"Revaaa! . " Teriakkan Anggara menyeruak keseluruh ruangan. Anggara adalah papah nya Reva.
Reva langsung keluar dari kamar ia masih memakai baju tidur. Dengan mata yang masih mengantuk Reva berjalan kearah Anggara.
"Apasih pa Reva masih ngantuk tau. " ucap Reva lalu duduk di kursi ruang makan.
"Kamu ingat ini hari apa? " tanya Anggara sambil sesekali menyiapkan roti dengan selai kacang untuk mereka.
"Sabtu." jawab Reina malas.
"Ya karena hari ini hari sabtu dan kamu libur" Anggara menahan pembicaraannya.
"Jadi???? " Reina menatap Anggara serius ia tidak lagi mengantuk karena penasaran badannnya ditegakkan.
"Kamu papah masukin kursus melukis So, cepetan kamu mandi mulai nya jam 8 pagi. " ucap Anggara membuat Reva sangat antusias
"Terima kasih papah. " Reina memeluk papa nya senang.
"Sama² sana kamu mandi bau iler. " Anggara meledek anaknya.
"Ih gini² Reva tetap wangi. " Reva masuk kekamar nya. Anggara tersenyum kecil melihat anak nya sekarang sudah besar. Andai saja Anggia bisa melihat anak semata wayang nya ini begitu mirip dengan mama nya tapi takdir berkata lain Anggia wafat setelah melahirkan Reva.
"Pa." panggil reva kepada Anggara reva melihat papa nya itu sedang menitikkan air mata.
"Kok papa nangis? " tanya Reva mendekati papa nya yang masih ada di meja makan.
"Ah ga apa² kok." Anggara berbohong meski tau papa nya sedang berbohong Reva mencoba membuat Anggara senang."Reva gak akan kecewain papa. Nanti kalau Reva uda jago melukis nya Reva akan menjadi pelukis hebat pasti mama bakalan senang disana. " kata Reva sambil tersenyum.
Anggara bangga dengan putri nya itu.
"Yasudah kamu berangkat dianter pak jaka aja ya, pak Jaka tau tempat nya. "
"Oke pa. " Reva berpamitan dengan papa nya
"Reva pergi dulu ya pak."
"Iya hati-hati. "
Reva membalas dengan acungan jempol.
Sesampai nya dikursus les
"makasih pak."
"Iya sama² non. Non pulang nya mau dijemput? " tawar pak jaka orang kepercayaan papa.
"Ga usah pak Reva pulang sendiri aja. " tolak Reva.
"Ok non. " pak jaka langsung masuk kedalam mobil berwarna hitam mercedez. Dan hilang menjauh.
"Ok Reva it's fine. " ucap Reva dalam hati karena ia tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang asing yang baru saja dikenalnya.
Baru saja ia ingin memasuki ruangan kecil tersebut.
" What time is it already?" cowok berambut cokelat berpostur tubuh tinggi dan bermata biru. Seperti ia blasteran eropa.
"I'm sorry." Reva memohon memejamkan mata nya dan menyatukan telapak tangannya meminta maaf.Ia telat karena macet terlebih lagi menaiki mobil.
"Baiklah dimaafkan tapi ada hukumannya. " ucap Cowok itu tak mau tau.
"A-a apa? Hukuman?engga aku ga mau! " Reva menolak tak terima. Apa-apaan ini baru datang memberi hukuman pikirnya.
"Ada apa ini Azza? " mata Reva langsung tertuju dengan perempuan kira² sekitar 30 tahunan tetapi tetap cantik rambutnya berwarna pirang panjang .
"Ah ini kak dia telat dan harus dihukum. " Tunjuk Azza kepada Reva.
"Ta tapi tadi saya terjebak macet. "
Ucap Reva terbata-bata."Tidak apa-apa jangan dengar kan dia, dia memang seperti itu. " ujar perempuan itu.
"Kalau begitu ayo masuk." perempuan itu masuk meninggalkan Azza dan Reva mengekori perempuan itu.
"Oh iya aku lupa." perempuan itu berhenti melangkahkan kakinya.
"Namaku Veronica."perempuan sekitar berumur 30 tahun itu. Mengulurkan tangannya.
"Nama saya Reva,Reva Anggia." Reva menjabat tangan Veronica.
"Kamu anak nya Pak Anggara Pramadya? "
"Iya betul. "
Veronica hanya tersenyum melihat Reva.
"Sudah sampai disini ruangannya." Reva melihat sekeliling takjub
Dari luar tempat kursus ini kelihatan begitu kecil tapi didalam nya sangat luas dan banyak sekali ruangan² yang indah dengan lukisan-lukisan penuh makna.Reva terkagum-kagum melihat seluruh ruangan ia terpanah melihat lukisan perempuan yang sedang tersenyum bahagia dengan warna-warna yang cerah.
"Kau suka dengan lukisan itu? " Tunjuk veronica
"Iya lukisan nya sangat membawa suasana kebahagiaan aku suka. " puji Reva pada lukisan itu.
"Kalau boleh tau siapa pelukis nya kak veronica?" tanya Reina penasaran tidak tahu mengapa ia tidak malu biasanya jika bertemu orang asing ia enggan bicara.
"Azza." jawab veronica singkat.
"Azza? Cowok tadi itu? " sumpah kenapa ia jadi bawel sekali.
"Ho oh. Iya adikku." Reva mengganguk mengerti.
"Mau dimulai belajar melukis nya? " tanya veronica sambil menyiapkan alat² melukis.
"Iya."
Reva mulai melukis ia melukis apa yang ia lihat ia melukis pintu² yang ada diruangan tersebut.
"Wahhh kau ini sudah jago sekali ya? " veronica memuji lukisan Reva. Lukisan nya tampak nyata.
"Apa nya yang jago segitu mah masih noob. " Tiba-tiba saja cowok bernama Azza itu masuk kedalam ruangan dan mengejek lukisan Reva.
"Kak aku pulang dulu ya."Reva berdiri, ia kesal karena cowok itu mengejek lukisan nya ia tidak suka kalau ada yang mengejek karya nya.
"Tunggu Reva. " Veronica menahan Reva
"Sudah lah kak biarkan saja dia pergi." Azza sengaja membuat Reva kesal karena alasan ia tidak suka dengan orang yang tidak disiplin.
Tanoa pikir panjang Reva langsung pergi dari ruangan tersebut dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Diri nya memang tidak suka bila ada yang mengejek karya nya ia lebih suka diberi saran bukan diejek.
Maaf ya kalau cerita kurang jelas banyak typo nya. Makasih uda mau baca jangan lupa like,komen, dan follow yaa kalau suka dengan cerita nya :)
.
.
.kira² Reva mau ga ya balik lagi ke tempat kursus melukisnya itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Paintings find your love
JugendliteraturReva Anggia sangat suka melukis sampai² ia harus bertemu 'Razza zydan brough' cowok blasteran Indo-Eropa yang sangat menyebelkan seorang senior yang mengajar Reva menjadi pelukis hebat.