Lalu hubunganku dengan Doyoung bagaimana? Yah, seperti yang kalian lihat, aku dan dirinya sekarang berpacaran, setelah tanpa status yang jelas pada akhirnya Doyoung pun meresmikan hubungan kita, itupun setelah dipaksa oleh Johnny dan Sojung.
Ah aku jadi ingat ucapan Doyoung waktu aku nanya kenapa dia memilih untuk tidak memberi kejelasan hubungan...
"Emang perlu ya? Menurutku kalo perasaannya udah sama-sama jelas hubungan itu ngga terlalu penting, yah itu tergantung pribadinya si... Asalkam ada komitmen kalau ada hati yang harus dijaga dan hati ini telah memiliki tempatnya sendiri untuk berlabuh, jadi ya menurutku kejelasan hunungan ngga terlalu penting, karna perasaan kita udah sama-sama jelas satu sama lain"
Dan aku hanya bisa mengangguk-angguk paham, tidak ada salahnya juga sih, benar kata Doyoung tergantung pribadinya, aku sendiri juga tidak terlalu mempermasalahkan hubungan, kalau kita nyaman sama orang itu berarti semuanya sudah jelas kan? Apa lagi yang perlu diragukan?
"Kamu kan mau nikah La, kenapa ngga ambil cuti buat ngurus pernikahan?"
"Lah, aku kan mau nikah bukan mau melahirkan jadi ngapain ambil cuti?"
Sojung hanya bisa mencubit pipiku, membuatku mengaduh sementara Johnny dan Doyoung hanya tertawa memperhatikan interaksi kita.
Toh aku juga masih bisa bekerja selagi mengurus pernikahan kan? Jadi buat apa cuti?
Ehehehe, penasaran ya gimana Doyoung ngelamar akunya? Mungkin aku akan menceritakannya lain kali hahaha!
Kuletakkan celemek kerjaku pada cantelan dibalik pintu ruangan khusus staff itu, mengambil sling bag milikku dan berjalan kearah Doyoung, menggandeng tangan lelaki itu.
"Ola cuma bisa sampai setengah hari ya aja ya soalnya harus fitting baju nih"
"Semangat Sojung-ah~"
Aku bisa melihat wajah Sojung yang kesal karna aku yang pulang lebih cepat ini dan meledeknya itu, membuat Johnny, yang melihat ekspresi kecut pacarnya itu tertawa dan menyentil dahinya pelan.
Doyoung pun menyerahkan selembar undangan berbentuk seperti kartu pesanan menu kepada Johnny, lelaki itu menatapnya dengan alis yang saling bertautan.
"Undangan, kalian orang pertama selain pihak keluarga yang dapet undangan, jadi pastikan dateng ya Johnny-ah, Sojung-ah", ungkap Doyoung.
"Pastikan dateng biar bisa dapet bucket bunganya pas dilempar! Siapa tau kan nular terus kalian selanjutnya yang nyusul kita nikah!", ucapku seraya bercanda namun juga mengharapkan hal itu benar-benar terjadi.
Kami beremlat saling bersalaman dan pamit satu sama lain, sebelum akhirnya terdengar denting lonceng kala aku dan Doyoung membuka pintu cafe dan meninggalkan tempat itu.
Sebelum aku memasuki mobil Doyoung yang terparkir di depan kedai, aku berhenti sejenak, menolehkan kepalaku dan menoleh kearah kedai kopi tersebut.
Seutas senyum terukir di wajahku, senyum bahagia yang tak dapat dideskripsikan lagi seberapa bahagianya aku hari ini.
•
•
•
•
•
Kopi Kala Senja,
Sebuah tempat dimana aku dan dirinya bertemu.Kopi Kala Senja,
21 Oktober 2019
[TAMAT]
© leen
KAMU SEDANG MEMBACA
Kopi Kala Senja [ Kim Doyoung ] || √
Short StoryKopi Kala Senja, sebuah tempat dimana aku dan dirimu bertemu.