh dari rumah. Sehingga aku harus tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil yang telah aku pilih beberapa waktu lalu.
Kulihat wajah kedua orang tuaku berat untuk melepaskanku, tapi aku tidak bisa terus-terusan berada dirumah dan merepotkan mereka. Aku sudah dewasa, aku harus mencari nafkah untuk diriku sendiri. Dan kebetulan, ada sebuah lowongan pekerjaan untukku meski jaraknya cukup jauh dari rumah.
Akupun sudah tidak takut lagi untuk berpergian dan tinggal seorang diri, tanpa khawatir karena Adrian selalu mengawasiku dari jauh. Aku menyunggingkan senyum mengingat namanya, ini sudah tahun ke-lima. Seharusnya bulan ini aku mengunjunginya kembali, karena setiap tahun, aku selalu menjenguknya. Tapi tahun ini, dia melarangku untuk menemuinya, alasannya dia memiliki sebuah kejutan untukku.
Well, aku tidak sabar untuk itu.
Taksi meninggalkan halaman rumahku, kulambaikan tangan kepada orang tuaku dan kulihat ibuku menangis. Meski berat, harus aku lakukan. Dari pengalaman yang pernah aku rasakan, aku yakin aku dapat hidup sendirian tanpa ada rasa takut lagi. Adrian terus menyemangatiku, dia bilang aku adalah wanita yang kuat.
Ku lirik buku jurnal yang ku selipkan di dalam tas, tersenyum melihatnya lalu memasukannya lagi. Kini aku melanjutkan tulisanku, seperti kata Adrian.
Perjalanan cukup lama, aku sampai tertidur dan tak merasa jika sudah sampai tujuan. Sopir membangunkanku, aku membayar lalu turun dan mengambil koperku.
Rumah kontrakan kecil yang terbuat dari kayu, seperti sebuah bangsalan. Terdapat 3 pintu yang semuanya telah dihuni, tempatku sendiri berada di tengah-tengah. Kanan dan kiri sepertinya adalah orang-orang yang telah berkeluarga, terbukti dari anak-anak kecil yang berkeliaran di sekitar sini. Aku menyapa ramah pada tetangga baruku, mereka balik menyapa sangat ramah.
Namun karena tubuhku terasa lelah, jadi aku berniat untuk beristirahat dahulu di dalam. Mungkin besok atau lusa aku akan mengunjungi tetangga baru itu. Kubuka kenop pintu, sepertinya bagian dalam rumah telah di bersihkan oleh pemiliknya, karena terakhir kali aku melihatnya sangatlah kotor. Terdapat satu kamar tidur dan satu kamar mandi serta ruang televisi yang menjadi satu dengan dapur.
Tidak terlalu banyak barang yang tersedia, sesuai dengan biaya sewa setiap bulannya. Aku menyusun semua barang-barangku kedalam lemari, mandi dan langsung mengistirahatkan tubuh. Kulihat diluar hari sudah malam, besok adalah hari pertamaku bekerja sebagai pelayan restoran. Aku perlu beristirahat banyak agar kinerjaku bagus.
Sebelumnya, aku memeriksa handphone terlebih dahulu. Tapi tidak ada apa-apa, Adrian tidak menelpon. Ya, dia sering menghilang karena tidak setiap hari dia mendapat jatah telepon di dalam penjara. Ku maklumi itu, beberapa tahun menunggunya bukan waktu yang sebentar. Entah apa yang terjadi padaku ini.
Orang tuaku selalu berusaha menjodohkanku dengan pria lain dengan alasan agar aku cepat menikah di umurku yang sudah matang ini, tapi aku masih setia menunggu Adrian. Hingga detik ini, aku tidak pernah berhubungan dengan pria manapun. Aku beralasan ingin sendiri kepada orang tuaku agar mereka tidak menaruh curiga.
Yeah... mencintai seorang Psikopat memanglah tidak mudah.
...
Hari pertama bekerja...
Terlihat sangat lancar, aku menyukai pekerjaan baruku. Meski restoran mewah ini terbilang sangat ramai pengunjung, aku tetap menyukainya. Hingga sore hari, aku bersiap pulang kerumah. Berjalan kaki menuju rumah dan langkahku terhenti di sebuah kedai makanan. Aku membelinya untuk makan malam nanti.
Jarak antara rumah kontrakan dengan restoran cukup dekat, hanya berjalan kaki sekitar lima menit. Hingga sampai dirumah, aku melihat kekanan dan kiri, sepi, sepertinya tetanggaku telah beristirahat dijam seperti ini. Aku membuka kenop pintu, sedikit heran karena pintu tak terkunci. Aku menghela nafas kasar, sepertinya aku lupa mengunci pintu tadi pagi.
Menyalakan saklar lampu, aku menjatuhkan makanan yang aku beli dan juga tasku. Terkejut melihat seseorang duduk menyilangkan kaki di kursi dapur, apa itu hantu? Jika iya, aku ingin lari sekarang juga. Namun langkahku terhenti saat mendengar suaranya, kuurungkan niatku untuk membuka kenop pintu dan beralih kepadanya.
Dia berdiri...
Melangkah pelan kearahku, dari balik kegelapan. Kulihat wajah itu menyeringai kearahku, yang sialnya sangat kurindukan setengah mati. Apa aku baru saja bermimpi?
"Adrian?"
Panggilku heran, aku mendekatinya. Meraba tubuh dan wajahnya memastikan yang ada di hadapanku ini benar dirinya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya.
"Ini benar kamu?"
Baiklah, kini kami saling balik bertanya.
"Tentu saja, memangnya siapa?"
"Bagaimana mungkin kau bisa keluar? Apa kau kabur dari penjara? Apa yang telah kamu perbuat Adrian, ini tidak benar. Itu melanggar hukum..." protesku.
"Aku bahkan belum selesai berbicara, kamu langsung bicara tanpa henti."
"Jadi?" Tanyaku.
Dia menjelaskan bahwa ia telah dinyatakan bebas, karena perilaku yang baik dan juga beberapa bantuan dari teman-teman komunitasnya. Yang tentunya karena hukum dinegeri ini dapat dibeli, jadi tidak sulit untuk orang seperti Adrian yang memiliki banyak chanel untuk bebas.
"Kejutan!" Ucapnya bercanda, kini aku mengerti kejutan seperti apa yang dia berikan kepadaku. Bibirnya berucap 'kejutan', namun ekspresi wajah dan nada bicaranya yang datar tidak menunjukan sebuah kejutan sama sekali.
Dia memang tidak bisa mengubah karakter dinginnya.
Tapi aku ikut bahagia dengan kebebasannya, aku telah menunggunya lama. Dan inilah saat yang aku tunggu untuk mengubah dunianya sedikit demi sedikit, kulihat wajahnya terlihat sedikit lebih segar. Meski ekspresi datar itu akan selalu menjadi ciri khasnya.
Dia bilang, dia akan tinggal bersamaku. Aku menyetujuinya dengan syarat, tidak boleh ada kegiatan illegal disini. Dia mengangguk, kususun rapih semua barangnya bersebelahan dengan barang-barangku didalam lemari. Adrian juga berkata, besok dia akan pergi keluar sebentar untuk mengurus bisnisnya. Ya, bisnis apa lagi selain perdagangan itu.
Hanya saja, Adrian sekarang tidak berperan mengumpulkan korban lagi. Dia bilang, dia hanya sebagai penyalur. Aku tidak mengerti apa maksudnya dan hanya ku-iyakan saja, belum saatnya aku tau banyak tentang hal itu dan membujuknya untuk berhenti. Jadi, aku mengijinkannya dengan catatan tidak menimbulkan keanehan dengan warga sekitar.
Setelah selesai dengan kegiatan makan dan membersihkan diri, aku mulai berpikir dengan tempat tidur. Tempat tidur hanya satu meski ukurannya besar dan bisa digunakan oleh dua orang, tapi tetap saja, ada rasa sungkan jika tidur bersebelahan dengannya.
"Kenapa?" Tanyanya saat aku bersiap untuk tidur, aku menggeleng, meski sepertinya dia tahu maksudku.
"Kamu tidak akan menyuruhku tidur disofa kan? Aku bahkan sudah pernah melihat semuanya, kenapa jadi ragu?" Pertanyaannya membuatku menggigit bibirku sendiri.
...
To be continue
19 October 2019
...
Halo?
Bang Adrian is back ❤
Jadi di buat dua chapter gitu karena ga rela ninggalin bang Adrian
Masih ada horor/thrillernya, namun gak meninggalkan kesan romantis.
Happy reading gaesss ❤