Chapter 4

800 113 19
                                    

Suasana apartemen yang mereka tempati menjadi lebih canggung bahkan dari sebelum mereka akrab. Jimin selalu berusaha menghindari Taehyung dan beberapa kali tak menanggapi ucapan teman satu atap tersebut.

"Jimin... " Taehyung memanggilnya dengan nada pelan, menjurus berbisik.

Sedangkan yang dipanggil sebenarnya dapat menangkap panggilan itu, namun memilih menulikan telinga dan melanjutkan aktifitas membacanya pada sebuah buku tebal di tangan.

Mungkin ia terlalu fokus, pikir Taehyung begitu lalu berjalan mendekati Jimin yang duduk menempati sofa panjang. Lelaki bermarga Kim itu ikut duduk di sebelah Jimin, ingin memanggil lagi namun bibirnya baru terbuka saja pemuda tersebut langsung menutup buku yang ia baca dan membawanya ke kamar.

Mengabaikan Taehyung dengan perasaan sedih.

Sesampainya di kamar, Jimin tak lupa mengunci pintu agar Taehyung tidak bisa tiba-tiba masuk ke kamarnya.

Jimin bukannya tak suka dengan Taehyung apalagi benci setelah kejadian kemarin. Ia hanya merasa takut dan gelisah ketika sahabatnya itu berusaha mendekati. Tadi saja, tangannya gemetaran saat Taehyung mengambil posisi duduk di sebelah.

"Maafkan aku, Tae." Gumamnya sembari menyandarkan punggung kecil itu pada pintu kamar.

---

Di hari berikutnya pun keadaan mereka tetap sama. Jimin selalu menghindari eksistensi Taehyung, mau itu di apartemen bahkan di kampus. Beberapa teman satu kelasnya sempat terheran melihat lagat Jimin yang selalu menghilang ketika keberadaan Taehyung tak jauh dari posisinya.

Hal itu pun dirasakan oleh Jungkook. Satu-satunya orang yang kini Jimin jadikan tempat pelarian jika temannya yang lain selalu membocorkan ke mana dia akan bersembunyi.

"Kau baik? Akhir-akhir ini, kulihat kau kucing-kucingan dengan Taehyung."

Jimin hanya melempar tatapan lelah pada Jungkook sebelum menangkupkan wajah di antara lengannya. Entahlah, ia tak begitu yakin bisa menceritakan masalahnya dan Taehyung pada Jungkook.

"A-aku takut, Kook." Sahut Jimin setelah beberapa lama, sedangkan sang sahabat cukup terkejut mendengarnya.

Selama mereka berteman, baru kali ini ia melihat sisi lemah sang sahabat. Ya, Jimin yang penuh dengan kegelisahan dan ketakutan karena seseorang adalah hal baru bagi Jungkook. Jikalau takut dan resah karena ujian, sudah seperti makanan sehari-hari baginya. "Ada apa? Kalian bertengkar? Tumben."

Jimin tak langsung menjawab ucapan Jungkook. Ia menghela napas, sebelum pada akhirnya mengangkat kepala. "Taehyung... dia marah padaku."

"Benarkah? Tapi dari yang kulihat, sepertinya kaulah yang marah. Kau menghindarinya, di saat ia ingin menemuimu." Jungkook mengerutkan kening bingung.

Jimin semakin menundukkan kepalanya. Ia sadar, memang selama ini Taehyung selalu berusaha mencari keberadaannya dan mencoba berbicara padanya. Juga ia tahu, harusnya ia tak boleh memperlakukan teman satu apartemennya seperti ini. Padahal Taehyung sudah minta maaf padanya, namun rasa takut di hati menuntutnya untuk menjauh.

"Dia menakutkan, Kook. Seperti orang asing, bukan seperti Taehyung yang kukenal. Lagi pula itu hanya masalah sepele, kenapa dia harus marah besar?"

"Masalah sepele? Maksudmu?"

Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat sebelum akhirnya Jimin memutuskan kontak mata. Bibir bawahnya sengaja digigit untuk menekan rasa takut saat itu yang masih terasa hingga sekarang. "Dia... dia marah, tak suka aku terlalu dekat denganmu."

Kali ini Jungkook benar-benar dibuat terkejut, sama sekali tak mengira jawaban tersebut, "Hah?! Taehyung begitu? Serius?"

Sebuah anggukan kepala pun menjadi jawaban dari Jimin. Jungkook sungguh tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang Kim Taehyung marah hanya masalah sepele begini. Apa karena cemburu? Oh, ayolah. Dia dan Jimin hanyalah teman. Taehyung tahu pasti akan itu, tapi kalau marah hingga membuat Jimin ketakutan begini...

I Want To Make You Mine (VMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang