Pertemuan Pertama Setelah 8 tahun...

26 1 0
                                    

Aku terbangun di tempat yang sama

Tetapi pikiranku jauh ditempat aku berada

"kringgg kringggg kringgg" alarm berbunyi pertanda aku harus melalui hari baru lagi.

Melakukan hal yang sama setiap pagi, seakan dengan mata tertutup aku bisa menggosok gigi, 

mandi, ganti baju lalu berangkat untuk bekerja lagi. Sebelum bekerja aku terbiasa membeli 

kopi. 

Aku berkata dengan santai "Mas kopi susu satu, dingin"

Selagi menunggu kopi aku duduk di bangku, memeriksa handphone yang sedari bangun tidur belum kuperiksa. 

Terlihat di mataku layar handphone menunjukkan tanggal 1 Juli

aku berkata dalam hati "tepat 8 tahun, masih aku ingat rambut hitam kecoklatan panjang itu dan cara berjalanya yang selalu terlihat tergesa-gesa". 

Wanita yang aku sukai pada pandangan pertama dan wanita yang selalu menatapku dengan ramah.

"atas nama Rayhan, satu kopi susu dingin" teriak mas kopi!.

Cerita yang diawali dengan cuaca panas dan matahari yang terik mengawali hari ditanggal pertama bulan Juli

Namaku Rahyan Pemuda, aku berumur 15 tahun, aku anak ke 2 dari 3 bersaudara. Aku lahir di 

bulan Desember, dan aku tinggal di Kota Depok. Aku baru lulus Sekolah Menengah Pertama 

(SMP) dan sedang mencari SMA (Sekolah Menengah Atas)

Ibu selalu mengingatkan untuk segera mendaftar sekolah yang aku inginkan 

"Udah saatnya kamu nentuin mau melanjutkan sekolah dimana, sudah satu minggu kamu memeriksa sekolah satu per satu. Jangan sampai waktu pendaftaran sekolah tutup!," ucapnya.

"Iya bu aku sudah tau besok mau daftar di sekolah mana. Besok aku akan mendaftar sendiri saja."

Besoknya aku menuju satu sekolah yang memang sudah aku yakini untuk mendaftar. Sekolahnya cukup jauh dari rumahku. 

Untuk menaik motor dibutuhkan hampir 1 jam, untuk angkutan umum harus menaikki 3 angkot yang berbeda dan harus transit dahulu ke terminal. 

Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, aku bertanya kepada satpam sekolah

"Pak, tempat pendaftaran sekolah di sebelah mana?"

"Lurus saja ke depan dik, nanti belok kiri ada tulisan tempat pendaftaran siswa/i baru. Tapi 

masih belum buka, pendaftaranya buka jam 9. Nanti duduk saja di diruang tunggu sebelah 

pendaftaran," ucapnya.

"oke, terima kasih pak", ucapkku.

Waktu menunjukkan jam 8 pagi, aku duduk di bangku paling pojok sambil memainkan 

handphone dan mendengerkan lagu melalui hadset. Terlihat ada beberapa orang lainnya yang 

juga ingin mendaftar. Waktu terus berlalu, dan sudah menunjukkan 

pukul 9, tempat pendaftaran dibuka. Aku mematikan lagu, memasukkan hadset kedalam tas 

dan memasukkan handphone ke dalam tas. Samar-samar aku mendengar suara perempuan 

menanyakan orang di depannya

"akhirnya dibuka juga pendaftarannya?,"ucapnya kepada teman disebelahnya.

Aku berada di belakangnya, kulihat wanita berkulit kuning langsat dengan rambut lurus panjang kecoklatan, dan memakai tas berwarna merah. Dalam waktu lama aku terus memandangnya dari belakang, kudengar suaranya sedang berbicara dengan teman disebelahnya.

"rambutnya terlihat sangat cantik," ucapku di dalam hati.

Di dalam ruang pendaftaran terdapat 4 petugas yang siap menerima dan membantu mengisikkan formulir pendaftaran. Petugas tersebut memberikan kartu nomor kepada para pendaftar, aku mendapatkan nomor 16

Para petugas mulai memanggil satu persatu nomor antrian 

"nomor 13", pendaftaran memanggil nomor wanita itu.

"iya saya," ucapnya.

Apa aku bisa melihatnya lagi saat pulang nanti, rasanya tidak bosan terus memandanginya walaupun dari kejauhan. Membuat aku melupakan masalah yang ada dirumah

"nomor 16," staff pendaftaran memanggil namaku

Aku masuk dan melihat dia masih mengurus pendaftaran. Kurasa aku akan bertemu denganya 

lagi di ruang tunggu. 35 menit berlalu, berkas-berkas formulir pendaftaran dan administrasi 

sudah selesai. Tidak mudah masuk ke sekolah ini, calon pendaftar harus mengikuti ujian 

penerimaan siswa/i baru. Jika tidak dinyatakan lolos maka tidak ada kesempatan kedua, karena sekolah tersebut hanya membuka 2 kelas per angkatan dan hanya 30 orang per kelas. Sedangkan ada 200an orang yang mendaftar.

Setelah selesai mengurus pendaftaran aku bergegas menuju ruang tunggu agar bertemu dengannya lagi. aku melihat kanan dan kiri, memastikan dia masih ada atau tidak

"dia sudah tidak ada, apa dia sedang menuju ke parkiran?,"

Aku berjalan menuju keparkiran tetapi dia juga tidak ada

"aku akan bertemu dengannya lagi saat ujian. Gadis dengan rambut panjang hitam kecoklatan"

Senang begitulah perasaan yang selalu ada di benakku selama perjalanan menuju rumah. 

Perasaan yang selalu tergambar jelas dalam pikiran, suaranya saat berbicara selalu terniang 

menjadi lagu pengantarku pulang.

Tetapi kesenangan itu hilang, memasuki rumah menjadikan aku pribadi menyedihkan. Setiap langkah memasuki rumah membuka lukaku lagi.

Di usiaku sekarang tidak ada yang bisa aku lakukan, aku ingin sekali berpisah dari keluarga ini

Aku melihat ibuku duduk di sofa sedang menggeser-geser layar handphone seperti sedang menunggu kabar seseorang. aku sudah tahu siapa yang dia tunggu, 

ya ayahku. Suami yang dia cintai, tapi seorang ayah yang aku tidak sukai. Bukan, bukan ayah 

tetapi laki-laki yang tidak aku sukai.

Ayahku bekerja sebagai karyawan swasta dan ibukku hanya seorang ibu rumah tangga. 

Kehidupan keluargaku bisa dibilang tidak begitu normal dan harmonis. Ayahku adalah seorang 

pecinta wanita tapi tidak mencintai ibukku, dia hanya menganggap keluarga sebagai tempat dia pulang untuk tidur. 

Ibukku hanya seorang ibu rumah tangga yang selalu menurut perkataan suaminya, menerima 

kehidupan sedihnya dan tidak mempunyai hal apapun selain mengurus anak-anaknya. saat aku 

masih di sekolah dasar ayah sering berbuat KDRT kepada ibu. Sebagai anak kecil tidak ada yang 

bisa aku lakukan selain menangis. Sampai sekarang aku tidak tahu kenapa ayah tidak pernah 

menceraikan ibu dan meninggalkan anak-anaknya agar dia bisa puas mencari wanita. Seolah 

menyakiti keluarga adalah hobby dan keahlianya. 

Aku membenci laki-laki yang ditakdirkan menjadi "ayah" untukku. Lelaki yang seharusnya 

melindungiku dan keluargaku, lelaki yang seharuanya menjadi kebanggaan dan panutanku.

RayhanWhere stories live. Discover now