Aku menolehkan kepalaku kearah jam dinding yang terpajang tepat ditengah-tengah dinding atas pantry dan juga kasir. Jarum panjang yang menunjuk tepat angka dua belas sementara jarum yang lebih pendek berada di angka 5.
"Sudah jam 5, tumben Doyoung belum datang... Apa hari ini dia tidak mampir?", gumanku pelan tanpa sadar
Ini sudah satu jam lewat dari kebiasaan Doyoung yang mampir dan datang berkunjung kemari setiap pukul 4 sore, tepat, tidak kurang maupun lebih, jadi sedikit aneh jika sampai jam segini batang hidung Doyoung tidak terlihat sampai sekarang.
Aku berusaha tak menghiraukannya, mungkin saja hari ini Doyoung akhirnya punya kesibukkan---meskipun pada kenyataannya lelaki itu selalu sibuk dengan pekerjaannya---yang benar-benar membuatnya tidak bisa berkunjung hari ini.
Pada akhirnya aku kembali ke rutinitas biasanya, di masa di mana ketika Doyoung belum selalu berkunjung setiap harinya, hari-hari sebelum Doyoung tanpa sengaja memilih tempat ini sebagai tempatnya berteduh.
Hanya ada satu dua orang yang datang sebentar kemudian pergi, berbeda dengan Doyoung yang akan datang berkunjung berjam-jam lamanya, dan aku baru menyadarinya bahwa selama ini sebelum kehadiran Doyoung rutinitasku benar-benar membosankan, monoton dan begitu sepi.
Meskipun aku menyukai pekerjaanku ini tetapi tetap saja, aku merasa kesepian karna tak ada teman untuk berbincang layaknya pada saat Doyoung ada.
"Ternyata benar, kita akan merasa seseorang itu berharga ketika orang itu tidak ada ya..."
Kehidupan itu layaknya kedai Kopi Kala Senja saat ini, ada orang yang datang hanya untuk sementara atau sengaja datang untuk waktu yang cukup lama.
Dan kita akan merasa seseorang itu berarti dihidup kita ketika orang yang biasanya ada tiba-tiba menghilang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kopi Kala Senja [ Kim Doyoung ] || √
Short StoryKopi Kala Senja, sebuah tempat dimana aku dan dirimu bertemu.